Jakarta -
Pendiri Gojek
Nadiem Makarim resmi menjadi salah satu menteri di Kabinet Indonesia Maju periode 2019 - 2024. Nadiem dilantik sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada hari ini, Rabu (23/10/2019) di Istana Negara.
Sebelumnya, Nadiem menegaskan telah menanggalkan posisinya sebagai CEO Gojek. Kini, ia tak lagi memiliki kewenangan di sana.
"Sudah pasti dari posisi saya di Gojek sudah mundur dan tidak ada kewenangan sama sekali," kata Nadiem dikutip dari
detikcom.
Nama Nadiem dikenal saat ia sukses mendirikan dan menakhodai Gojek sejak 2010. Saat ini bahkan Gojek sudah menyandang status decacorn, julukan bagi
startup yang mempunyai valuasi di atas US$10 miliar atau setara Rp140 triliun.
Keuletan dan kegigihan Nadiem membangun Gojek tampaknya diwarisi lulusan S2 Harvard Business School dari orang tua serta sang kakek. Seperti diketahui ayah Nadiem, Nono Anwar Makarim adalah seorang aktivis dan pengacara terkemuka.
Adapun sang ibunda, Atika Algadri adalah seorang penulis lepas. Tak banyak yang tahu kakek Nadiem juga seorang pejuang perintis kemerdekaan Indonesia, Hamid Algadri, yang merupakan keturunan Pasuruan-Arab.
 Nadiem Makarim saat dipanggil ke Istana Negara oleh Presiden Jokowi. (Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A) |
Saat masih mahasiswa, Hamid bergabung dengan Persatuan Arab Indonesia (PAI) yang didirikan oleh kakek dari Anies Baswedan, AR Baswedan. PAI memperjuangkan penyatuan penuh keturunan Arab dengan masyarakat Indonesia dan terlibat aktif dalam perjuangan bangsa.
Hamid kemudian bekerja di Sekretariat Perdana Menteri (PM). Ketika itu PM dijabat oleh Sutan Syahrir dari 14 November 1945 hingga 3 Juli 1947.
Saat PM Sutan Syahrir mewakili Indonesia dalam Perundingan Linggarjati, Hamid turut serta sebagai penasihat delegasi.
Hamid melanjutkan perannya sebagai penasihat delegasi Indonesia saat Perundingan Renville yang dilakukan di atas geladak kapal perang AS, USS Renville, yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Saat itu, delegasi Indonesia dipimpin PM Amir Syarifuddin Harahap, dan Johannes Leimena sebagai wakil.
Seperti pejuang perintis kemerdekaan lainnya, Hamid pernah mencicipi dinginnya di balik jeruji penjara. Pada masa aksi militer Belanda kedua, ia sempat dijebloskan ke dalam penjara Wirogunan.
Setelah bebas, Hamid ikut dalam delegasi Indonesia ke konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag pada 1949. Saat itu Hamid bertindak sebagai penasihat. Hamid juga tercatat sebagai salah satu anggota parlemen pada masa awal berdirinya Negara Republik Indonesia.
Simak juga penuturan Nadiem Makarim mundur dari jabatannya sebagai CEO Gojek dalam video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(som/rap)