MOM'S LIFE
Sering Terjadi pada Bunda Bekerja setelah Resign, Ini Ciri Post Power Syndrome
Amira Salsabila | HaiBunda
Kamis, 05 Oct 2023 18:35 WIBPost power syndrome berbeda dengan gangguan atau masalah tentang kejiwaan. Masalah mental ini bisa muncul ketika seseorang tidak lagi memiliki kekuasaan atau jabatan di lingkungan sekitarnya.
Biasanya, kondisi mental ini sering dikaitkan dengan orang-orang lansia yang sudah pensiun dari masa jabatannya, Bunda. Namun, mungkin saja Bunda yang biasa bekerja dan punya karier serta jabatan bagus, kemudian memilih menjadi ibu rumah tangga--juga merasakannya.
Seorang psikolog klinis dari Personal Growth, Veronica Adesla, menjelaskan bahwa post power syndrome ini biasanya muncul setelah mereka kehilangan jabatan diikuti dengan harga dirinya yang menurun.
“Umumnya juga orang yang mengalami post power syndrome ini tidak sadar akan kondisinya. Namun, keluarga terdekat ataupun orang lain yang dekat atau tinggal bersamanya akan melihat perubahan sikap emosi dan perilaku,” ujar Veronica, dikutip dari laman detik.com, Rabu (4/10/2023).
Tanda Post Power Syndrome
Melansir dari jurnal How does power affect happiness and mental illness? The mediating role of proactive coping, mengingat bahwa kekuasaan adalah pusat kehidupan sosial, hal ini memiliki dampak yang besar terhadap individu.
Secara khusus, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa memiliki kekuasaan sangat berkaitan dengan kebahagiaan yang dirasakan. Misalnya, kekuasaan meningkatkan kesejahteraan subjektif dan afektif, serta kepuasan hidup.
Veronica juga menjelaskan bahwa gejalanya bisa muncul dengan beragam variasi dan meliputi aspek fisik hingga psikologis. Gejala umum yang akan terlihat mungkin seperti rasa kecewa, bingung, kesepian, ragu-ragu, khawatir, takut, putus asa, dan merasa kosong.
Pada orang yang pernah memegang jabatan penting, gejala post power syndrome bisa muncul apabila dia tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan atau tidak diminati pendapatnya. Bisa juga mulai ada rasa curiga dan tersinggung muncul ketika saran atau pendapatnya tidak dijalankan.
“Selain itu, orang yang mengalami post power syndrome juga menjadi suka ikut campur dan mengatur secara berlebihan hal-hal di sekitarnya yang bahkan bukan menjadi tanggung jawab ataupun urusannya dan tidak diminta,” jelasnya.
Sementara itu, dr Andri, SpKJ, FAPM, dari klinik Psikomatik RS Omni Alam Sutera juga mengatakan bahwa kondisi ini bisa mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. Gejala umum yang terjadi adalah sakit kepala dan sakit perut, gejala yang lazim juga ditemukan pada pasien depresi.
“Atau misalnya sebelumnya dia sudah punya penyakit darah tinggi, post power syndrome bisa bikin tensinya naik lebih mudah atau lebih cepat. Makanya ini harus dikendalikan,” tutur Andri.
Cara Mengatasi Post Power Syndrome
Berikut adalah beberapa teknik sederhana yang bisa membantu mereka dengan kondisi ini mengatasi perasaan harga diri yang menurun:
1. Fokus pada pikiran penuh harapan
Melansir dari laman Verywell Mind, luangkan sedikit waktu setiap hari untuk fokus pada pikiran positif dan penuh harapan. Perhatikan hal-hal kecil yang dikuasai dan biarkan diri merasa bangga karenanya.
2. Peduli dengan diri sendiri
Harga diri yang buruk terkadang membuat seseorang merasa tidak pantas mendapatkan perhatian penuh. Jadi, berusahalah untuk mengingatkan diri sendiri bahwa Bunda membutuhkan perhatian dan carilah hal-hal yang bisa dilakukan untuk menunjukkan kebaikan kepada diri sendiri.
3. Mendapat dukungan dari luar
Memiliki lingkungan sekitar yang peduli dan bisa menghargai dan Bunda ingin menghargai diri sendiri dapat bermanfaat saat berupaya untuk meningkatkan harga diri.
Nah, itulah beberapa hal yang bisa Bunda ketahui terkait post power syndrome. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
Saksikan juga video manfaat meditasi untuk kesehatan mental yang ada di bawah ini, ya, Bunda.
(asa)