Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Bunda, Ini Kata Psikolog Soal Pentingnya Dukungan Moril untuk yang Berduka

Annisa Afani   |   HaiBunda

Minggu, 11 Jul 2021 19:05 WIB

Sad young woman sitting on the window
Ilustrasi sedih/Foto: iStock

Kekuatan mental setiap orang berbeda-beda. Batas yang dimiliki setiap insan tak ada yang sama. Sama seperti halnya dalam menghadapi duka, khususnya yang bertubi-tubi, orang mengalaminya akan menjalaninya dengan perasaan yang beragam.

Saat seseorang mengalami fase tersebut, sebagai keluarga dan orang terdekat, kita wajib memberikan pertolongan berupa dukungan. Dukungan ini bisa diberi dengan dua cara, yakni secara moral dan moril.

Dukungan moril sendiri, kita bisa berikan dengan bertindak sebagai sandarannya. Menjadi seseorang yang bisa ia andalkan, membuatnya merasa tak sendirian, diperhatikan, dan disayangi.

Sebetulnya, support moral yang diberikan sebanyak apapun, tetap enggak cukup. Karena selain itu, harus diimbangi dengan dukungan moril atau materil.

Dukungan secara moril ini bisa disebut juga sebagai tindakan nyata, yang dilakukan secara fisik. Ini karena dapat terlihat secara kasat mata dan langsung.

Banner panduan merawat anak terpapar covid-19Banner panduan merawat anak terpapar covid-19/ Foto: HaiBunda/ Mia Kurnia Sari

"Tapi tidak support secara mental saja, support secara fisik dan nyata juga perlu kita lakukan," tutur Psikolog Klinis, Danang Baskoro pada HaiBunda melalui WhatsApp belum lama ini.

Kata Danang, bantuan yang dilakukan secara fisik ini bisa diambil dari penilaian kita secara langsung. Misalnya, memberikan perhatian dengan menyiapkan makanan untuknya.

"Mungkin kita melihatnya kurang makan, kita bisa kirimkan makanan meskipun dia bisa beli sendiri. Misalnya vitamin dan lain-lain, itu secara fisik yang muncul, itu perlu kita lakukan dan itu bisa sangat membantu dia," ungkapnya.

Ini penting untuk dilakukan dan bukan karena tanpa alasan lho, Bunda. Karena biasanya, orang berduka kerap lupa memerhatikan diri mereka sendiri. Pikirannya masih terfokus dan dominan pada kesedihan yang ia alami.

"Biasanya orang-orang mengalami duka bertubi-tubi ini juga tidak mengurus tentang dirinya, terbengkalai secara fisik. Nah ini kita bisa perhatian di arah situ juga."

"Karena ketika orang itu bersedih, dia akan fokus pada kehilangannya, dia akan fokus pada keterpurukannya. Ini enggak baik secara kesehatan mental dan fisiknya, kalau terlalu lama dilakukan saat mengalami hal seperti itu."

"Pertolongan-pertolongan itu juga bisa kita lakukan secara real, bukan hanya support secara mental aja, tapi support pada apa yang dia butuhkan," sambung Danang.

Simak penjelasan Danang lebih lengkap di halaman berikut ya, Bunda.

Tonton juga senjata Marissa Nasution lawan Mom-Shaming di dunia maya dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]




PENTINGNYA DUKUNGAN MORIL BAGI SESEORANG YANG BERDUKA

Sad girl looking away alone on the beach

Ilustrasi sedih/Foto: iStock

Bunda, saat seseorang sedang dalam masa duka, segala kemungkinan tak menyenangkan juga turut ia alami. Misalnya, tak memiliki uang pemasukan karena mengambil waktu untuk tak bekerja.

Saat hal tersebut dialami, bantuan secara fisik dan moril dari kita sangat dibutuhkan. Bunda bisa memberikan bantuan dengan galang dana, yang nantinya diberi pada orang berduka tersebut

'Oh ternyata dia enggak punya pemasukan', misalkan, nah kita bisa pantau itu dan upayakan dengan menggalang dana atau apapun."

"Intinya, kita kalo mau support itu itu enggak hanya moril, namun materil juga bisa kita lakukan. Itu akan membuat, orang itu merasa tidak sendiri. Merasa ada orang-orang yang membantunya," sarang Danang.

Tak lupa, kita juga harus memperhatikan mentalnya juga ya, Bunda. Intinya, antara moral dan moril, harus seimbang. Jangan biarkan ia larut dengan perasaan sedih. Biarkan dirinya menangis saat rasa pilu dalam hatinya begitu kuat.

"Oleh karena itu, dia harus melewati masa duka ini dengan pas. Artinya, kalau memang dia sedih, kita enggak bisa melarang dia untuk sedih, gitu."

"Karena memang itu adalah fase di mana dia harus sedih. Jadi kita bisa memberi support secara mental maupun material gitu, agar dia bisa melewati kesedihannya itu dengan baik, dan setelah itu ada fase-fase lainnya yang harus dilewatinya, gitu, lho," kata pria yang praktek di Kantor Brilian Psikologi dan dinas di RSJ Menur Surabaya tersebut.

Simak informasi selanjutnya di halaman berikut ya, Bunda.

PASTIKAN ORANG DUKA MELEWATI FASE TERSEBUT DENGAN BAIK

Asian women are sitting hugging their knees in bed. Feeling sad, disappointed in love In the dark bedroom and sunlight from the window through the blinds.Vintage tone.

Ilustrasi sedih/Foto: iStock

Dalam kesempatan yang sama, Danang juga memberi peringatan lho, Bunda. Katanya, kita harus membimbing seseorang yang mengalami masa duka dengan baik.

Menurutnya, jika orang tersebut melewati fase duka dengan salah, maka ada akibat buruk yang mengancam. Karena pada kemungkinan terburuknya, ini dapat menjerumuskan pada depresi.

"Nah kita, menemaninya melewati fase-fase kesedihan itu dengan baik. Karena kalau fase ini dilewati dengan tidak baik, dia mungkin akan terjebak pada depresi," pesannya.

Saat orang berduka, pikirannya akan berkecamuk. Di saat-saat seperti itulah, rentan timbulnya pemaknaan-pemaknaan yang salah dalam benaknya.

"Dia bisa terjebak pada pemaknaan-pemaknaan yang salah atau ada dampak pada fisik atau mental karena tak teratasi. Hal tersebut mungkin menghambat sesuatu yang orang tersebut pun tak tahu itu apa."

"Maka kita di sini (kita) bisa melihat, mengontrol, dan memberikan bantuan (padanya)," ungkap Danang.


(AFN/AFN)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda