Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Mengenal Gangguan Skizoafektif: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Amira Salsabila   |   HaiBunda

Rabu, 03 May 2023 19:05 WIB

Ilustrasi wanita depresi
Mengenal Gangguan Skizoafektif: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan/Foto: Getty Images/Kannika Paison
Jakarta -

Gangguan skizoafektif adalah kondisi kesehatan mental dengan gejala skizofrenia dan gangguan mood. Orang dengan kondisi ini dapat mengalami depresi, mania, dan psikosis.

Kondisi kesehatan mental yang satu ini diklasifikasikan menjadi dua subtipe, yakni tipe bipolar skizoafektif dan tipe depresi skizoafektif. Profesional kesehatan mental saat ini percaya bahwa gangguan skizoafektif adalah sejenis skizofrenia.

Melansir dari laman better health, perkiraan menunjukkan bahwa sebanyak satu dari 3 orang yang didiagnosis dengan skizofrenia sebenarnya memiliki gangguan skizoafektif. Diagnosis bisa sulit karena gejala kondisi ini sangat mirip dengan skizofrenia dan gangguan bipolar.

Banner Kegiatan agar Anak Cerdas

Jenis gangguan skizoafektif

Ada dua jenis gangguan skizoafektif, yakni gangguan bipolar dan skizoafektif depresi. Kedua jenis ini didasarkan pada gangguan mood terkait yang dimiliki orang tersebut.

1. Jenis gangguan bipolar

Kondisi ini menampilkan satu atau dua jenis perubahan suasana hati yang berbeda. Orang dengan gangguan bipolar memiliki tingkat tinggi yang parah (mania) sendiri atau dikombinasikan dengan tingkat rendah (depresi).

2. Tipe depresif

Orang yang mengalami depresi memiliki perasaan sedih, tidak berharga, dan putus asa. Mereka juga mungkin memiliki pikiran untuk bunuh diri. Mereka mungkin juga mengalami masalah konsentrasi dan memori, Bunda.

Gejala skizoafektif

Berikut adalah beberapa gejala umum yang mungkin dialami seseorang yang mengalami gangguan skizoafektif:

1. Gejala psikotik

Kehilangan kontak dengan realitas, halusinasi, delusi, pikiran tidak teratur, ucapan dan perilaku kacau, kecemasan, apatis, ekspresi wajah kosong, ketidakmampuan atau bergerak.

2. Gejala manik

Peningkatan aktivitas sosial, seksual dan kerja, pikiran dan ucapan yang cepat, harga diri yang berlebihan, kebutuhan tidur yang berkurang, perilaku berisiko, perilaku impulsif seperti menghabiskan banyak uang, perubahan suasana hati yang cepat seperti bahagia menjadi marah.

3. Gejala depresi

Kehilangan motivasi dan minat, kelelahan, kesulitan konsentrasi, keluhan fisik seperti sakit kepala atau sakit perut, rendah diri, pikiran untuk bunuh diri, kehilangan nafsu makan, dan insomnia.

Penyebab gangguan skizoafektif

Melansir dari laman Cleveland Clinic, para peneliti tidak mengetahui penyebab pasti gangguan skizoafektif. Kendati demikian, mereka meyakini ada beberapa faktor yang ikut berperan dalam pembentukan gangguan ini, sebagai berikut:

1. Genetika

Gangguan skizoafektif mungkin bisa bersifat turun-temurun. Orang tua dapat mewariskan kecenderungan untuk mengembangkan kondisi tersebut kepada anak-anak mereka. Gangguan skizoafektif juga dapat terjadi pada beberapa anggota keluarga besar.

2. Kimia otak

Orang dengan kelainan ini mungkin memiliki ketidakseimbangan bahan kimia otak yang disebut neurotransmiter. Bahan kimia ini membantu sel-sel saraf di otak berkomunikasi satu sama lain. ketidakseimbangan dapat membuang koneksi ini, yang menyebabkan gejalanya.

3. Struktur otak

Abnormalitas dalam ukuran atau komposisi daerah otak yang berbeda, seperti hippocampus dan thalamus, dapat dikaitkan dengan perkembangan gangguan skizoafektif.

4. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan tertentu dapat memicu gangguan skizoafektif pada orang yang mewarisi risiko lebih tinggi. Faktor ini mungkin termasuk situasi yang menegangkan, trauma emosional, atau infeksi virus tertentu.

5. Penggunaan narkoba

Menggunakan obat-obatan psikoaktif, seperti mariyuana, dapat menyebabkan perkembangan gangguan skizoafektif.

Bagaimana pengobatan untuk gangguan skizoafektif?

Perawatan untuk gangguan skizoafektif melibatkan pengobatan yang dikombinasikan dengan psikoterapi dan pelatihan keterampilan. Berikut adalah beberapa pengobatan yang mungkin direkomendasikan untuk orang dengan skizoafektif:

1. Psikoterapi

Tujuan dari jenis konseling ini adalah untuk membantu mereka mempelajari penyakitnya, menetapkan tujuan, dan mengelola masalah sehari-hari yang berkaitan dengan gangguan tersebut. Akan tetapi, keluarga dapat membantu mereka menjadi lebih baik dalam berhubungan.

2. Obat

Obat utama yang diresepkan dokter untuk gejala psikotik seperti delusi, halusinasi, dan gangguan berpikir, disebut antipsikotik. Semua obat ini mungkin dapat membantu mengatasi gangguan skizoafektif.

3. Pelatihan keterampilan

Pengobatan yang satu ini umumnya berfokus pada keterampilan kerja dan sosial, perawatan diri, dan kegiatan sehari-hari lainnya, termasuk uang dan manajemen rumah.

4. Rawat inap

Gejala psikotik mungkin membutuhkan perawatan rutin di rumah sakit, terutama jika mereka merasa ingin bunuh diri atau mengancam untuk menyakiti orang lain.

5. Terapi elektrokonvulsif

Perawatan ini dapat menjadi pilihan bagi orang dewasa yang tidak menanggapi psikoterapi atau obat-obatan. Ini melibatkan pengiriman arus listrik cepat melalui otak. Mereka akan mendapatkan sejenis obat yang disebut anestesi untuk membantunya tidur.

Dokter menggunakan cara ini karena menurut mereka itu dapat mengubah kimiawi otak dan bisa membalikkan beberapa kondisi.

Nah, itulah beberapa hal yang perlu Bunda ketahui tentang gangguan skizoafektif. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Saksikan juga video mengenali istilah BPD dan bipolar beserta cara menanganinya yang ada di bawah ini, ya, Bunda.

[Gambas:Video Haibunda]

(asa)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda