HaiBunda

MOM'S LIFE

Gejala & Tanda Bahaya Demam Berdarah, Serta Cara Bedakan dengan COVID-19

dr. Muhammad Syah Abdaly, Sp.PD   |   HaiBunda

Rabu, 22 Sep 2021 15:20 WIB
Ilustrasi demam berdarah/ Foto: iStockphoto
Jakarta -

Demam berdarah menjadi salah satu penyakit yang cukup sering ditemui terutama di musim pancaroba. Beberapa gejalanya seringkali mirip dengan demam pada umumnya.

Namun bedanya, demam berdarah adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Selain itu, virus ini juga dapat berkembang biak di nyamuk Aedes albopictus, Bunda.

Gejala demam berdarah

  1. Muncul demam tinggi yang timbul mendadak. Demam akan hilang timbul dan berlangsung hingga 2-7 hari.
  2. Nyeri otot, nyeri tulang, nyeri sendi, dan nyeri di belakang bola mata.
  3. Perdarahan yang dapat muncul spontan atau tidak spontan. Perdarahan yang muncul di bawah kulit yang dinamakan petekie, sementara pendarahan yang dipicu seperti mimisan akibat kebiasaan mengorek hidung, gusi berdarah setelah menggosok gigi, dan pendarahan lain seperti di saluran cerna berupa buang air besar berwarna merah segar atau hitam.

Membedakan demam berdarah dengan COVID-19

Membedakan demam yang terjadi karena DBD cukup sulit dengan demam yang juga disebabkan virus, Bunda. Terutama mendeteksi demam yang muncul di tiga hari pertama.


Semua demam yang disebabkan virus memiliki karakter yang sama, yakni demam tinggi dan muncul mendadak disertai nyeri otot, nyeri sendi, dan sakit kepala.

Bahkan, demam sebagai salah satu gejala COVID-19 pun sulit dibedakan dengan demam pada DBD. Orang dengan COVID-19 juga akan mengalami demam, nyeri otot, sakit kepala dan angka trombosit yang menurun.

Untuk memastikan Bunda terkena demam berdarah atau COVID-19, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan ke dokter. Untuk COVID-19 lakukan pemeriksaan swab PCR atau rapid test antigen, sementara demam berdarah dapat dipastikan pemeriksaan antigen NS1 atau serologi IgM dan IgG dengue.

Perbedaan yang cukup mencolok dari demam berdarah dan COVID-19 adalah hasil pemeriksaan laboratorium darah perifer lengkap. Hasil pemeriksaan hematokrit pada kasus demam berdarah meningkat, tidak seperti COVID-19 yang stabil.

Pada demam berdarah, gejala akan mulai membaik kurang lebih saat hari ke-4. Namun, saat ini sebenarnya tubuh memasuki fase kritis, di mana terjadi penurunan trombosit dan berisiko mengalami kebocoran kapiler atau pembuluh darah yang menyebabkan darah menjadi kental dan hematokrit meningkat. Saat inilah, tata laksana agresif harus diberikan.

Gejala demam berdarah yang berbeda dengan sakit lain adalah trombosit yang terus menurun hingga di bawah 100.000 per mikroliter darah. Demam yang disebabkan infeksi bakteri tidak akan turun hingga mencapai angka rendah. Sedangkan, demam karena virus lain biasanya akan turun, tapi biasanya hanya berkisar antara 100.000-150.000 per mikroliter darah.

ilustrasi demam berdarah/ Foto: iStockphoto

Fase perjalanan penyakit demam berdarah

Dalam fase demam berdarah dikenal istilah siklus pelana kuda. Siklus ini menjelaskan perjalanan penyakit dan gejala dari hari ke hari, Bunda.

Pada 1-3 hari

Bunda bisa mengalami demam tinggi mendadak dengan suhu mencapai 40 derajat Celsius. Di hari ke-4, suhu sudah mulai normal menuju 37 derajat Celsius dan tanpa keluhan berarti.

Pada 4-5 hari

Tubuh memasuki fase kritis, di mana trombosit mulai turun hingga di bawah 100.000 per mikroliter darah.

Pada 6-7 hari

Ini merupakan fase penyembuhan dimulai dan trombosit mulai naik secara perlahan. Pada fase ini, muncul rash konvalesen, yakni ruam di kulit disertai gatal.

Fase demam berdarah ini bisa berbeda pada setiap pasien ya, Bunda. Namun, secara teori siklus pelana kuda ini dialami pasien yang terkena demam berdarah.

Tanda bahaya demam berdarah

Demam berdarah bisa menjadi tanda bahaya bila muncul gejala seperti:

  1. Nyeri perut
  2. Perdarahan di mukosa (mimisan atau gusi berdarah)
  3. Pasien gelisah
  4. Penurunan kesadaran
  5. Trombosit turun di bawah 100.000 per mikroliter darah.

Pada kondisi ini, pasien perlu dirawat inap untuk diberikan cairan infus. Tujuannya untuk mencegah syok hipovolemik, yakni penurunan tekanan darah akibat kebocoran pembuluh darah karena infeksi demam berdarah.

Komplikasi demam berdarah

Demam berdarah bisa menyebabkan komplikasi bila tidak segera dilakukan tindakan tata laksana berupa pemberian cairan yang cukup. Komplikasinya dapat berupa:

  1. Pendarahan karena trombosit turun. Pendarahan bisa muncul di mana saja. Misalnya muncul gejala mimisan, gusi berdarah, lebam-lebam muncul secara tiba-tiba, atau buang air besar berdarah.
  2. Muncul sindrom syok dengue pada fase kritis. Sindrom syok dengue merupakan kumpulan gejala akibat kebocoran di plasma, yang menyebabkan volume pembuluh darah rendah. Gejalanya sindrom syok dengue adalah denyut nadi melemah, tekanan darah turun, napas tidak teratur, kulit pucat, atau kaki menjadi dingin.
  3. Kegagalan sistem organ tubuh bila tubuh tidak mendapatkan cairan yang cukup. Pada kondisi yang parah, ini bisa berujung pada kematian.

Pengobatan demam berdarah

Pengobatan demam berdarah dapat mengikuti setiap fase perjalanan penyakitnya ya, Bunda. Pada fase awal yang ditandai dengan demam, Bunda bisa konsumsi obat penurun panas, yakni parasetamol. Hindari penggunaan ibuprofen atau aspirin karena bisa memicu pendarahan lambung.

Selama fase ini, Bunda perlu mengonsumsi cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi. Bentuk cairan yang diberikan tidak harus jus jambu atau air angkak ya, Bunda.

Semua cairan bisa diberikan untuk rehidrasi. Sejauh ini, belum ada penelitian yang membuktikan bahwa jus jambu biji atau minum angkak dapat meningkatkan trombosit. Prinsipnya hanya untuk rehidrasi, termasuk minum cairan elektrolit.

Konsumsi cairan harus lebih dari 2 liter. Sebab, saat demam tinggi, kebutuhan cairan akan meningkat. Jika tidak bisa diberikan cairan oral, maka tindakan yang harus diambil adalah pemberian infus cairan.

Saat memasuki fase kritis, pasien demam berdarah harus diawasi agar tidak mengalami sindrom syok dengue. Bila sudah terjadi syok, pasien harus segera ditangani secara agresif.

Pasien bisa diizinkan pulang dari rumah sakit atau sembuh apabila sudah tidak ada keluhan, seperti demam, nafsu makan sudah kembali baik, tidak ada mual atau muntah, dan hasil pemeriksaan laboratorium sudah menunjukkan perbaikan.

Parameter laboratorium dilihat dari peningkatan trombosit minimal dua kali pemeriksaan. Kalau angkanya masih belum stabil, pasien belum dinyatakan sembuh.

Selain trombosit, dilihat juga angka hematokrit. Bila sudah stabil ditambah kriteria klinis lainnya, maka pasien sudah dinyatakan sembuh dan bisa pulang ke rumah.

(rap/rap)
RISIKO MENGALAMI DEMAM BERDARAH BERULANG

RISIKO MENGALAMI DEMAM BERDARAH BERULANG

Halaman Selanjutnya

Simak video di bawah ini, Bun:

Waspada, Bun! WHO Peringatkan Varian Mu, Mutasi Baru Virus Corona

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Cerita Perempuan 30 Th Alami Kanker Serviks Stadium Akhir, Ini Gejala yang Dialami

Kehamilan Amrikh Palupi

Ini Alasan Kenapa Bunda Tak Boleh Paksa Si Kecil Memeluk Saudaranya

Parenting Ajeng Pratiwi & Randu Gede

Berobat Pakai Asuransi Bayar 10% Ditunda, Ini Penjelasan OJK

Mom's Life Amira Salsabila

Arti Nama Axel dan 30 Rangkaiannya untuk Anak Laki-laki, Modern & Damai Maknanya

Nama Bayi Annisya Asri Diarta

Keseruan Wendy Cagur dan Keluarga Liburan di Korea Selatan, Ini 5 Potretnya

Parenting Nadhifa Fitrina

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

5 Potret Lamaran Brisia Jodie & Jonathan Alden, Kompak Pakai Kebaya dan Beskap Warna Hijau

Cerita Perempuan 30 Th Alami Kanker Serviks Stadium Akhir, Ini Gejala yang Dialami

Berobat Pakai Asuransi Bayar 10% Ditunda, Ini Penjelasan OJK

Arti Nama Axel dan 30 Rangkaiannya untuk Anak Laki-laki, Modern & Damai Maknanya

Ini Alasan Kenapa Bunda Tak Boleh Paksa Si Kecil Memeluk Saudaranya

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK