HaiBunda

KEHAMILAN

Mengenal Donor Rahim atau Transplantasi Rahim, Prosedur dan Syaratnya

Melly Febrida   |   HaiBunda

Minggu, 16 Nov 2025 12:30 WIB
Mengenal Donor Rahim atau Transplantasi Rahim, Prosedur dan Syaratnya/Foto: Getty Images/iStockphoto
Jakarta -

Bunda pernah mendengar tentang donor atau transplantasi rahim? Inovasi medis terbaru ini memberikan kemungkinan hamil untuk perempuan dengan infertilitas. Yuk lebih mengenal lagi tentang transplantasi rahim, baik itu prosedur maupun syaratnya.

Melansir ClevelandClinic, proses transplantasi rahim tentu kompleks, yang melibatkan lebih dari sekadar operasi transplantasi. Ini karena tujuan utamanya untuk melahirkan bayi hidup

Apa itu donor rahim atau transplantasi rahim?

Transplantasi rahim atau donor rahim adalah proses bedah, yang melibatkan pengambilan rahim dari donor baik dari donor hidup maupun donor meninggal. Kemudian rahim tersebut ditransfer ke seseorang yang mengalami infertilitas faktor rahim absolut (AUFI). 


AUFI adalah kondisi di mana perempuan tidak dapat hamil karena tidak memiliki rahim atau rahim tidak berfungsi.  Perempuan yang mengalami AUFI mungkin merasa tak memiliki kendali atau kemampuan untuk membangun keluarga. Transplantasi rahim dapat memberi kesempatan untuk mengambil kembali kendali itu.

Tujuan dan manfaat transplantasi rahim

Pada perempuan yang menderita AUFI, transplantasi rahim adalah satu-satunya cara untuk mencoba kehamilan dan persalinan.

Menurut penelitian, beberapa penerima rahim memandang proses transplantasi sebagai kesempatan untuk berperan aktif dalam kesehatan dan kesejahteraan anak mereka di masa depan. Mereka memandang adopsi dan surrogasi sebagai peran yang lebih pasif.

Tujuan utama transplantasi rahim adalah untuk melahirkan bayi hidup. Namun, ada banyak langkah untuk mencapainya.

Berikut tujuan transplantasi rahim antara lain:

  • Memungkinkan perempuan untuk hamil jika mengalami AUFI atau rahimnya tidak berfungsi dengan baik.
  • Memberikan pilihan selain adopsi atau surrogacy di negara yang mengizinkan secara hukum untuk perempuan yang sangat menginginkan memiliki anak.

Sedangkan manfaat dari transplantasi rahim yakni memberi kesempatan hamil menjadi nyata. Beberapa studi melaporkan tingkat keberhasilan dengan kelahiran hidup setelah transplantasi rahim. Ini memberikan harapan untuk perempuan yang sebelumnya tak memiliki harapan. 

Siapa yang bisa menjalani donor rahim?

Transplantasi rahim atau donor rahim masih tergolong baru. Prosedurnya pun kompleks, tidak semua pusat transplantasi menerima semua calon donor. Ada proses pemilihan yang sangat ketat.

Tidak semua sistem rumah sakit melakukan transplantasi rahim. Dan setiap rumah sakit memiliki kriterianya sendiri tentang siapa yang dapat mendonorkan dan menerima rahim.

Secara umum, kriteria untuk menerima transplantasi rahim dapat meliputi:

  • Memiliki AUFI dan setidaknya satu ovarium yang berfungsi.
  • Usia reproduksi.
  • Cukup sehat untuk menjalani semua aspek bedah transplantasi rahim dan persalinan.
  • Memenuhi kriteria evaluasi psikiatri.
  • Mampu menerima obat imunosupresif.
  • Tidak memiliki HIV, hepatitis B, hepatitis C, atau infeksi aktif lainnya
  • Tidak merokok
  • Mampu memberikan persetujuan berdasarkan informasi

Sementara, untuk pendonor rahim memiliki kriteria sebagai berikut:

  • Pendonor bisa hidup (living donor) atau donor meninggal (deceased donor).
  • Donor hidup harus sehat secara medis maupun psikologis. Operasi pengangkatan rahim itu bukan tanpa risiko.
  • Sedangkan donor meninggal harus memenuhi kriteria donasi organ, ukuran, dan anatomi rahim sesuai untuk transplantasi. 

Untuk donasi rahim hidup, terdapat proses penyaringan yang ekstensif untuk memastikan operasi tersebut aman. Pendonor juga harus memenuhi kriteria tertentu untuk memastikan rahimnya cocok untuk orang lain.

Donor langsung seringkali merupakan anggota keluarga biologis, baik itu ibu atau saudara perempuan yang memilih untuk mendonorkan rahimnya.

Kenapa di sebut pendonor langsung? Ini karena penerima tahu siapa pendonornya. Sering kali terdapat hubungan yang jelas antara orang yang mendonorkan organ dan orang yang menerimanya.

Untuk pedonor anonim (non-langsung) adalah orang yang memutuskan ingin mendonorkan rahimnya saat masih hidup. Namun, mereka tidak memiliki calon donor untuk rahim mereka.

Sedangkan untuk donor almarhum, pendonornya adalah seseorang yang telah meninggal dunia dan sebelumnya menyatakan keinginan untuk mendonorkan organnya kepada orang lain. Donor biasanya tidak memiliki hubungan dengan penerima dalam jenis donasi organ ini.

Menurut sebuah studi transplantasi rahim di AS, 25 dari 33 transplantasi rahim (76 persen) berhasil. Berdasarkan definisi studi tersebut, ini berarti rahim masih dapat hidup 30 hari setelah operasi.

Pada saat studi yang sama dilakukan, 19 dari 33 penerima transplantasi (58 persen) memiliki setidaknya satu kelahiran hidup.

Prosedur transplantasi rahim dari awal hingga akhir

Pengambilan dan penanaman rahim merupakan operasi yang sangat kompleks. Tim kesehatan akan menjelaskan prosedur secara rinci untuk pendonor maupun penerima. 

Berikut prosedur umum transplantasi rahim:

1. Persiapan 

Persiapan untuk transplantasi rahim dapat memakan waktu beberapa bulan atau tahun sebelum operasi transplantasi rahim dilakukan. Bunda akan menjalani proses penyaringan yang ekstensif.

Evaluasi ini memastikan Bunda sehat secara fisik, mental, dan emosional untuk menjalani setiap aspek transplantasi.

Bunda akan bertemu dengan beberapa spesialis, termasuk:

  • Ahli endokrinologi reproduksi.
  • Dokter kandungan dan ginekologi.
  • Ahli bedah transplantasi dan ginekologi.
  • Ahli anestesi.
  • Spesialis kedokteran ibu dan janin (MKJ) (perinatologi).
  • Spesialis penyakit menular.
  • Psikiater atau psikolog.
  • Pekerja sosial.
  • Koordinator perawat.

Bunda akan menjalani berbagai tes dan pemeriksaan medis untuk memeriksa apakah memenuhi syarat untuk transplantasi. Ini termasuk tes laboratorium, tes pencitraan, dan evaluasi psikologis.

2. Operasi donor

Untuk perempuan pendonor hidup, dokter bedah akan melakukan histerektompi melalui laparotomi, laparoskopi, atau robotik. Laparotomi adalah sayatan terbuka (sayatan) di perut untuk mengakses rahim. Laparoskopi atau operasi robotik biasanya melibatkan lima port (titik akses) untuk mengangkat rahim.

Dokter bedah juga akan mengangkat:

  • Pembuluh darah yang terhubung ke rahim.
  • Serviks.
  • Sejumlah kecil jaringan vagina.

3. Operasi penerima

Sebelum operasi, Bunda penerima rahim akan mulai mengonsumsi obat-obatan untuk membantu memastikan sistem kekebalan tubuh tidak menyerang rahim donor (obat antipenolakan).

Secara umum, selama operasi transplantasi rahim, dokter bedah menghubungkan rahim donor ke pembuluh darah penerima.

Dokter juga membuat koneksi ke vagina, tidak menghubungkan tuba fallopi ke rahim yang ditransplantasikan. Inilah sebabnya mengapa kehamilan hanya dapat terjadi dengan IVF setelah transplantasi.

Jenis operasinya biasanya laparotomi. Ini berarti dokter bedah membuat sayatan di perut untuk mencapai ruang tempat rahim donor akan ditempatkan. Beberapa pusat transplantasi melakukan transplantasi secara robotik.

4. Periode pemantauan dan kehamilan

Setelah operasi transplantasi, tim perawatan kesehatan akan memeriksa tanda-tanda penolakan organ atau komplikasi. Keberhasilan operasi sangat bergantung pada apakah ada suplai darah yang cukup ke rahim.

Beberapa bulan setelah transplantasi berhasil, Bunda akan mulai mengalami menstruasi. Dalam tiga hingga 12 bulan setelah operasi, Bunda akan menjalani transfer embrio. Penyedia layanan kesehatan hanya akan menanamkan satu embrio pada satu waktu.

Tenaga kesehatan akan memantau secara khusus karena kombinasi status transplantasi dan kehamilan.

5. Setelah kehamilan atau bila tidak terjadi kehamilan

Bunda akan melahirkan bayi melalui operasi caesar. Persalinan pervaginam tidak memungkinkan dengan transplantasi rahim.

Tim kesehatan akan terus memantau kondisi ibu dan anak setelah proses persalinan. Bunda juga akan menilai apakah ingin mencoba kehamilan lagi dan apakan aman melakukannya.

Penyedia layanan kesehatan umumnya membatasi dua kelahiran hidup dengan rahim transplantasi.

Setelah satu atau dua kehamilan, atau graft gagal, maka rahim akan dikeluarkan (histerektomi) agar penerima tidak perlu terus menggunakan imunosupresif tanpa manfaat kehamilan lebih lanjut. 

Transplantasi rahim memang hanya untuk sementara. Pada akhirnya, Bunda memerlukan histerektomi untuk mengangkat rahim donor. Ini dapat dilakukan pada saat operasi caesar atau di kemudian hari.

Jika rahim menjadi tidak dapat hidup pada suatu saat selama proses, seorang ahli bedah perlu mengangkatnya.

Tim perawatan kesehatan juga akan merekomendasikan pencabutan transplantasi jika Bunda mengalami beberapa transfer embrio yang gagal atau keguguran berulang.

Setelah histerektomi, Bunda akan berhenti mengonsumsi obat antipenolakan.

Risiko dan efek samping donor rahim

Operasi transplantasi rahim belum tentu berhasil, operasi ini bisa saja gagal graft, rahim yang ditransplantasi tidak bertahan atau tidak berfungsi.

Studi AS menemukan dari 20 penerima, graft berhasil pada 70 persen dan semua yang graftnya berhasil melahirkan.

Bunda yang menjalaninya dihadapkan risiko bedah yang besar. Jika kehamilan terjadi maka kemungkinan persalinan sesar dan prosedur histerektomi setelahnya.

Bunda juga mengonsumsi imunosupresi jangka panjang. Ada risiko infeksi, efek samping organ lain (ginjal, hati), serta komplikasi jangka panjang tidak sepenuhnya diketahui.

Transplantasi rahim juga berisiko obstetri. Kehamilan setelah transplantasi lebih berisiko dibanding kehamilan biasa. Seperti kelahiran prematur lebih sering terjadi. 

Terdapat risiko dan kemungkinan komplikasi bagi donor hidup dan penerima.

Bagi donor hidup, terdapat risiko bedah umum, seperti:

  • Komplikasi akibat anestesi.
  • Infeksi.
  • Perdarahan.
  • Pembentukan bekuan darah (trombosis).
  • Komplikasi khusus akibat pengangkatan rahim meliputi cedera pada organ dan struktur di sekitarnya. Masalah sistem kemih merupakan komplikasi yang paling umum.

Penting juga untuk mempertimbangkan potensi dampak mental dan emosional. Beberapa pendonor mengungkapkan rasa bersalah yang mendalam ketika transplantasi tidak berhasil.

Sedangkan risiko  dan kemungkinan komplikasi bagi penerima transplantasi rahim meliputi:

  • Risiko bedah untuk operasi transplantasi awal.
  • Risiko bedah untuk persalinan caesar.
  • Risiko bedah untuk pengangkatan rahim yang didonorkan.
  • Kegagalan cangkok rahim, paling sering disebabkan oleh pembentukan gumpalan darah di pembuluh darah yang terhubung ke rahim.
  • Penolakan rahim.
  • Paparan imunosupresi dengan risiko kerusakan ginjal (nefrotoksisitas).
  • Risiko terkait IVF dan kehamilan.

Tim perawatan kesehatan akan membahas semua kemungkinan risiko dan komplikasi secara rinci.

Transplantasi rahim adalah inovasi medis yang lebih baru. Jadi, para peneliti belum mengetahui dampak kesehatan jangka panjangnya. Efek jangka panjang terhadap anak, lahir dari rahim transplantasi masih dalam pantauan. 

Hingga saat ini belum banyak laporan kelainan kongenital atau perkembangan buruk, periode follow-up masih terbatas.

Penting untuk diingat bahwa transplantasi rahim tidak menjamin kelahiran hidup. Kehamilan sangat kompleks. Faktor-faktor lain dapat menyebabkan masalah implantasi dan keguguran.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Simak video di bawah ini, Bun:

Jangan Abaikan, Ini Penyebab Sakit Pinggang Setelah Berhubungan Intim

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Dahulu Ratu Sinetron, Ini 5 Potret Jihan Fahira Kini Sibuk Jadi Wakil Rakyat

Mom's Life Nadhifa Fitrina

10 Inspirasi Nama Anak Bungsu Perempuan dari Artis Indonesia dan Artinya

Nama Bayi Annisya Asri Diarta

Bahagia Jalani Kehamilan Pertama, Putri Isnari Ungkap Harapan Dapat Anak Laki-Laki

Kehamilan Amrikh Palupi

Kapan Waktu Tepat Orang Tua Mengungkap Kebenaran tentang Santa Claus? Ini Kata Pakar

Parenting Nadhifa Fitrina

11 Kalimat yang Sering Diucapkan Orang yang Tak Tahu Berterima Kasih Menurut Psikologi

Mom's Life Azhar Hanifah

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

73 Lagu Rohani Kristen Terbaik dan Terpopuler, Penyembahan & Pujian Syukur

Tangis Sahrul Gunawan Minta Maaf pada Sang Putra Ezzar Pernah Pukul dengan Gayung

10 Inspirasi Nama Anak Bungsu Perempuan dari Artis Indonesia dan Artinya

Bahagia Jalani Kehamilan Pertama, Putri Isnari Ungkap Harapan Dapat Anak Laki-Laki

Kapan Waktu Tepat Orang Tua Mengungkap Kebenaran tentang Santa Claus? Ini Kata Pakar

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK