Jakarta -
Menempuh pendidikan di Jerman, tak serta merta membuat kehidupan yang dilalui
BJ Habibie mulus. Berangkat dengan biaya sendiri, tanpa beasiswa membuat Habibie harus super ngirit selama di sana.
Perjuangan berat sebagai anak rantau dari Indonesia, dijalani Habibie dengan suka dan duka. Salah satu yang paling membekas di benak Habibie yaitu saat sakit berat dan hampir meregang nyawa.
Dalam buku otobiografi,
"Rudy", Kisah Masa Muda Sang Visioner yang ditulis Gina S. Noer, diceritakan kalau di pertengahan tahun 1959, Habibie muda atau biasa dipanggil Rudy tergeletak tak berdaya di rumah sakit. Dokter menyatakan kalau saat itu, Rudy mengalami TBC tulang.
Namun anehnya, dokter belum juga menemukan sumber penyakitnya. Mereka harus membelah betis kaki kiri Rudy. Luka itu mengalami infeksi dan bakterinya sampai ke jantung, sehingga ada selaput jantung yang bengkak.
Ingatan Rudy kabur semua, antara sadar dan tak sadar. Dia ingat mendengar doa-doa para pastor yang dipanggil oleh pihak rumah sakit. Lalu, dia melihat cahaya putih kemudian gelap. Rudy tak ingat sisanya.
Kisah cinta Habibie-Ilona/ Foto: Instagram @b.jhabibie |
Malam itu, Rudy di antar ke kamar jenazah oleh perawat. Mereka membicarakan betapa malangnya anak Indonesia yang mati sendirian dan jauh dari keluarganya. Tapi rupanya itu bukan akhir dari cerita perjuangan Rudy selama di Jerman.
Keajaiban terjadi, dia hidup lagi di kamar jenazah. Saat mengetahui dia terbangun, para perawat mengembalikannya ke ruang inap kritis. Kesadaran Rudy kerap hilang-timbul.
Kabar mengenai kondisi Rudy yang kritis sampai ke telinga teman-teman Indonesia yang berada di Jerman. Salah seorang temannya, Keng Kie mengatakan pada teman-temannya untuk menuju rumah sakit.
Rudy berhasil melewati masa kritis, pada pagi harinya dia sadar. Rudy terkejut saat membuka mata yang dilihat adalah rohaniawan. Teman-temannya terkejut mendapati kaki kanan Rudy bengkak dan membiru seperti semangka.
Ilona sering diantar oleh Arief Marzuki atau Keng Kie untuk menjenguk Rudy. Hal yang ternyata menimbulkan rasa tidak senang pada beberapa hati teman Rudy, salah satunya Bayek.
Selama sakit, Rudy tak pernah mengabari Mami. Biarlah Mami tahu kalau anak laki-lakinya baik-baik saja di Jerman. Namun suatu hari kabar itu sampai juga ke telinga Mami melalui Ny. Zein Muhammad di akhir tahun 1959.
Kabar itu menyebutkan kalau Rudy sudah masuk ruang isolasi. Mendengar kabar itu, Mami segera mengurus surat-surat untuk berangkat ke Jerman. Atas bantuan sang menantu pertamanya, Letnan Kolonel Subono Mantofani yang dekat dengan Brigadir Jendral Soeharto, akhirnya Mami bisa mengurus semua dokumen dengan cepat.
Kedatangan Mami ke Jerman mengubah hidup Rudy. Ya, tujuan Mami Raden Ayu Toeti Saptomarini tak hanya menjenguk Rudy. Dia juga ingin bertemu dengan wanita yang dikabarkan dekat dengan anaknya.
Mami akan menemui Ilona, yang mengubah keputusan Rudy mengenai masa depannya. Simak kisah selanjutnya di halaman berikutnya.
(rap/muf)