MOM'S LIFE
Pengaruh 7 Zat Gizi Penting untuk Menjaga Kesehatan Mental, Bunda Perlu Tahu
Nadiyah S.Gz, M.Si, C.Ht, CSRS | HaiBunda
Jumat, 08 Oct 2021 15:25 WIBHari Kesehatan Mental Sedunia atau World Mental Health Day diperingati setiap tanggal 10 Oktober setiap tahunnya. Kenapa momen ini penting untuk diingat? Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya mejaga kesehatan mental, Bunda.
Penelitian terbaru terhadap total 80 ribu anak usia 4-17 tahun di Asia, Eropa, dan Amerika menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 membuat kondisi anak semakin buruk. Depresi dan kecemasan pada anak dan remaja meningkat dua kali lipat dibandingkan sebelum pandemi.
Masalah kesehatan mental di Indonesia
Di Indonesia, sebanyak 64,3 persen dari 1.522 orang responden terdeteksi memiliki masalah mental, setelah melakukan periksa mandiri kesehatan jiwa dampak dari pandemi COVID-19, via laman resmi Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI).
Menurut survey tersebut, masalah mental paling banyak dialami oleh perempuan (76,1 persen) dengan usia minimal 14 tahun dan maksimal 71 tahun. Ini tentu menjadi masalah baru yang harus diperhatikan bersama ya, Bunda.
Masalah mental yang teridentifikasi yaitu cemas, depresi, dan trauma psikologis. Gejala cemas paling utama yang dirasakan responden adalah merasa sesuatu yang buruk akan terjadi, khawatir berlebih, mudah marah atau jengkel, dan sulit untuk relaks. Sementara gejala depresi utama yang dirasakan gangguan tidur, kurang percaya diri, lelah tidak bertenaga, dan kehilangan minat.
Sebelum pandemi pada tahun 2018, survey Kementrian Kesehatan sendiri telah menunjukkan peningkatan proporsi gangguan mental yang cukup signifikan. Jika dibandingkan hasil survey tahun 2013, persentasenya naik dari 1,7 persen menjadi 7 persen.
Gangguan emosional ini ditemukan lebih tinggi pada penduduk perkotaan dibandingkan di perdesaan. Gangguan mental yang paling umum di Indonesia adalah depresi, gangguan bipolar, dan skizofrenia.
Bahaya gangguan mental untuk kesehatan fisik
Menurut prediksi WHO, depresi akan menjadi penyebab penyakit kedua terbesar di seluruh dunia. Stres psikososial yang berlanjut terus menerus tanpa diselingi dengan periode pemulihan yang cukup dapat menimbulkan gejala-gejala depresi dan mengakibatkan beberapa masalah seperti:
- Menurunnya daya tahan tubuh
- Rentan terhadap infeksi
- Meningkatkan risiko alergi
- Burn out syndrom (keletihan emosional, depersonalisasi, berkurangnya perhargaan pada diri sendiri)
- Berat badan berlebi
- Gangguan saluran pencernaan
- Hipertensi
- Penyakit jantung koroner
- Migrain
- Kanker
Pengaruh asupan gizi pada kesehatan mental
Stres hingga depresi merupakan masalah psikologi yang biasanya ditangani dengan konseling ataupun medis menggunakan obat antidepresan. Namun, ada hal lain yang penting dan turut berperan terhadap timbulnya stres yaitu asupan gizi.
Gizi memiliki peran penting terhadap terjadinya depresi, durasi, dan tingkat keparahannya. Ketidakseimbangan gizi berhubungan dengan risiko mudah atau tidaknya seseorang mengalami depresi.
Tak hanya itu saja, karena ternyata gangguan mental juga mempengaruhi asupan gizi seseorang. Kondisi jiwa berhubungan dengan gizi melalui jalur neurohormonal (sistem saraf dan hormon). Misalnya saja, seorang ibu yang menyusui dalam kondisi relaks akan meningkatkan hormon oksitosin yang dihasilkan oleh sistem saraf pusat, sehingga produksi air susu ibu (ASI) meningkat yang akan meningkatkan berat badan bayi.
Benarkah stres bisa bikin cepat gemuk?
Ada hubungan erat antara perubahan biologis tubuh saat emosi kita berubah, dengan hormon yang dikeluarkan oleh saluran pencernaan yang memberikan sinyal menuju otak. Saat tubuh mengalami stres yang merupakan suatu ancaman dalam diri kita, maka tubuh akan melepaskan hormon kortisol.
Tingginya kadar hormon ini akan merangsang tubuh untuk mengeluarkan hormon insulin, leptin, dan neuropeptide Y (NPY). Efenya, akan membuat otak membangkitkan rasa lapar sehingga timbul keinginan makan. Biasanya, dalam kondisi ini Bunda cenderung memilih jenis makanan tinggi gula dan lemak.
Depresi sendiri umumnya menyebabkan penderitanya cenderung memiliki nafsu makan yang buruk, melewatkan jam makan, dan dominan memilih makanan dan minuman yang manis. Salah satu faktor yang sering mendasari terjadinya stress hingga depresi adalah buruknya pengendalian kadar gula dalam darah.
Gejala gangguan pengendalian kadar gula darah
Gejala-gejala gangguan pengendalian kadar gula dalam darah di antaranya sebagai berikut:
- Kelelahan
- Mudah marah
- Pusing
- Sulit tidur
- Konsentrasi yang buruk
- Depresi
Simak yuk, Bunda, 7 jenis zat besi yang ternyata berpengaruh banget pada gangguan mental. Seperti misalnya pengaruh kekurangan Vitamin C pada tingkat stres yang Bunda hadapi nantinya. Klik halaman selanjutnya!
Bunda ingin terapi kejiwaan di tengah-tengah kondisi pandemi seperti ini. Simak caranya dalam video di bawah ini:

BAHAYA KEKURANGAN SAYUR DAN BUAH PADA GANGGUAN MENTAL