Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Kisah Haru di Balik Foto Para Ibu Memegang Cermin

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Rabu, 13 Sep 2017 08:02 WIB

Ada kisah sedih yang melatarbelakangi proyek foto ibu menegang cermin ini, Bun.
Proyek foto ibu memegang cermin (Foto: Istimewa)
Jakarta - Kasih ibu sepanjang masa. Bahkan, ketika si kecil tak ada di dunia, kasih sayang seorang ibu akan selalu abadi. Inilah yang dilakukan ibu bernama Susana Butterworth. Meski sang buah hati sudah tiada, rasa sayang Susana tak sekalipun meredup.

Dari mendiang sang anaklah Susana terinspirasi membuat proyek foto yang berjudul 'Empty Photo Project'. Proyek foto ini berisi foto-foto Susana dengan ibu lain yang juga kehilangan anaknya. Menurut Susana, foto-fotonya mengandung pesan yang 'powerful' dan menunjukkan kehampaan hati para ibu yang ditinggal anaknya.

Baca juga: Pesan Emosional di Balik Sesi Foto Para Ibu dengan Tema Pelangi

"Sebagai fotografer dan seniman, saya mau mengubah pengalaman kehilangan anak saya menjadi sesuatu yang berarti. Saya melihat setelah pemakaman, banyak teman dan bahkan beberapa keluarga saya tak tahu bagaimana rasanya kehilangan anak," ungkap Susana, dikutip dari Babble.

Proyek foto tersebut merupakan ungkapan kesedihan para ibu yang mengalaminya. Susana percaya, berbeda orang berbeda pula kesedihannya. Tujuan Susana membuat proyek tersebut supaya para ibu di luar sana yang juga mengalami hal serupa dengannya tak merasa sendirian.

Di setiap foto yang dibuat Susana, ada aksesoris yang membuatnya terlihat unik. Susana menggunakan cermin berbentuk lingkaran yang menggambarkan seperti 'anak di dalam kandungan' yang hilang. Ia berharap proyek foto ini bisa menjadi inspirasi bagi para ibu supaya nggak malu untuk membagikan ceritanya.

"Saya berharap orang-orang mendengarkan dan tidak banyak berkomentar saat seseorang berduka. Orang yang sedang berduka ingin didengar, mereka ingin sembuh dan yang terpenting mereka ingin orang yang meninggalkannya dikenang. Jika kita belajar untuk mendengarkan dan hadir saat kerabat kehilangan orang yang dicintai. Mereka akan merasa terhibur dan tidak akan merasa sendirian," kata Susana.

Saat hamil putranya, Susana dan suaminya Dallin tahu kalau calon bayinya memiliki trisomy 18 lewat tes genetik dan USG. Dalam pemeriksaan tersebut, diketahui calon bayi Susana tangannya mengepal dengan bentuk kaki nggak sempurna, kepala berbentuk seperti buah stroberi, lalu punya kista otak dan congenital diaphragmatic hernia yang membuat posisi jantungnya berada di sebelah kanan.

"Setelah tahu kami berusaha melakukan yang terbaik agar bayi kami bisa lahir dengan selamat. Kami tahu kalau hal tersebut merupakan tantangan yang harus dilewati. Untuk keselamatannya, kami meminjam alat khusus dari teman agar kami bisa mendengar detak jantung putra kami tiap malam. Kami ingin membuat memori yang indah antara kami dan dia," kata Susana.

Baca juga: Cerita Sarat Makna di Balik Photoshoot Bayi di Atas Perahu Evakuasi

Saat kandungannya di usia 35,5 minggu, Susana merasa kalau bayinya nggak bergerak. Induksi pun dilakukan dan Susana berharap bayinya bisa selamat meski sejak awal Susana merasa bayinya bakal lahir prematur. Sayangnya, Bun, Susana nggak sempat bertemu dengan buah hatinya. Keesokan harinya, Susana nggak mendengar detak jantung putranya dan pihak RS mengabarkan kalau si kecil sudah tiada.

"Pengalaman USG kali ini jauh berbeda saat bayi kami masih hidup, hati kami hancur melihatnya sudah meninggal di dalam kandungan. Akhirnya, saya langsung diberi tindakan untuk segera melahirkannya.

Si kecil yang sudah tiada berhasil dilahirkan pada tanggal 8 Maret lalu dan diberi nama Walter Thomas Butterworth. Kata Susana, bayinya lebih sempurna dari yang dia bayangkan, dengan rambut tebal dan hidung yang lebih kecil. Bicara soal trisomy 18, Bun. Anak dengan kelainan gen ini jika lahir dengan selamat umumnya berisiko mengalami komplikasi organ, seperti penyakit ginjal dan jantung. Kemudian, anak juga berisiko mengidap cacat mental. (aci/rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda