Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Kisah Sukses Bunda di Boyolali, Ternak Domba Lokal hingga Cuan Ratusan Juta

Annisa A   |   HaiBunda

Sabtu, 08 Jun 2024 11:30 WIB

Ni Wayan Purnami Rusadi Emmick pengusaha jamur tiram di Bali
Kisah Sukses Bunda di Boyolali, Ternak Domba Lokal hingga Cuan Ratusan Juta/Foto: Getty Images/iStockphoto/idal

Lahan kosong di sekitar rumah dapat dimanfaatkan untuk tempat mencari cuan. Seorang Bunda asal Boyolali, Jawa Tengah mencoba peruntungan dengan menjadi peternak domba.

Rina Tri Wahyuni adalah seorang Bunda asal Boyolali yang menggeluti usaha tersebut. Di rumahnya, terdapat lahan kosong yang terletak pada bagian belakang.

Rina pun memanfaatkan lahan kosong tersebut sebagai tempat usaha. Ia menyulap area tersebut menjadi kandang untuk membesarkan domba lokal.

Bisnis ternak domba lokal ini sudah digeluti oleh Rina Tri Wahyuni selama satu tahun terakhir, Bunda. Berbekal lahan kosong di belakang rumah, Rina membangun dua kandang sebagai tempat untuk membesarkan hewan ternaknya.

Domba lokal dijadikan sebagai pilihan karena modalnya cenderung lebih murah dibandingkan kambing lokal. Tak hanya itu, perawatan domba lokal juga tergolong lebih mudah.

Rina memaparkan domba lokal memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat dan kebal dari penyakit dibandingkan dengan kambing lokal.

"Kalau domba lokal, persediaannya masih sangat melimpah dan daya tahan tubuhnya masih bagus. Terus dia enggak terlalu rentan penyakit. Jadi saya masih pakai domba lokal untuk saat ini," ungkap Rina, dikutip dari kanal YouTube CNN Indonesia, Jumat (7/6/2024).

Di tempat tersebut, Rina akan membesarkan domba-domba lokal dari kecil. Biasanya, domba dibesarkan dari bobot tubuh 15 kg.

Setiap domba akan mendapatkan perawatan selama tiga bulan lamanya. Sedikit demi sedikit, bobot tubuh domba akan semakin besar hingga siap dijual.

"Satu ekor digemukkan selama 3 bulan dari bobot awal 15 kg, itu untuk hasil penggemukkan sekitar 25-28 kg," ucap Rina.

Sebelum dipanen, domba-domba yang berbulu lebat harus dicukur terlebih dahulu agar terlihat bersih, Bunda.

Rina menjual domba lokal miliknya dengan harga Rp58 ribu per kilogram bobot badan untuk domba betina. Sementara itu, harga domba jantan dibanderol lebih tinggi.

"Per kilogram kalau betina 58 ribu, jantan 73 ribu. Satu ekor domba rata-rata 15 hingga 30 kg," ungkap Rina.

Setelah membesarkan domba selama tiga bulan, Rina akan menjualnya ke berbagai kota. Yogyakarta menjadi salah satu daerah yang banyak menerima domba hasil ternak Rina.

Selain Yogyakarta, Rina juga mengirim domba-domba lokal ke berbagai kota besar di seluruh Pulau Jawa. Biasanya, domba lokal akan dijadikan sebagai bahan baku sate kambing muda.

Saat ini, lahan kosong di belakang rumah Rina bisa menampung hingga 150 ekor domba lokal. Hasil omzet yang diperolehnya pun cukup besar. Setiap kali panen, Rina bisa meraup omzet hingga Rp200 juta, Bunda.

Tak hanya Bunda Rina, simak juga kisah sukses Emmick, petani jamur tiram di Bali. Baca di halaman setelah ini.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!


BUDIDAYA JAMUR TIRAM

Ni Wayan Purnami Rusadi Emmick pengusaha jamur tiram di Bali

Ni Wayan Purnami Rusadi, pengusaha jamur tiram di Bali/Foto: YouTube CNN Indonesia

Ni Wayan Purnami Rusadi memiliki mimpi untuk memulihkan pertanian di Denpasar, Bali. Perempuan yang akrab disapa Emmick ini berhasil mengembangkan budidaya jamur tiram sebagai alternatif pertanian di kota.

Hal itu bermula ketika Emmick yang kala itu baru lulus SMA, melihat banyak lahan sawah beralih fungsi menjadi perumahan hingga tempat wisata.

Hal ini membuat banyak petani kesulitan. Padahal, masyarakat Bali dikenal menggantungkan diri pada usaha bercocok tanam.

Banner UU KIA

Emmick kemudian memilih budi daya jamur tiram. Usahanya bermula pada 2009 silam, Bunda.

"Jamur ini tidak perlu tanah luas, tidak perlu lahan subur, mereka bisa ditanam dengan sistem bertingkat, kemudian dekat dengan pasar. Kita di Denpasar pangsa pasarnya sangat terbuka lebar untuk jamur tiram," kata Emmick, dikutip dari kanal YouTube CNN Indonesia.

Emmick awalnya terinspirasi untuk melakukan budi daya jamur tiram saat mengikuti pelatihan dari Dinas Pertanian Kota Denpasar ketika menjabat sebagai Ketua Karang Taruna Desa Peguyangan.

Menurut Emmick, jamur tiram memiliki prospek menjanjikan untuk para petani. Selain tidak membutuhkan lahan luas, jamur tiram juga cukup mudah dibudidayakan.

Para petani jamur hanya perlu menjaga kelembapan ruangan agar jamur tiram tumbuh maksimal. Tanaman ini juga disiram dua kali sehari pada pagi dan sore hari.

Emmick juga membuat kolam lele di sekitar tempat budi daya jamur tiram. Selain mendatangkan cuan dari ikan lele, cara tersebut juga berguna untuk memberikan asupan nutrisi jamur tiram dari pupuk cair alami.

"Air dari ikan lele yang sudah mau dikuras itu tidak kita buang, tapi bisa kita pakai untuk menyiram lantai di bawah jamur," ucapnya.

Jamur tiram dapat dipanen 45 hari setelah ditanam. Satu baglog atau media tanam bisa dipanen 3 sampai 4 kali dalam satu kali masa produktif yang biasanya berdurasi tiga bulan. Omzet yang didapatkan juga cukup mendongkrak perekonomian para petani di Denpasar.

"Keuntungannya adalah per seribu baglog itu rata-rata keuntungan bersih yang didapat petani apabila panen 400 gram adalah Rp2 juta per tiga bulan," ungkap Emmick.

"Rata-rata 400 gram dipanen dalam tiga bulan. Tapi di daerah Tabanan biasanya lebih dingin, itu bisa sampai 900 gram. Kualitas jamurnya beda, di sana kadar air lebih tinggi jadi lebih berat namun lebih cepat busuk jamurnya," paparnya.

Simak juga video tips agar Bunda menjadi wanita karier yang sukses dan mandiri:

[Gambas:Video Haibunda]




(anm/fir)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda