Jakarta -
Hati siapa yang tak merana, ditinggal orang tersayang untuk selamanya. Seperti dialami
Ade Jigo yang harus kehilangan sang istri, Meyuza, satu di antara ratusan korban tsunami Banten dan Lampung, pada 22 Desember 2018.
Belum pulih meratapi kepergian istri untuk selamanya,
Ade Jigo harus bangkit demi kedua buah hatinya, Falah dan Raafi. Bagaimana tidak, Bun, mereka harus menerima kenyataan pahit kehilangan ibunda tercinta.
"Alhamdulillah, anak-anak sudah mengerti dengan keadaan yang dia rasakan sekarang. Malah minta Bunda baru. Saya bilang jangan dulu, cari dulu baru nanti saya kasih tahu," canda Ade, saat
Intimate Interview dengan
HaiBunda beberapa waktu lalu.
Ya, si sulung yang kini sudah berusia lima tahun sudah lebih paham dibanding sang adik yang baru menginjak usia 2,5 tahun. Bocah kecil itu bahkan menyaksikan sendiri pemakaman sang bunda di Lahat, Sumatera Selatan.
Hal itu membuat Falah tak lagi menanyakan keberadaan Meyuza. Berbeda dengan adiknya yang kadang-kadang masih teringat dengan sang bunda. Bahkan, sebulan setelah kejadian, ingatan mereka masih lekat pada ibundanya.
"Yang besar malah sudah ngerti, kalau yang kecil suka saya
ledekin. 'Kangen Bunda enggak? Kangen. Terus Bunda dimana? Bobok'. Sebulan setelah kejadian masih suka tanya, terus saya kasih pengertian kalau Bunda nanti tidak akan pulang lagi, karena takutnya mereka berharap terus," ucap Ade menambahkan.
Tapi, naluri kerinduan anak pada ibundanya tetap tak bisa dibendung. Hal itu mereka ungkapkan ketika melihat barang-barang peninggalan bundanya yang tengah dibereskan oleh Ade.
Ade Jigo dan anak-anaknya/ Foto: instagram |
Untungnya, Ade selalu punya cara jitu untuk mengalihkan pikiran mereka. Melucu menjadi pilihan ketika kedua buah hatinya menanyakan almarhumah ibunya. Namun sebisa mungkin, Ade menjelaskan keadaan yang sesungguhnya agar tidak menyemai harapan palsu pada anak-anaknya yang masih kecil.
"Terakhir kemarin lagi beres-beres lemari istri, yang besar nanya, 'Ayah kok baju Bunda enggak dibawa?' dia nanya gitu. Saya bilang, paket ke sana mahal. Mereka ngerti memang selalu saya
becandain dan enggak mau kalau terlalu serius, nanti anak saya kepikiran," lanjutnya.
Meski tak dipungkiri Ade, ada perubahan emosional yang nampak pada kedua jagoannya. Salah satunya, sikap yang jauh lebih manja tatkala bisa menghabiskan waktu bersamanya.
Sebagai orang tua tunggal, Ade memaklumi hal itu. Terutama pada si sulung yang merasa sangat kehilangan pelukan sang ibu di setiap saat. Menghadapi hal itu, lagi-lagi Ade hanya bisa menjelaskan kalau saat ini, ibunda mereka sedang 'bobok di surga'.
"Perubahan itu ada. Semua foto Bundanya dan barang-barang masih di rumah enggak ada yang saya ubah. Setiap kali di kamar, saya memperhatikan anak-anak itu. Dia mungkin belum bisa mengungkapkan kalau dia kangen, tapi kalau memperhatikan foto dari raut wajahnya beda. Terus saya tanya, 'Adek, Abang kangen sama bunda?' Saya melihatnya, mereka justru harus kuat dan saya juga harus tunjukkan jangan sedih," terang Ade.
"Justru setelah dia melihat, lalu kita harus ajarkan untuk mendoakan. Abang memimpin doa."
Diakui
Ade Jigo, ada saat-saat dimana dirinya tak kuasa menahan tangis melihat kedua anaknya. Suatu kali, dia merasa sedih melihat kedua anaknya harus tidur berdua tanpa ibunda yang memeluk mereka.
Tak ada lagi wajah cantik yang membelai Falah dan Raafi kala malam menjemput. Namun apa daya, langkah hidupnya harus tetap berjalan demi masa depan mereka bertiga.
"Pernah enggak kuat nahan sedih, pas pulang ke rumah anak-anak tidur. Kalau biasanya ada yang
nemenin di kasur, sekarang cuma berdua mereka. Saya berangkat masih tidur, pulang mereka sudah tidur. Tapi dengan adanya bulan Ramadhan, saya jadi bisa lebih fokus ke anak-anak. Saya memang ingin fokus sama anak-anak," tutup Ade Jigo.
Selamat jalan Meyuza, semoga Ade dan dua jagoan tetap tegar menjalani kehidupan mereka.
(rap/muf)