
moms-life
Mengenal Inovasi Nyamuk Wolbachia yang Disebut Solusi untuk Kendalikan DBD, Benarkah Efektif?
HaiBunda
Rabu, 20 Dec 2023 21:50 WIB

Daftar Isi
Kasus DBD masih merajalela di Indonesia. Meskipun terjadi penurunan kasus DBD di Indonesia dengan 76.449 kasus dan 571 kematian dari Januari hingga November pada 2023, fakta menunjukkan bahwa masalah DBD masih mengintai.Â
DBD masih banyak menyebabkan kematian yang tentu wajib diwaspadai, terutama bagi Bunda yang punya anak balita hingga remaja. Mengutip dari situs Kementerian Kesehatan Indonesia, terdapat 143.300 kasus dengan 1.236 kematian pada 2022, kelompok usia 5 sampai 14 tahun menjadi rentang umur paling rentan terdampak DBD.
Untuk itu, pemerintah Indonesia berusaha mengeluarkan inovasi nyamuk Wolbachia yang diharapkan bisa mengendalikan DBD. Seperti apa inovasi nyamuk wolbachia? Seberapa efektif inovasi nyamuk wolbachia dalam menghadapi kasus demam berdarah di Indonesia?
Inovasi nyamuk wolbachia
Inovasi nyamuk Wolbachia merujuk pada pemanfaatan bakteri alami wolbachia yang umumnya ditemukan pada 60% serangga. Bakteri ini kemudian diinfuskan ke dalam nyamuk aedes aegypti, menciptakan varietas nyamuk ber-Wolbachia.Â
Proses ini mengarah pada penurunan populasi nyamuk aedes aegypti dengan penggantian nyamuk biasa oleh varietas ber-Wolbachia. Keistimewaan dari nyamuk aedes aegypti ber-Wolbachia terletak pada kemampuannya menggigit tanpa menyebarkan virus DBD kepada manusia.Â
Bakteri Wolbachia berhasil menghambat perkembangan virus dengue, menjadikannya alat efektif dalam mengendalikan penyebaran penyakit. Maxi Rein Rondonuwu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, menegaskan bahwa penyebaran nyamuk ber-Wolbachia telah melewati proses penelitian intensif melibatkan 25 peneliti terkemuka Indonesia.
"Penerapan teknologi nyamuk ber-Wolbachia sudah melibatkan kajian dan analisis risiko, dengan hasil uji coba di Yogyakarta sekitar 5 sampai 6 tahun lalu yang sangat menggembirakan," ujar Maxi dilansir dari situs resmi Kementerian Kesehatan.
Keberhasilan hasil penelitian ini diakui oleh World Health Organization (WHO) pada  2021.
Cara kerja nyamuk Wolbachia untuk mengendalikan DBD
Nyamuk Wolbachia adalah nyamuk aedes aegypti yang telah diinfeksi dengan bakteri Wolbachia. Bakteri wolbachia ini secara alami terdapat di dalam tubuh serangga, termasuk lalat buah.
Bakteri ini dapat menyebabkan virus dengue tidak dapat berkembang biak dalam tubuh nyamuk. Begini cara kerja nyamuk Wolbachia untuk membasmi dan mengendalikan DBD.
1. Pemindahan bakteri Wolbachia
Pada awalnya, bakteri Wolbachia dipindahkan dari lalat buah ke dalam tubuh nyamuk aedes aegypti betina. Proses ini dilakukan secara laboratorium.
2. Penyebaran nyamuk Wolbachia
Setelah nyamuk aedes aegypti betina berhasil diinfeksi dengan bakteri Wolbachia, nyamuk tersebut kemudian dilepaskan ke lingkungan. Nyamuk jantan Wolbachia akan melakukan kawin dengan nyamuk betina Wolbachia, dan menghasilkan telur dan nyamuk baru yang ber-Wolbachia.
3. Penurunan populasi nyamuk aedes aegypti
Nyamuk aedes aegypti yang tidak mengandung bakteri Wolbachia akan mati karena tidak dapat berkembang biak. Hal ini karena nyamuk betina aedes aegypti yang tidak mengandung bakteri Wolbachia tidak akan menghasilkan telur jika kawin dengan nyamuk jantan ber-Wolbachia.
4. Pencegahan penularan DBD
Nyamuk aedes aegypti yang mengandung bakteri Wolbachia tidak dapat menularkan virus DBD. Hal ini karena bakteri Wolbachia akan menghambat pertumbuhan virus dengue dalam tubuh nyamuk.
Keunggulan teknologi Wolbachia
Teknologi Wolbachia memiliki beberapa keunggulan dibandingkan metode pengendalian DBD lainnya, yaitu:
1. Efektif
Teknologi wolbachia terbukti efektif dalam menurunkan populasi nyamuk Aedes aegypti dan mencegah penularan virus dengue.
Profesor Adi Utarini dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menyatakan bahwa program ini telah berhasil secara efektif mengurangi penyebaran DBD di Yogyakarta sejak 2016. Penyebaran nyamuk ber-Wolbachia terbukti mampu menurunkan angka kejadian demam berdarah hingga 77% dan angka perawatan rumah sakit turun 86%.
Selain itu, implementasi nyamuk ber-Wolbachia juga memberikan dampak positif pada penanganan DBD di Yogyakarta. Sebagai contoh, fogging yang sebelumnya mencapai 200 kali pada 2022, kini hanya dilakukan sebanyak 9 kali di 2023.
Tidak hanya fogging, pasien rawat inap karena DBD juga mengalami penurunan di Yogyakarta, menurut Prof Adi Utarini. Meskipun hasilnya baik, penyebaran nyamuk ber-Wolbachia tetap membutuhkan pemantauan dan evaluasi berkala untuk memastikan keberlanjutan program.
2. Berkelanjutan
Teknologi Wolbachia bersifat sustainable, yaitu dapat bertahan dalam jangka panjang. Hal ini karena bakteri wolbachia akan diturunkan dari satu generasi nyamuk ke generasi nyamuk berikutnya.
3. Aman
Teknologi Wolbachia aman bagi manusia dan lingkungan. Bakteri Wolbachia tidak berbahaya bagi manusia dan tidak akan menyebabkan mutasi pada nyamuk.
Dengan demikian, inovasi Wolbachia menjadi harapan baru dalam menangani DBD di Indonesia. Diharapkan bisa memberikan pandangan optimis untuk mencapai target menghilangkan DBD pada 2030.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fia/fia)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
Dinkes DKI Bersiap Sebar Nyamuk Wolbachia untuk Cegah DBD, Ini Lokasi Pertamanya

Mom's Life
Kemenkes Sebar 60 Ribu Telur Nyamuk Wolbachia di Bandung, Ini Tujuannya Bun

Mom's Life
5 Efek Setelah Sembuh dari Demam Berdarah, Tak Disadari tapi Bisa Terjadi

Mom's Life
Tanda Ajal Sudah Dekat Menurut Seorang Ahli Medis

Mom's Life
7 Alasan Mengapa Gula Tidak Baik Bagi Tubuh Bunda, Salah Satunya Memicu Depresi


5 Foto
Mom's Life
5 Potret Becky Tumewu Usai Operasi Mata Akibat Retina Lepas
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda