Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

menyusui

Penyebab Depresi pada Masa Menyusui, Bunda Perlu Tahu

Erni Meilina   |   HaiBunda

Kamis, 19 Nov 2020 18:17 WIB

Tired desperate mother and baby crying
Depresi ibu menyusui/ Foto: Getty Images/iStockphoto/AntonioGuillem

Jakarta – Proses menyusui membawa perubahan besar dalam hidup Bunda. Sebab, Bunda harus terikat selama 24 jam dengan bayi yang baru lahir untuk memberinya ASI. Dibutuhkan persiapan mental dan fisik agar Bunda enggak kelelahan serta jenuh.

Ya, Bunda, tidak dipungkiri bahwa menyusui menjadi momen yang menyenangkan sekaligus melelahkan untuk Bunda. Minggu pertama setelah Bunda melahirkan bisa dibilang itu adalah masa adaptasi Bunda dengan si kecil. Pada bayi baru lahir, biasanya harus diberi ASI setiap dua jam sekali, maka dari itu banyak Bunda di luar sana yang setelah melahirkan justru stres saat harus memberi ASI kepada si kecil.

Jam tidur yang tidak teratur membuat Bunda sering lelah dan merasa tertekan setiap kali si kecil menangis. Tidak jarang dari Bunda juga ikut menangis ketika si kecil menangis karena kelaparan. Banyak Bunda baru akhirnya menjadi baby blues karena belum siap dengan perubahan baru ini.

Dikutip dari artikel Romper, menurut The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA), sekitar 40-80 persen dari semua ibu baru mengalami "gangguan suasana hati ringan dan sementara" dengan 13-19 persen mengembangkan depresi pasca persalinan (PPD) ketika gejala berlangsung selama dua minggu.

Konsultan Laktasi Bersertifikat Dewan Internasional (IBCLC), Leigh Anne O'Connor, memberi tahu bahwa menyusui itu sendiri tidak menyebabkan depresi, tetapi pandangan masyarakat tentang hal itu dapat membuat Bunda merasa lebih tertekan daripada yang memberi susu formula.

"Masalahnya adalah bahwa pemberian susu botol adalah norma budaya, kami melihat gambar bayi menyusu dari botol di media dan di kehidupan nyata," kata O'Connor.

"Tetapi gambaran tentang menyusui sering kali terlalu romantis. Menyusui jarang diajarkan, tetapi karena kita tahu betapa pentingnya, orang-orang disuruh melakukannya, tetapi dengan sedikit instruksi, maka para ibu menciptakan kembali roda itu berulang kali.” 

Bukan menyusui yang menyebabkan depresi, tapi mungkin saja Bunda bisa depresi saat menyusui. Perkembangan penelitian mengenai pasca persalinan mencatat bahwa stigma terhadap pemberian susu formula dan tekanan untuk menyusui dapat memperburuk PPD. Serta dapat membuat Bunda merasa sedih, putus asa, dan sedih tentang pilihan mereka. Kabar baiknya, anti-depresan aman digunakan saat menyusui.

Setelah melahirkan banyak perubahan hormonal yang terjadi, jika dibarengi dengan stres dan kecemasan menjadi seorang ibu baru, Bunda dapat menemukan diri Bunda dalam keadaan depresi. Tapi, fakta menyebutkan ternyata menyusui tidak membuat Bunda deprsi lho. Jika menyangkut tentang tubuh Bunda, menyusui sebenarnya menjauhkan Bunda dari depresi. Stereotype masyarakat tentang menyusui tidak seperti apa yang dikatakan sains.

Dilansir The Conversation, Alia Heise, seorang konsultan laktasi menyebutkan saat wanita menyusui, kadar dopamin (hormon yang terkait dengan penghargaan) menurun untuk meningkatkan kadar prolaktin (hormon penghasil susu).

Heise menyarankan bahwa untuk beberapa wanita, dopamin turun secara berlebihan yang menyebabkan berbagai gejala, termasuk kecemasan, kemarahan, dan kebencian pada diri sendiri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kadar dopamin yang rendah dapat menyebabkan suasana hati yang rendah dan respons emosional negatif lainnya, fakta tersebut menunjukkan bahwa mungkin itulah penyebab Bunda merasa tertekan saat menyusui si kecil.

Chow Yun Fat dan istriFoto: HaiBunda

Bunda, simak cerita Tasya Kamila yang menemui masalah dalam menyusui anak pertamanya:

[Gambas:Video Haibunda]



(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda