Iowa, AS -
Semua ibu pasti sedih ketika kehilangan anak akibat keguguran. Terlebih bila terjadi di kehamilan pertama. Perasaan bersalah bahkan takut pun bisa dialami. Ini juga yang terjadi pada mantan atlet senam olimpiade, Shawn Johnson.
Soal karir, Shawn sudah melalui titik terendah dan tertinggi dalam perjalanan karirnya. Nah, setelah menikah dengan atlet footbal Andrew East, ada rasa deg-degan di benak Shawn ketika menanti kelahiran anak pertama mereka. Tadinya seperti itu, Bun. Tapi kenyataan berkata lain.
Delapan bulan lalu mantan pesenam ini mengalami
keguguran. Buat Shawn, ini bukan momen yang mudah untuk dihadapi sekalipun sebagai pesenam dirinya udah terbiasa jatuh-bangun di area kompetisi.
"Ketika saya tahu hamil, itu adalah momen terbaik sepanjang hidup saya karena pada dasarnya itu keajaiban Tuhan. Bagaimana tidak, saya telah 'melukai' tubuh saya bertahun-tahun, tapi kehamilan ini tetap bisa terjadi," tutur Shawn dilansir Parents.
Shawn pun nggak sabar untuk mengatakan secara langsung kabar bahagia ini pada suaminya. Namun, Shawn mengalami keguguran di awal-awal kehamilannya. Saat ini pun Shawn mengaku masih memiliki perasaan bersalah pada calon anaknya.
"Saya bahkan tidak bisa merawat anak ini selama seminggu setelah tahu dia ada di perut saya. Saya nggak bisa membesarkannya dan saya merasa bersalah pada Andrew karena kami kehilangan anak kami. Saya juga merasa bersalah pada Tuhan karena nggak bisa menjaganya," kata Shawn.
Untuk Shawn keguguran adalah momen terberat yang harus dia hadapi. Selama berdamai dengan keadaan Shawn juga jadi orang yang amat emosional. Termasuk sulit menerima kenyataan bahwa dia keguguran dan kehilangan calon buah hatinya. Untungnya, sekarang Shawn sudah lebih berani berbagi ceritanya dengan orang lain. Lewat video pendek di Youtube, ia bercerita dengan detail betapa emosionalnya dia ketika kehilangan calon buah hatinya.
"Sangat keren mendengarkan cerita orang lain juga. Mendengar bagaimana pasangan lain yang menghadapi kasus sama seperti kami harus berjuang melaluinya dan saya pikir semua hal ini sangat berharga," imbuh Shawn.
Pada akhirnya dukungan adalah esensi terpenting untuk bangkit dalam momen ini. Shawn berpesan, tidak peduli hal apa yang dilalui, kita dan pasangan pasti selalu bisa keluar dari hal tersebut.
"Saya pikir jika percaya dan memiliki keyakinan yang kuat pada-Nya, kita akan jadi lebih kuat dari sebelumnya," tambah Shawn.
Shawn dan sang suami berani begitu terbuka soal pengalaman keguguran mereka untuk menghadapi stigma yang ada selama ini salah satunya tabu membicarakan tentang keguguran. Dengan harapan, pesan mereka akan membantu orang lain yang mengalami hal sama menemukan sumber 'penyembuhannya'.
Semangat selalu ya Shawn dan suami!
Bicara soal
keguguran, sudah pasti kesedihan mendalam dirasakan pasangan suami istri. Dalam bersikap kepada si pasangan kita juga mesti hati-hati, Bun. Seperti kata psikolog keluarga Anna Surti Ariani yang akrab disapa Nina, boleh aja kita menghibur pasangan yang kehilangan bayinya tapi disesuaikan dengan kebutuhan pasangan tersebut.
"Ada pasangan yang merasa terhibur ketika ditemani. Tapi ada juga yang merasa lebih baik ketika mereka dibiarkan sendiri dulu. Nah, cara kita bersikap ini harus disesuaikan karena tiap orang dalam menghadapi fase berdukanya itu beda-beda," tutur Nina.
Saat menghadapi kenyataan dirinya keguguran, setiap wanita pasti mengalami kesedihan yang luar biasa. Namun, selain memulihkan kondisi psikis, wanita yang mengalami keguguran juga harus fokus untuk memulihkan kondisi fisiknya, bagaimana caranya?
"Istirahat setidaknya tiga empat hari setelah itu boleh beraktivitas seperti biasanya. Kalau makan yang penting makanan bergizi seperti yang dianjurkan pada umumnya artinya sesuai dengan kebutuhan kalori dan terpenuhi kebutuhan protein vitamin dan mineralnya," jelas dr Aryando Pradana, SpOG dikutip dari detikHealth.
Mayoritas
keguguran memang nggak bisa dicegah, Bun. Tapi ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengurangi risiko keguguran. Mengenal dengan baik risiko-risiko keguguran juga penting sebagai ikhtiar untuk mengurangi risiko.
Dikutip dari WebMD, berikut ini beberapa hal yang meningkatkan risiko keguguran seperti hamil di atas usia 35 tahun, kegemukan, merokok saat hamil, penggunaan zat terlarang dan alkohol, minum lebih dari 200 mg kafein sehari, kondisi kesehatan tidak baik, dan masalah rahim.
[Gambas:Youtube]
(rdn)