Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Open Relationship dalam Pernikahan dan Dampaknya pada Anak

Arina Yulistara   |   HaiBunda

Senin, 16 Nov 2020 11:20 WIB

Frustrated kid girl feels upset, offended or bored ignoring avoiding worried parents and brother, little sad sister not talking to child boy after fight sulking sitting on couch, siblings rivalry
Open Relationship/Foto: iStock

Jakarta - Meski tabu di Indonesia, open relationship atau hubungan terbuka pernah dijalani beberapa pasangan yang sudah menikah. Di mana kedua pasangan setuju untuk ‘diselingkuhi’.

Maksud selingkuh di sini, pria dan wanita yang menikah sepakat membiarkan pasangannya menjalin kasih dengan orang lain. Tujuan open relationship tentu mencari kebahagiaan, kepuasan, atau memenuhi kebutuhan lain yang tak didapatkan dari hubungan mereka.

Bicara soal manfaat open relationship, psikolog Liz Powell, PsyD, sekaligus penulis ‘Building Open Relationships: Your Hands-On Guide To Swinging, Polyamory, & Beyond’, menyebut faktor yang memengaruhi hanya dari kepuasan seks, bukan hubungan mendalam.

“Seseorang menyukai hal-hal baru dan eksplorasi. Bisa mendapatkannya dengan bersamaan sebanyak mungkin orang yang diinginkan,” ujar Powell dilansir dari Healthline.

Justru open relationship memiliki beberapa kerugian. Selain dampak terburuk bisa terkena penyakit menular seksual, open relationship juga tidak baik untuk perkembangan anak.

Apa saja dampak buruk open relationship untuk anak? Klik next ya, Bunda.

Simak juga video hikmah perceraian di mata Kirana Larasati:

[Gambas:Video Haibunda]



Dampak Open Relationship pada Anak

Open Relationship dalam pernikahan/Foto: iStock

Perkembangan Anak Terganggu

Dalam situs resmi terapis pernikahan Dr Karen Ruskin, salah satu dampak buruk buat anak ketika memutuskan untuk sepakat menjalin hubungan dengan orang lain demi mendapat kepuasan masing-masing adalah bisa mengganggu perkembangan emosional si kecil.

Seiring berjalannya waktu, mereka akan merasa kurang dicintai karena orangtua sibuk dengan urusan masing-masing setelah melakukan open relationship.

Saat pola asuh masih konsisten maka anak akan merasa damai secara emosional. Seiring bertambahnya usia, anak-anak merasa kalau banyak sosok dewasa yang datang dan pergi dalam kehidupannya sehingga merasa diabaikan dan emosinya cenderung tidak stabil. 

"Anak-anak yang merasa tidak berharga untuk dicintai, perkembangannya menjadi buruk, harga diri rendah, dan tidak memiliki kepercayaan diri. Anak-anak yang memiliki rasa rendah diri yang kemudian kita lihat berperilaku di sekolah, akademisi mereka terpengaruh secara negatif, interaksi relasional sosial pun terganggu," kata Dr Ruskin yang sudah menjadi terapis keluarga selama kurang lebih 20 tahun itu.

Dampak Open Relationship pada Anak

Anak bersedih/iStock

Anak Bisa Stres

Dampak buruk lainnya, ada kemungkinan mengalami stres atau depresi. Tingkah laku orang tua karena open relationship akhirnya bisa memengaruhi pikiran, perasaan, emosi, dan respon anak karena merasa kehilangan kehangatan keluarga.

Anak-anak bisa menjadi bingung dengan sikap orang tua terutama ketika open relationship menyebabkan kecemburuan hingga perasaan emosional lain dalam pernikahan. Ketidakkonsistenan reaksi emosional orang tua untuk beberapa anak bisa menyebabkan berbagai gejala fisik karena stres seperti sakit kepala, perut, hingga mata berkedut. 

Tingkat Kecemasan Tinggi

Dampak buruk yang bisa terjadi pada anak jika memiliki open relationship juga akan memiliki tingkat kecemasan tinggi. Ketika anak sudah mengerti dan mengetahui 'rahasia' orang tuanya maka ada perasaan cemas dan takut hal tersebut diketahui oleh orang lain. 

Memegang rahasia yang tak bisa diterima oleh semua orang akhirnya dalam menyebabkan luka emosional. Bahkan bisa mempengaruhinya hingga tumbuh dewasa agar tidak ada yang memandangnya negatif. Rasa kecemasan yang tinggi sangat mempengaruhi mental anak.

"Seringkali anak merasa harus merahasiakannya karena rasa takut akan dikucilkan sehingga menyebabkan kecemasan yang tinggi," kata Dr Ruskin.

Memengaruhi Caranya Menjalin Hubungan di Masa Depan

Dr Ruskin mengatakan bahwa seringkali ketika anak-anak yang tumbuh dalam keluarga 'tidak sehat' dan tak mendapatkan cinta penuh dari orang tuanya akan mempengaruhi caranya menjalin hubungan asmara di masa depan. Mereka sangat mungkin terjebak dalam toxic relationship.

"Anak-anak mungkin mengalami kesulitan memberi dan menerima cinta, arena pengaruh gaya hidup ini. Orang-orang yang spesial dan dicintai dapat diganti pada akhirnya, itulah pesan yang diterima anak-anak," tambahnya.


(kuy/kuy)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda