Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

menyusui

Berapa Hari Kolostrum ASI Bisa Bertahan jika Tidak Langsung Diberikan pada Bayi?

Dwi Indah Nurcahyani   |   HaiBunda

Senin, 18 Mar 2024 15:05 WIB

Ilustrasi Melahirkan
Kolostrum ASI Bisa Bertahan Berapa Hari jika Tidak Langsung Diberikan pada Bayi?/Foto: Getty Images/iStockphoto/SDI Productions
Daftar Isi
Jakarta -

Kolostrum merupakan cairan emas yang bernutrisi tinggi untuk bayi. Kira-kira, kolostrum ASI bisa bertahan berapa hari jika tidak langsung diberikan pada bayi?

Kolostrum merupakan ASI pertama yang diproduksi tubuh selama kehamilan. Cairan ini terbentuk di kelenjar susu (payudara) dan memainkan peran penting dalam membangun sistem kekebalan bayi. Perlu Bunda ketahui bahwa kolostrum sangatlah tinggi protein dan rendah lemak serta gula. 

Cairan emas ini diisi dengan sel darah putih yang menghasilkan antibodi. Antibodi ini memperkuat sistem kekebalan bayi dan melindunginya dari infeksi. Kolostrum sangat terkonsentrasi dan padat nutrisi bahkan dalam dosis kecil sekalipun, sehingga perut bayi tidak memerlukan banyak nutrisi untuk mendapatkan manfaatnya.

Kolostrum sendiri kaya akan nutrisi penting yang melindungi dan memberinya nutrisi pada bayi. Diantara nutrisi tersebut terdiri dari imunoglobulin A (antibodi), laktoferin (protein yang membantu mencegah infeksi), leukosit (sel darah putih), dan faktor pertumbuhan epidermal (protein yang merangsang pertumbuhan sel) seperti dikutip dari laman Clevelandclinic.

Ketahanan kolostrum ASI

Kolostrum adalah ASI kaya nutrisi pertama yang diproduksi oleh payudara selama kehamilan. Ini berubah menjadi ASI transisi beberapa hari setelah bayi Bunda lahir. Namun, sejumlah kecil kolostrum tetap berada dalam ASI selama beberapa minggu.

Secara umum, ada beberapa perbedaan mencolok antara kolostrum dan ASI. Berikut ini di antaranya ya, Bunda:

1. Kolostrum mengandung imunoglobin untuk meningkatkan sistem kekebalan bayi dan melindunginya dari penyakit.
2. Kolostrum memiliki protein dua kali lebih banyak.
3. Kolostrum mengandung seng empat kali lebih banyak.
4. Kolostrum lebih rendah lemak dan gula sehingga lebih mudah dicerna.
5. Kolostrum lebih kental dan berwarna kuning.

Tahapan produksi ASI

Dalam proses produksi dan pengeluaran ASI, sebenarnya ada tiga tahapan dari ASI yang berbeda, yakni kolostrum, ASI transisi, dan ASI matang.

1. Kolostrum

Kolostrum sendiri merupakan ASI pertama Anda yang bertahan antara dua dan empat hari setelah kelahiran.

2. ASI transisi

Biasanya, ASI transisi dimulai kira-kira empat hari setelah kelahiran dan berlangsung sekitar dua minggu.

3. ASI matang

ASI matang biasanya bertahan kurang lebih 14 hari setelah lahir hingga Bunda selesai memproduksi ASI.

Jadi, kapan sebenarnya kolostrum berubah menjadi susu?

Setelah kurang lebih tiga atau empat hari, kolostrum akan berubah menjadi ASI transisi. Hal ini sering disebut sebagai ASI yang “masuk”. Payudara biasanya akan terasa kencang, lembut dan penuh.

Itu berarti persediaan ASI akan meningkat. Pada saat ini perut bayi sudah membesar dan mereka bisa minum lebih banyak susu setiap kali menyusu. Setelah persediaan ASI Bunda stabil dan tubuh Bunda stabil, ASI transisi berubah menjadi susu matang.

Berapa lama kolostrum ASI bisa bertahan jika tidak langsung diberikan pada bayi?

Adakalanya, beberapa kondisi membuat busui tidak bisa langsung memberikan kolostrum ataupun menyusui langsung bayinya. Padahal, seorang bayi perlu mengonsumsi kolostrum meski dalam jumlah kecil di hari-hari pertama kelahirannya. 

Dalam hal ini, Bunda dapat memompa kolostrum dan menyimpannya sementara waktu. Penelitian sendiri menunjukkan bahwa memerah ASI dalam jumlah kecil pada jam pertama kelahiran dapat mencegah keterlambatan produksi ASI. 

Jika bayi baru lahir tidak menyusu dalam waktu enam jam setelah lahir, ada baiknya ibu mulai memompa ASI. Pastikan tangan Bunda bersih dan semua alat pengumpulan disterilkan demi keselamatan bayi. Setelah Bunda siap memompa kolostrum, Bunda dapat mengikuti langkah-langkah selanjutnya seperti berikut ini:

1. Kumpulkan dalam wadah

Banyak ibu baru lebih suka menggunakan jarum suntik atau botol penyimpanan kedap udara yaitu botol press-to-close, twist-to-open, untuk mengumpulkan kolostrum. Saat Bunda memompa payudara, Bunda akan melihat butiran-butiran cairan terbentuk. Kumpulkan ini di salah satu wadah dan, setelah selesai, masukkan jarum suntik ke dalam kantong yang dapat ditutup rapat atau tutup botol dengan rapat. Kemudian, tulis tanggal pada wadahnya sehingga Bunda dapat melacak persediaan yang Bunda simpan seperti dikutip dari laman Hegen.

2. Berikan pada bayi

Setelah Bunda mengumpulkan kolostrum, kolostrum siap dikonsumsi. Kali ini, Bunda dapat memberikannya melalui jarum suntik atau botol kecil (ingat, jumlahnya relatif sedikit). Sehingga, Bunda juga dapat memberikan tetesannya kepada bayi Bunda dengan jari yang bersih. Setiap bagiannya mengandung nutrisi untuk membantu perkembangan bayi.

3. Menyimpannya untuk di gunakan di masa mendatang

Jika produksi kolostrum Bunda berjalan dengan baik dan Bunda memiliki persediaan yang stabil, Bunda dapat menyimpannya untuk digunakan di masa mendatang.

Faktanya, beberapa perempuan mulai mengumpulkan kolostrumnya sebelum bayinya benar-benar lahir. Pada tipikal kehamilan sehat, tidak perlu mengeluarkan kolostrum sebelum melahirkan. Namun, dalam beberapa kasus, mengumpulkan kolostrum menjelang akhir kehamilan bermanfaat. Memanen kolostrum sedini mungkin disarankan jika:

Bunda memiliki anak kembar atau berat badan lahir cenderung rendah untuk kelipatan, Bunda memiliki masalah kesehatan seperti diabetes gestasional dapat mempengaruhi kadar glukosa bayi saat lahir atau bayi Bunda mengalami bibir sumbing atau langit-langit mulut yang mana hal ini dapat mempersulit pemberian ASI.

Terlepas dari itu, apa pun masalahnya, kolostrum yang dipompa dapat dikumpulkan dan disimpan pada saat yang tepat.

4. Membawa ke rumah sakit

Jika Bunda memutuskan untuk memompa dan menyimpan kolostrum sebelum melahirkan, pastikan untuk memasukkannya ke dalam daftar tas rumah sakit untuk dibawa saat Bunda menuju ke rumah sakit untuk melahirkan. Bawalah dalam kantong berinsulasi yang berisi kantong es dan mintalah perawat untuk menyimpannya di lemari es bangsal bersalin sampai Bunda siap menggunakannya. Kolostrum ini akan aman digunakan hingga 48 jam.

Tips menyimpan kolostrum yang tidak langsung digunakan

1. Segel wadah dengan benar

Untuk menjaga kesegaran dan kualitas, pastikan wadah penyimpanan tertutup rapat. Jangan sekali-kali menggunakan kantong atau pelapis sekali pakai untuk menyimpan kolostrum yang dipompa. Ini tidak dirancang untuk melindungi terhadap pertumbuhan bakteri dan kuman.

2. Pertimbangkan keamanan suhu ruangan

Kolostrum dapat disimpan pada suhu ruangan hingga empat jam. Bunda bisa menyimpannya di lemari es hingga empat hari. Bunda juga dapat menyimpan kolostrum yang dipompa di dalam freezer hingga enam bulan (untuk kualitas terbaik) atau paling lama 12 bulan. Jika Bunda tidak yakin berapa lama kolostrum Bunda disimpan, sebaiknya buang saja. Lebih baik aman daripada menyesal.

3. Perhatikan tempat penyimpanan

Saat menyimpan kolostrum perah di lemari es atau freezer, letakkan wadah di bagian belakang rak yang suhunya paling dingin. Hindari menyimpannya di dekat pintu, karena membuka dan menutup lemari es akan membuat kolostrum yang disimpan sering mengalami perubahan suhu yang dapat berdampak negatif pada kualitas dan kesegarannya.

4. Simpan selama di perjalanan

Dengan perencanaan yang matang, perjalanan dengan aman bisa dilakukan dengan kolostrum yang disimpan. Kemas wadah dalam kantong berinsulasi dan kelilingi kolostrum dengan kompres es. Ini bisa tetap aman untuk dikonsumsi dengan cara ini hingga 24 jam. Ketika perjalanan selesai, segera gunakan atau simpan di lemari es atau freezer.

Semoga informasinya membantu ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda