Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Cara Mendeteksi Kelainan Jantung Bawaan pada Janin

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Jumat, 20 Sep 2024 11:23 WIB

Ilustrasi USG
Cara Mendeteksi Kelainan Jantung Bawaan pada Janin/ Foto: iStockphoto/ getty images/ PonyWang
Jakarta -

Kelainan jantung bawaan atau penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan masalah yang terjadi di struktur jantung. Kelainan jantung bawaan pada janin sudah dapat dideteksi sejak kehamilan, Bunda.

Menurut ulasan di laman American Heart Association (AHA), kelainan jantung bawaan terjadi ketika jantung atau pembuluh darah di dekat jantung, tidak berkembang secara normal sebelum bayi lahir. Kelainan ini dapat terjadi karena sesuatu yang tidak terduga selama periode perkembangan jantung, yakni setelah pembuahan.

Ada beberapa kategori kelainan jantung pada janin yang dapat terdeteksi selama di dalam kandungan. Kategori ini adalah cacat akibat perkembangan embrio yang salah, masalah di struktur jantung, jantung tidak berkembang dengan baik, dan gangguan irama jantung.

"Kelainan jantung bawaan memiliki tingkat keparahan mulai dari yang sederhana, seperti adanya 'lubang' di antara bilik jantung, hingga malformasi yang sangat parah, seperti tidak adanya satu atau lebih bilik, atau katup jantung," tulis AHA.

Bayi baru lahir dengan kelainan jantung bawaan yang serius biasanya memerlukan pembedahan di tahun pertama kehidupannya. Sementara itu, gejala kelainan jantung yang lebih ringan umumnya tidak muncul hingga masa kanak-kanak atau dewasa.

Cara mendeteksi kelainan jantung bawaan pada janin

Kelainan jantung bawaan dapat didiagnosis saat hamil dengan menggunakan ekokardiogram atau ekokardiografi janin. Pemeriksaan ini dapat dilakukan di usia kehamilan antara 18 hingga 24 minggu.

"Ekokardiografi janin adalah pemeriksaan yang mirip dengan USG. Pemeriksaan ini memungkinkan dokter untuk melihat dengan lebih baik struktur dan fungsi jantung bayi yang belum lahir. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada trimester kedua, antara minggu ke-18 hingga ke-24," kata praktisi kesehatan holistik Debra Rose Wilson, Ph.D., dikutip dari Healthline.

"Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara yang 'bergema', dari struktur jantung janin. Mesin menganalisis gelombang suara ini dan membuat gambar, atau ekokardiogram, dari bagian dalam jantung janin. Gambar ini memberikan informasi tentang bagaimana jantung bayi terbentuk dan apakah jantung tersebut berfungsi dengan baik," sambungnya.

Ekokardiografi janin juga memungkinkan dokter untuk melihat aliran darah melalui jantung. Pemeriksaan yang lebih mendalam dapat membantu dokter menemukan kelainan di aliran darah atau detak jantung janin.

Ilustrasi USGIlustrasi ekokardiografi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/

Apa ibu hamil harus cek kelainan jantung bawaan janin?

Perlu diketahui, tidak semua ibu hamil memerlukan ekokardiografi. Bagi kebanyakan ibu hamil, pemeriksaan USG sudah dapat menunjukkan perkembangan keempat bilik jantung janin, Bunda.

"Dokter biasanya akan menyarankan prosedur ini bila hasil tes sebelumnya tidak meyakinkan atau bila mendeteksi detak jantung yang tidak normal pada janin," ungkap Wilson.

Ada beberapa kondisi di mana ibu hamil direkomendasikan melakukan ekokardiografi janin:

  • Bayi yang belum lahir berisiko mengalami kelainan jantung atau gangguan lainnya
  • Bunda memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarga
  • Bunda melahirkan anak yang mengalami masalah pada jantungnya
  • Bunda mengonsumsi obat-obatan tertentu atau terpapar obat-obatan yang dapat menyebabkan cacat jantung, seperti obat epilepsi atau obat jerawat yang diresepkan dokter.
  • Bunda memiliki kondisi medis lain, seperti Rubella, diabetes tipe 1, lupus, atau fenilketonuria.

Tatalaksana ekokardiografi janin

Sebelum menjalani prosedur ekokardiografi, Bunda akan diminta untuk tidak mengoleskan apa pun, seperti krim atau lotion, di perut. Tidak ada larangan untuk makan, minum, dan mengosongkan kandung kemih selama menjalani prosedur ini.

Melansir dari Kids Health, tatalaksana ekokardiografi mirip dengan USG selama kehamilan. Pertama, dokter akan mengoleskan gel di perut, lalu mengarahkan dan mengerakkan transduser (tongkat ekokardiografi) ke perut. Bunda akan merasakan tekanan dari transduser, namun tidak menimbulkan rasa sakit.

Pemeriksaan ekokardiografi membutuhkan waktu sekitar 30 menit hingga 2 jam agar hasil yang diperoleh maksimal. Terkadang, posisi bayi dapat membuat jantung sulit dilihat melalui ekokardiografi, sehingga tes dapat memakan waktu yang lama.

Dalam kebanyakan kasus, dokter akan meninjau ekokardiogram janin dan memberikan hasilnya di hari yang sama. Terkadang, pemeriksaan ekokardiogram lanjutan diperlukan sesuai dengan hasil yang pertama, termasuk pemeriksaan penunjang lainnya.

"Jika dokter menemukan masalah, seperti kelainan jantung, kelainan irama jantung, atau masalah lainnya, maka ibu hamil mungkin memerlukan tes lebih lanjut, seperti pemindaian MRI janin atau USG yang lebih detail. Dokter juga dapat merujuk ke spesialis yang dapat menangani kondisi janin yang belum lahir," ujar Wilson.

"Ibu hamil mungkin juga perlu menjalani ekokardiografi lebih dari sekali bila dokter menemukan sesuatu yang salah."

Menurut ulasan di Nationwide Children's Hospital, tidak semua kelainan sebelum lahir dapat dideteksi dengan ekokardiografi, ini termasuk anomali vena paru, koarktasio aorta, serta kelainan katup ringan. Selain itu, beberapa lesi jantung juga dapat tidak terlihat sampai setelah bayi lahir.

Demikian cara mendeteksi kelainan jantung bawaan pada janin. Bisa dengan melakukan tes Ekokardiografi yang bisa dilakukan di usia kehamilan 18-24 minggu. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda