
moms-life
Penjelasan Pakar Mengenai Bahaya Anal Seks, Banyak Risiko Kesehatan Mengintai
HaiBunda
Minggu, 19 Dec 2021 21:50 WIB

Pernahkah Bunda merasakan nyeri pada bagian dubur atau anus? Hati-hati, rasa sakit itu bisa jadi merupakan tanda terjadinya infeksi pada saluran pencernaan.
Anus merupakan bagian terakhir dari saluran pencernaan. Melalui tempat ini, limbah pencernaan manusia dapat terbuang ke luar tubuh. Namun ada juga yang menggunakannya sebagai tempat seks.
Seks anal merupakan hubungan intim yang dilakukan melalui anus. Tak hanya penis, berbagai benda yang dimasukkan ke dalam anus dapat dikategorikan sebagai aktivitas seks anal.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), seks anal dikategorikan sebagai sodomi, yaitu senggama antarmanusia secara anal yang biasa dilakukan antarpria. Namun seks anal tidak hanya dilakukan oleh sepasang pria, Bunda.
Tidak jarang, ada suami yang meminta istrinya untuk melakukan hubungan seksual melalui anus. Namun perlu diketahui bahwa hubungan intim secara anal ini tidak boleh dilakukan dengan sembarangan.
Seks anal memiliki sejumlah risiko kesehatan meski dianggap menyenangkan untuk sebagian orang. Hal itu karena seks anal tidak hanya berisiko melukai anus, melainkan juga rektum atau bagian akhir usus besar.
"Tidak seperti vagina, anus memiliki lapisan yang sangat tipis dan sensitif. Anus juga tidak memiliki pelumas alami, sehingga anus berisiko luka apabila dilakukan penetrasi baik melalui penis, jari, atau alat lain seperti sex toy," ujar dr. Haekal Anshari, M. Biomed, Spesialis Seksologi dan Anti-aging kepada HaiBunda.
Jika lapisan dinding anus terluka, maka akan memudahkan infeksi penyakit menular seksual mulai dari sifilis, gonorrhoea, hepatitis, hingga HIV/Aids, Bunda.
Tak hanya melukai anus dan rektum, anal seks juga berpotensi menyebarkan bakteri ke daerah vagina. Hal ini bisa terjadi ketika orang melakukan penetrasi ke vagina usai melakukan anal seks. Dampaknya dapat berupa infeksi vagina dan infeksi saluran kemih (ISK).
"Jadi dapat dibayangkan anus dengan lapisan yang sangat tipis dan pelumas dikit. Apalagi jika yang melakukan penetrasi ini punya penyakit menular seksual, maka akan lebih fatal," ujarnya.
Meski kedua pasangan berada dalam kondisi tubuh sehat dan bebas penyakit menular seksual, anal seks juga tetap dapat menyebabkan risiko kesehatan. Salah satunya adalah anus yang 'longgar'. Baca di halaman berikutnya, Bunda.
Saksikan juga video tips berhubungan seksual ketika sedang hamil.
RISIKO LAIN
Foto: iStock
Selain menimbulkan rasa nyeri dan infeksi penyakit menular seksual, anal seks yang dilakukan dalam jangka panjang juga dapat berdampak buruk pada anus. Salah satunya adalah kerusakan sfingter anus.
Tak hanya terasa nyeri, anus juga tidak dapat mengendalikan buang air besar (BAB). Kondisi ini disebut dengan inkontinensia alvi yang menyebabkan tinja keluar secara tiba-tiba karena perenggangan berlebihan.
"Sfingter ini akan membuka pada saat BAB. Kita memerlukannya untuk membuka jalan agar tinja keluar. Namun sfingter ini mudah sekali melemah. Artinya kalau sering melakukan penetrasi anal, lama kelamaan seseorang akan sulit mengendalikan BAB-nya," ujar dr Haekal.
Dibutuhkan kehati-hatian dalam melakukan anal seks mengingat banyaknya risiko kesehatan yang mengintai. Apabila pasangan suami istri memang benar-benar ingin melakukannya, dr Haekal menyarankan untuk selalu memakai kondom.
Penis yang terekspos dengan anus berpotensi menyebarkan bakteri infeksi. Apalagi anus pada dasarnya merupakan tempat keluarnya tinja, Bunda. Selain itu, gunakan pula pelumas yang terbuat dari air. Jangan lupa untuk meminta izin kepada pasangan.
"Sexual consent ini merupakan bentuk respect terhadap pasangan. Tujuannya supaya hubungan seksual betul-betul diinginkan oleh kedua pihak, dilakukan secara sadar, dan tidak dalam keterpaksaan. Kalau memang tidak, berarti tidak," tuturnya.
Selain anal seks, anus juga bisa sakit karena beberapa kondisi kesehatan lainnya. Simak di halaman selanjutnya, Bunda.
PENYEBAB ANUS SAKIT
Foto: Getty Images/iStockphoto/Chinnapong
Lapisan dindin anus yang tipis membuatnya sangat sensitif dan mudah terasa sakti. Itu sebabnya, sangat dianjurkan untuk menggunakan pelumas ketika hendak melakukan anal seks.
Tak hanya penis, anus juga bisa terluka karena iritasi yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya. Anus bahkan bisa terasa nyeri ketika seseorang mengalami konstipasi atau sembelit.
Pada saat sembelit, frekuensi buang air besar biasanya lebih sedikit sehingga tinja menjadi kering dan keras. Hal itu membuat tinja lebih sulit dikeluarkan dari dalam tubuh. Pada akhinya, tinja akan membuat anus terluka dan menimbulkan rasa nyeri.
"Berbeda dengan diare, itu kan lebih encer, jadi tidak akan mencederai anus. Kecuali misalnya memang dia ada infeksi atau penyakit pada usus besarnya, sudah ada luka di sana," kata dr Haekal.
Apabila ditemukan darah pada tinja, Bunda perlu mewaspadai kondisi anus. Bisa jadi bukan hanya anus yang terluka, melainkan saluran pencernaan bagian dalam seperti usus besar atau lambung.
"Kalau darah keluar dari anus biasanya lebih berwarna merah segar. Tetapi kalau berwarna merah gelap kecoklatan, maka itu berasal dari saluran pencernaan yang lebih dalam," imbuhnya.
Ketika Bunda menemukan tanda-tanda seperti nyeri pada anus, keluar darah saat BAB, atau sembelit berkelanjutan, segera periksakan ke dokter spesialis bedah digestive atau organ pencernaan ya.
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
Hukum Berhubungan Suami Istri di Bulan Ramadan Menurut Islam

Mom's Life
Tanda Bunda Harus Periksa ke Dokter Jika Pendarahan usai Bercinta

Mom's Life
Makan Daging dan Torpedo Kambing Bisa Tingkatkan Libido: Mitos atau Fakta?

Mom's Life
6 Manfaat Ginseng: Tingkatkan Performa Seks hingga Kontrol Gula Darah

Mom's Life
4 Hal yang Harus Bunda Lakukan saat Kondom 'Bocor' Ketika Bercinta

Mom's Life
Terpopuler: Ade Rai Bantu Anak Obesitas Susut 110 Kg, Peluang Hamil Usai Seks
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda