KEHAMILAN
Studi Terbaru Ungkap Bahaya Paparan Bahan Kimia PFAS pada Ibu Hamil, Bisa Ganggu Fungsi Plasenta
Annisa Karnesyia | HaiBunda
Minggu, 14 Dec 2025 13:00 WIBIbu hamil paling rentan mengalami sakit karena daya tahan tubuhnya cenderung menurun. Selain virus dan bakteri, sakit saat hamil juga dapat disebabkan karena paparan bahan kimia berbahaya seperti PFAS.
Zat perfluoroalkil atau PFAS adalah kelompok dari hampir 10.000 senyawa kimia yang bertahan lama di lingkungan. Paparan PFAS telah dikaitkan dengan efek kesehatan pada manusia, termasuk ibu hamil dan janin di dalam kandungan.
Studi terbaru mengungkap bahwa PFAS dapat mengganggu fungsi plasenta yang memegang peranan penting dalam melindungi janin. Para peneliti dari Helmholtz Centre for Environmental Research (UFZ), bekerja sama dengan Dessau Municipal Hospital, telah mengembangkan model plasenta 3D yang dapat digunakan untuk menganalisis risiko paparan PFAS selama kehamilan dengan lebih baik. Hasil studi yang dipublikasikan di Environmental Research ini menunjukkan bahwa PFAS dapat mengganggu fungsi plasenta, terutama di fase awal kehamilan.
Dilansir laman News Medical, plasenta berfungsi dalam pertukaran nutrisi dan produk metabolisme antara ibu hamil dan janinnya. Plasenta merupakan organ penting untuk memastikan perkembangan janin sehat selama di dalam kandungan.
Meskipun plasenta memiliki mekanisme penghalang yang dirancang untuk mencegah masuknya zat berbahaya ke dalam tubuh bayi, paparan PFAS ternyata dapat masuk dan menumpuk di dalam tubuh. Akibatnya, paparan zat ini bisa mengganggu perkembangan janin, dan dalam kasus yang parah, dapat meningkatkan risiko keguguran.
"Untuk penilaian risiko yang akurat, penting untuk mendokumentasikan paparan PFAS dengan lebih tepat, terutama selama trimester pertama kehamilan," kata ilmuwan reproduksi serta penulis dan peneliti utama, UFZ Dr. Violeta Stojanovska.
Sejauh ini, informasi terkait paparan PFAS di awal kehamilan masih sedikit diketahui, Bunda. Pasalnya, sebagian besar studi reproduksi hanya bergantung pada deteksi PFAS dalam darah atau plasenta yang diperoleh di bulan-bulan terakhir kehamilan.
Dalam studi ini, para peneliti memilih pendekatan yang berbeda. Mereka mengekstrak enam senyawa PFAS, yakni asam perfluorononanoat, asam perfluorooktanasulfonat, asam perfluorobutanoat, asam perfluorooktanoat, asam perfluoroheksanasulfonat, dan asam perfluorodekanoat.
Semua senyawa diekstrak dari jaringan plasenta dari 31 ibu hamil di trimester pertama. Kemudian, senyawa-senyawa tersebut digunakan untuk mendapatkan campuran PFAS yang relevan dengan plasenta, lalu diuji dalam model trofoblas 3D untuk mensimulasikan paparan plasenta.
"PFAS ini relevan untuk investigasi karena kami mendeteksinya dalam konsentrasi tinggi di plasenta dan ada indikasi dalam literatur bahwa senyawa tersebut dapat memicu komplikasi kehamilan," kata kandidat doktor dan penulis utama studi tersebut, Yu Xia.
"Keuntungan utama dari model 3D adalah sel trofoblas tumbuh dalam struktur bulat, yang sangat mirip dengan organisasi sel yang terlihat pada perkembangan plasenta awal, tidak seperti susunan datar pada kultur 2D," kata Stojanovska.
Perlu diketahui, trofoblas adalah sel plasenta yang menginvasi jaringan ibu di awal kehamilan dan berkontak dengan aliran darah ibu. Melalui model 3D ini, tim peneliti mampu menyelidiki berbagai fungsi plasenta, termasuk produksi hormon dan invasivitas.
Bahaya paparan PFAS pada plasenta
Dalam penelitian, paparan model trofoblas 3D terhadap campuran PFAS terbukti dapat mengganggu fungsi plasenta yang optimal. Sel-sel plasenta menunjukkan kemampuan invasi yang terganggu. Kemampuan invasi ini sangat penting untuk pertumbuhan janin yang optimal dengan memfasilitasi transfer nutrisi dari ibu ke janin.
"Kedua proses tersebut dijaga dalam keseimbangan alami selama perkembangan plasenta. Namun, keseimbangan ini terganggu ketika plasenta terpapar konsentrasi PFAS yang tinggi," ungkap Stojanovska.
Tim peneliti juga menemukan bahwa paparan PFAS dapat mengurangi produksi β-hCG, yakni hormon pertama yang diproduksi oleh plasenta dan pengatur utama kehamilan. Hormon ini merangsang produksi progesteron untuk menciptakan kondisi rahim yang sehat, Bunda. Nah, penurunan produksi β-hCG dapat mengindikasikan adanya gangguan regulasi hormon.
"Perubahan kecil ini belum banyak mendapat perhatian sejauh ini, tetapi jika digabungkan dapat berdampak signifikan pada perkembangan kehamilan," kata Stojanovska.
Perlu diketahui, PFAS di lingkungan dapat masuk ke rantai makanan melalui tanaman yang ditanam, hewan yang dipelihara, sumber keduanya yang diproses di daerah yang terkontaminasi. Selain itu, sejumlah kecil PFAS juga dapat masuk ke makanan melalui cara pengemasan makanan, pengolahan, dan peralatan masak.
Demikian studi terbaru yang mengungkap bahaya paparan PFAS pada kehamilan dan janin. Semoga informasi ini bermanfaat ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/rap)