MOM'S LIFE
6 Gangguan Kesehatan Mental Remaja yang Perlu Diwaspadai
Amira Salsabila | HaiBunda
Kamis, 04 Apr 2024 11:50 WIBTahukah Bunda? Remaja juga bisa mengalami banyak masalah kesehatan mental yang sama seperti orang dewasa. Akan tetapi, banyak dari mereka yang tidak terdiagnosis dan akhirnya tidak mendapatkan perawatan yang tepat.
Masa remaja merupakan periode pertama kehidupan di mana masalah kesehatan perilaku dan mental merupakan kategori masalah kesehatan yang paling utama. Gaya hidup remaja kini menjadi lebih.
Sebagian orang tua mungkin berpikir bahwa anak remaja mereka menjalani kehidupan tanpa beban dan rasa khawatir. Sayangnya, hal tersebut tidak benar. Gangguan kesehatan mental justru lebih sering terjadi pada remaja.
Penyebab gangguan kesehatan mental pada remaja
Masa remaja adalah masa yang umum munculnya masalah kesehatan mental. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan, lingkungan, dan stres.
1. Tumbuh kembang
Perubahan hormonal dan perkembangan otak selama masa remaja dapat menempatkan mereka pada risiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan mental.
Ketika semua bagian sistem saraf tidak berkembang pada kecepatan yang tepat, seorang remaja mungkin mengalami perubahan dalam cara berpikir, suasana hati, dan perilaku. Hal ini dapat membuka pintu bagi masalah kesehatan mental.
2. Lingkungan
Permasalahan lingkungan juga dapat menjadi salah satu faktor kesehatan mental remaja. Insiden traumatis seperti pengalaman mendekati kematian atau riwayat pelecehan dapat meningkatkan risiko remaja terkena kondisi kesehatan mental.
3. Stres
Stres adalah faktor lain dalam penyakit mental. Jika anak remaja Bunda menjadi korban perundungan di sekolah atau memberikan banyak tekanan pada dirinya sendiri untuk berprestasi secara akademis, mereka mungkin lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental.
Mengenal ragam gangguan kesehatan mental pada remaja
Dalam hal ini, ada beberapa jenis gangguan kesehatan mental yang sering terjadi pada remaja dan perlu diwaspadai:
1. Gangguan kecemasan
Melansir dari laman verywell family, sekitar 8 persen remaja usia 13 dan 18 tahun mengalami gangguan kecemasan. Hal ini diungkap langsung oleh National Institute of Mental Health.
Selain itu, kecemasan juga bisa berdampak buruk pada kehidupan remaja. Hal ini seringkali mengganggu kemampuan mereka dalam bersosialisasi dengan teman-temannya hingga memengarungi pendidikan. Kasus yang parah bahkan dapat menghalangi seorang remaja untuk meninggalkan rumahnya.
Kecemasan datang dalam beberapa bentuk. Kecemasan yang paling umum seperti dapat menyebabkan remaja cemas dalam segala bidang kehidupan, namun gangguan kecemasan sosial dapat mempersulit remaja untuk berbicara di kelas atau menghadiri acara sosial.
2. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Menurut the Centers of Disease Control and Prevention, sekitar 9 persen anak-anak berusia antara 2 dan 17 tahun telah didiagnosis menderita ADHD.
Gejala gangguan ini mungkin akan terlihat pada usia 4 tahun, namun terkadang gejala tersebut tidak menjadi masalah hingga usia remaja. Anak-anak mungkin tidak mengalami masalah akademik sampai pekerjaannya menjadi lebih sulit, seperti pada masa sekolah menengah atas.
Remaja dengan tipe hiperaktif mengalami kesulitan untuk dudu diam, tidak dapat berhenti berbicara dan kesulitan menyelesaikan suatu proyek. Remaja dengan tipe lalai, kurang fokus dan mudah teralihkan perhatiannya.
3. Oppositional Defiant Disorder (ODD)
Berdasarkan American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, antara 1 hingga 16 persen remaja mengalami Oppositional Defiant Disorder (ODD). Gangguan ini sering muncul pertama kali pada masa awal sekolah dasar.
Jika tidak diobati, hal ini dapat menyebabkan gangguan perilaku, yang merupakan gangguan perilaku yang jauh lebih serius. ODD ditandai dengan pembangkangan ekstrem, agresi verbal dan fisik, serta kedengkian.
Remaja dengan ODD cenderung sulit menjaga hubungan yang sehat dan sering kali perilakunya mengganggu pendidikan.
4. Gangguan makan
Gangguan makan termasuk anoreksia, bulimia, dan gangguan makan berlebihan. Sekitar 2,7 persen remaja usia antara 13 dan 18 tahun menderita kelainan makan. Meskipun gangguan makan dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan, prevalensinya lebih tinggi pada perempuan.
Meskipun anoreksia ditandai dengan pembatasan makanan ekstrem dan penurunan berat badan, bulimia melibatkan makan berlebihan dan buang air besar, baik dengan muntah atau melalui penggunaan obat pencahar. Gangguan makan berlebihan dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik utama.
5. Depresi
Depresi adalah kelainan yang paling umum terjadi pada remaja, ini memengaruhi 3 persen remaja di seluruh dunia. Depresi merupakan gangguan jiwa yang memiliki berbagai gejala antara lain pikiran negatif, perubahan suasana hati yang sering, masalah tidur, perasaan bersalah, dan pikiran untuk bunuh diri.
6. Psikosis
Kondisi yang mencakup gejala psikosis paling sering muncul pada masa remaja akhir atau awal masa dewasa. Gejalanya bisa berupa halusinasi atau delusi. Pengalaman-pengalaman ini dapat mengganggu kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari dan pendidikan.
Cara mencegah gangguan kesehatan mental pada remaja
Sebagai orang tua, tentunya ada banyak cara yang bisa Bunda lakukan untuk mencegah anak remaja mengalami gangguan kesehatan mental. Untuk mencegah masalah ini, berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan:
1. Dorong perawatan diri secara fisik
Bicarakan dengan anak remaja tentang kebiasaan sehat seperti pola makan, nutrisi, dan olahraga serta keterkaitannya.
Beberapa penelitian, termasuk yang diterbitkan dalam American Journal of Public Health, menunjukkan dampak positif pola makan sehat dan olahraga secara teratur terhadap kesejahteraan mental.
2. Menumbuhkan perawatan mental dan emosional
Ceritakan bagaimana membuat jurnal, menciptakan karya seni atau musik, atau menemukan hobi baru seperti memasak, dapat meningkatkan kedamaian dan kebahagiaan batin. Pertimbangkan untuk memberi anak remaja Bunda jurnal baru atau peralatan memasak sebagai dorongan tambahan.
3. Ajarkan batasan yang sehat
Para remaja mungkin merasa terbantu jika mempelajari cara menetapkan batasan. Ini dapat membantu penggunaan media sosial, menyelesaikan pekerjaan rumah, atau bersosialisasi.
4. Diskusikan penggunaan media sosial
Media sosial memainkan peran yang berpengaruh dalam kehidupan para remaja. Dalam studi Pew Research Foundation, sebanyak 86 persen remaja yang menggunakan TikTok dan Snapchat mengatakan mereka menggunakan platform tersebut setiap hari, dan seperempatnya mengatakan mereka terus-menerus membuka situs atau aplikasi tersebut.
Bicarakan dengan anak remaja Bunda tentang penggunaan media sosialnya dan beri tahu mereka dampak buruk terhadap kesehatan mental.
5. Terbuka dengan kesehatan mental
Cara terbaik untuk menghilangkan stigma terhadap kesehatan mental adalah dengan berdiskusi. Bicarakan dengan anak remaja tentang tantangan kesehatan mental Bunda, jika ada. Tunjukkan statistik yang dapat membantu mereka memahami betapa umum tantangan kesehatan mental dan bahwa tidak ada rasa malu untuk meminta bantuan.
Nah, itulah beberapa gangguan kesehatan mental pada remaja hingga cara mencegahnya. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar dan klik di SINI. Gratis!
(asa/fia)