MENYUSUI
Cara Menetralkan ASI dari Obat untuk Mengurangi Efek Samping pada Bayi
Dwi Indah Nurcahyani | HaiBunda
Sabtu, 24 Jun 2023 07:50 WIBMengonsumsi obat-obatan saat menyusui bisa menjadi hal yang membuat kegalauan ibu menyusui. Apalagi, setiap obat tentu memiliki efek samping sehingga busui menjadi khawatir saat mengonsumsinya. Lantas, bagaimana cara menetralkan ASI dari obat untuk mengurangi efek samping pada bayi?
Banyak ibu menyusui yang perlu menggunakan obat-obatan saat menyusui. Permasalahannya, hampir semua obat berpindah ke dalam ASI dan ini dapat membawa risiko pada bayi yang disusui.
Faktor-faktor seperti dosis yang diterima melalui ASI, dan farmakokinetik serta efek obat pada bayi perlu dipertimbangkan. Namun, masalah ini memang tidak boleh dilebih-lebihkan, karena banyak obat yang dianggap 'aman' selama menyusui.
Cara menetralkan ASI dari obat
Hampir semua obat ditransfer ke dalam ASI sampai batas tertentu ya, Bunda. Pengecualian penting adalah heparin dan insulin yang terlalu besar untuk melintasi membran biologis. Bayi hampir selalu tidak menerima manfaat dari bentuk paparan ini dan dianggap sebagai 'pengamat yang tidak bersalah'.
Pemindahan obat dari plasma ibu ke susu, dengan pengecualian yang jarang terjadi, melalui difusi pasif melintasi membran biologis. Transfer paling besar dengan adanya pengikatan protein plasma ibu yang rendah dan kelarutan lemak yang tinggi.
Selain itu, susu sedikit lebih asam daripada plasma (pH susu kira-kira 7,2 dan plasma 7,4) memungkinkan obat-obat basa lemah lebih mudah dipindahkan ke dalam ASI dan menjadi terperangkap akibat ionisasi.
Komposisi susu bervariasi di dalam dan di antara waktu menyusui dan ini juga dapat mempengaruhi transfer obat ke dalam ASI. Misalnya, susu pada akhir pemberian (hindmilk) mengandung jauh lebih banyak lemak daripada foremilk dan dapat mengkonsentrasikan obat-obatan yang larut dalam lemak.
Transfer obat ke dalam ASI paling sering dijelaskan secara kuantitatif menggunakan rasio konsentrasi susu terhadap plasma (M/P). Keakuratan nilai ini ditingkatkan jika didasarkan pada area di bawah kurva konsentrasi-waktu (AUC) obat dalam ASI dan plasma ibu (M/PAUC).
Perhitungan paparan bayi terhadap obat dapat digunakan untuk membantu memandu penggunaan yang aman. Dosis bayi yang diterima melalui susu dapat dihitung dengan menggunakan konsentrasi plasma ibu (Cmaternal), rasio M/PAUC dan volume susu yang dicerna oleh bayi. Volume susu yang dicerna oleh bayi biasanya diperkirakan 0,15 L/kg/hari. Dosis bayi (mg/kg) kemudian dapat dinyatakan sebagai persentase dosis ibu (mg/kg).
Sebagai aturan umum, penggunaan preparat topikal seperti krim, semprotan hidung, atau inhaler oleh ibu diharapkan memiliki risiko yang lebih kecil pada bayi yang disusui daripada obat yang diberikan secara sistemik.
Hal ini disebabkan oleh konsentrasi ibu yang lebih rendah dan karena itu transfer yang lebih rendah ke dalam ASI. Namun, risiko pada bayi harus dipertimbangkan sehubungan dengan toksisitas obat yang digunakan, dosis, dan area aplikasi. Misalnya, penggunaan semprotan hidung kortikosteroid atau inhaler dalam dosis standar akan dianggap sesuai dengan menyusui.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan dosis bayi termasuk farmakokinetik obat pada bayi. Umumnya, obat-obatan yang diserap dengan buruk atau memiliki metabolisme lintas pertama yang tinggi cenderung tidak menimbulkan masalah selama menyusui.
Misalnya, gentamisin sangat hidrofilik dan diserap dengan sangat buruk bila diberikan secara oral. Jika ada gentamisin yang tertelan melalui ASI, kecil kemungkinannya untuk diserap, seperti dikatakan Sharon Gardiner, Drug Information Pharmacist, dari Christchurch Hospital, dikutip dari laman Medsafe.
Perlu Bunda tahu bahwa hampir semua obat yang ada di dalam darah akan ditransfer ke dalam ASI sampai batas tertentu. Sebagian besar obat melakukannya pada tingkat rendah dan tidak menimbulkan risiko nyata bagi sebagian besar bayi. Namun, ada pengecualian. Beberapa obat dapat ditemukan dalam kadar tinggi dalam ASI. Akibatnya, setiap obat harus dipertimbangkan secara terpisah.
Selain itu, paparan obat dalam ASI menimbulkan risiko terbesar pada bayi prematur, bayi baru lahir, dan bayi yang secara medis tidak stabil atau memiliki masalah dengan fungsi ginjal. Namun, obat-obatan yang digunakan dalam dua hari setelah melahirkan ditransfer pada tingkat yang sangat rendah ke bayi. Ini karena Bunda menghasilkan volume ASI yang terbatas selama ini.
Terkait risiko dari paparan obat, sebenarnya risikonya paling rendah untuk bayi sehat berusia 6 bulan ke atas. Pada usia ini, obat di metabolisme melalui tubuh bayi secara efisien. Secara umum, sebagian besar obat aman dikonsumsi saat menyusui. Selain itu, manfaat melanjutkan pengobatan untuk kondisi kronis mungkin lebih besar daripada potensi risikonya.
Namun, beberapa obat tidak aman dikonsumsi saat menyusui. Jika Bunda meminum obat yang dapat membahayakan bayi, tim medis mungkin merekomendasikan obat alternatif. Atau mereka mungkin merekomendasikan menyusui ketika obatnya rendah dalam ASI Bunda, seperti dikutip dari laman Mayo Clinic.
Terkadang, dokter ataupun tim penyedia layanan kesehatan mungkin menyarankan agar Bunda berhenti menyusui untuk sementara atau selamanya. Rekomendasi dapat bergantung pada berapa lama Bunda perlu minum obat.
Jika Bunda mengetahui sebelumnya, Bunda dapat memompa selain menyusui dan menyimpan ASI. Kemudian gunakan ASI yang disimpan begitu Bunda mulai mengonsumsi obat guna mengurangi efek samping dari obat pada bayi.
Jika Bunda perlu berhenti menyusui hanya untuk sementara, gunakan pompa ASI elektrik ganda untuk menjaga pasokan ASI hingga Bunda dapat menyusui lagi. Buang susu yang Bunda pompa saat Bunda minum obat. Jika Bunda tidak yakin apakah suatu obat aman saat menyusui, pompa ASI dan beri label kemudian simpan ASI perah sampai Bunda berkonsultasi dengan dokter.
Semoga informasinya membantu ya, Bunda.
Bunda ingin membeli produk kesehatan dan kebutuhan ibu menyusui lainnya? Langsung aja yuk, klik di sini.
(pri/pri)Simak video di bawah ini, Bun:
Amoxicillin untuk Ibu Menyusui, Apakah Aman dan Bagaimana Efek Sampingnya?
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Bolehkah Bayi Minum ASI setelah Minum Obat? Simak Penjelasan Dokter
Berapa Lama Ketahanan Menyimpan ASI di Freezer ASI? Simak Caranya agar Tahan Lama
Hanya Puting Menonjol dan Payudara Besar Bisa Sukses Menyusui, Benarkah?
7 Rekomendasi Salep atau Obat Untuk Ibu Menyusui, Aman & Terjangkau
TERPOPULER
5 Potret Rumah Mewah Artis 4 Lantai, Dilengkapi Lift hingga Kolam Renang Rooftop
9 Barang Elektronik yang Tidak Boleh Dicolokkan ke Stopkontak Ekstensi
Alasan Ilmiah Berat Badan Naik setelah Menikah
10 Susu UHT untuk Anak 1 Tahun yang Aman Dikonsumsi
Ingin Cepat Hamil? Begini Cara Memilih Pelumas yang Tepat untuk Berhubungan Intim
REKOMENDASI PRODUK
10 Susu UHT untuk Anak 1 Tahun yang Aman Dikonsumsi
KinanREKOMENDASI PRODUK
5 Rekomendasi BB Cream Korea, Bikin Kulit Wajah Glowing
Amira SalsabilaREKOMENDASI PRODUK
Pilihan Parfum Anak Sekolah yang Wangi Tahan Lama dan Harga di Bawah Rp20 Ribu
Firli NabilaREKOMENDASI PRODUK
11 Rekomendasi Susu Penambah Berat Badan Anak 2 Tahun
Azhar HanifahREKOMENDASI PRODUK
Pilihan Minyak Telon Bayi yang Aman dan Paling Wangi untuk Anak
Firli NabilaTERBARU DARI HAIBUNDA
Potret Pemeran Rahman di Film Zombie Abadi Nan Jaya Ardit Erwandha Bersama Istri
Sistem Half Day vs Full Day Preschool, Mana yang Lebih Baik untuk Anak
Alasan Ilmiah Berat Badan Naik setelah Menikah
10 Susu UHT untuk Anak 1 Tahun yang Aman Dikonsumsi
7 Contoh Kalimat Undangan untuk Ulang Tahun hingga Pernikahan via WA
FOTO
VIDEO
DETIK NETWORK
-
Insertlive
El Rumi Tegas Rahasiakan Tanggal Pernikahan dari Ahmad Dhani, Alasannya...
-
Beautynesia
3 Kebiasaan yang Muncul Usai Alami Ujian Hidup yang Sangat Berat
-
Female Daily
Stay Active Sambil Liburan ke Bandung? Ini 5 Lapangan Padel di Bandung yang Bisa Kamu Sewa!
-
CXO
GOT7 Rilis Album Baru, Persiapan Harus Lewat Video Call Karena Hal Ini
-
Wolipop
Gaya Anak Catherine Zeta-Jones Pinjam Baju Ibu untuk Ultah Hingga Red Carpet
-
Mommies Daily
Vaginismus: Saat Tubuh “Menolak” Penetrasi dan Cara Mengatasinya Secara Medis