HaiBunda

MOM'S LIFE

Studi Ungkap 7 dari 10 Bunda RI Jadi Korban Mom Shaming, Pelakunya Banyak Orang Terdekat

Arsitta Dwi Pramesti   |   HaiBunda

Kamis, 04 Jul 2024 14:10 WIB
Ilustrasi mom shaming/Foto: Getty Images/iStockphoto/nicoletaionescu

Tahukah Bunda bahwa penelitian mengungkapkan bahwa sebagian besar orang mengalami mom shaming? Kebiasaan masyarakat dalam menuntut seorang Bunda menjadi sempurna mengakibatkan banyak Bunda menderita gangguan kesehatan mental. 

Mom shaming adalah suatu kondisi ketika seseorang menghakimi atau mengkritik seorang Bunda karena gaya atau pilihan pengasuhannya. Meskipun terkadang hal ini datang dari orang terdekat karena kurangnya pengetahuan tentang membaca situasi, mom shaming tetap saja berbahaya bagi kesehatan mental Bunda.

Sikap mempermalukan Bunda ini dapat mengakibatkan munculnya keraguan diri, kecemasan, dan rasa tidak aman pada Bunda. Yuk, Bunda, simak penjelasannya.


Apa itu mom shaming?

Melansir dari Choosing Therapy, mom shaming mengacu pada tindakan mempermalukan keputusan Bunda tentang pilihan persalinan, menyusui, gaya mengasuh anak, pendidikan anak, apakah akan bekerja atau tinggal di rumah, dan bahkan penampilan.

mom shaming dapat sangat merusak kesehatan mental Bunda dan dapat menyebabkan rasa kesepian, tidak aman, kelelahan, dan tekanan pada Bunda.

Beberapa orang yang terlibat dalam mom shaming ini memang berniat baik dan mencoba membantu. Namun sebagian banyak hanya memuaskan egonya untuk menjatuhkan orang lain. 

Terlepas dari motivasinya, mom shaming sangat menyakitkan bagi Bunda yang menerimanya. Hal ini dikarenakan ibu membutuhkan dukungan dan dorongan, bukan penilaian dan dipermalukan.

Studi Ungkap 7 dari 10 Ibu di Indonesia Alami Mom Shaming

Berdasarkan sebuah studi terbaru dari Health Collaborative Center (CC), sebuah organisasi nirlaba yang menjadi bagian dari Yayasan Sentra Kolaborasi Kesehatan Nasional, sebanyak tujuh dari 10 ibu di Indonesia mengalami mom shaming.

Studi yang berlangsung sejak Maret 2024 ini mengajak 892 ibu di Indonesia untuk berpartisipasi sebagai responden. Penelitian ini dilakukan oleh tim peneliti yang diketuai oleh HCC, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, jumlah Bunda yang mengalami mom shaming di Indonesia mencapai 72 persen. Wah, cukup besar ya, Bunda? 

Ironisnya, sebagian besar mom shaming ini didapatkan Bunda dari keluarga dan orang terdekat. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa pelaku mom shaming berasal dari lingkungan inti Bunda, yaitu keluarga, kerabat, dan lingkungan tempat tinggal.

Mom shaming ini menimbulkan dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental dan emosional korban. Dalam penelitian bersama Research Associate HCC, Yoli Farradika M.Epid ini, terungkap bahwa mayoritas Bunda yang mengalami mom shaming cenderung terpengaruh dengan sugesti dan cibiran dari perilaku ini. Alhasil, lebih dari 50 persen Bunda terpaksa mengganti pola asuh untuk mengikuti “kritik” dari para pelaku mom shaming.

Sementara itu, dari ratusan responden penelitian, hanya 23 persen yang mengaku berani melawan dan menghindari mom shaming.

10 Ciri-ciri Pelaku mom shaming & Dampaknya

Melansir dari Choosing Therapy, Bunda dapat mengenali ciri-ciri perilaku mom shaming di antaranya:

1. Mengkritik pilihan Bunda menjadi Ibu Rumah Tangga

Menurut Jajak Pendapat Gallup 2012, Bunda yang tinggal di rumah dan menjadi Ibu Rumah Tangga mengalami lebih banyak kekhawatiran, kemarahan, stres, kesedihan, dan depresi secara signifikan daripada ibu yang bekerja di luar rumah. 

Biasanya, Bunda yang tinggal di rumah akan mendapat olokan seperti “Enak dong tidak usah bekerja”, atau “Aku juga pengen di rumah seharian sama Si Kecil”. Padahal, menjadi Ibu Rumah Tangga tidak berarti diam dan bersenang-senang bersama Si Kecil sepanjang hari.

Bunda yang menjadi ibu rumahan pasti memahami bahwa pekerjaan ini sangat sulit, melelahkan, dan tidak ada hentinya. Alih-alih dihakimi, Bunda yang tinggal di rumah akan lebih membutuhkan empati, dukungan, dan pengertian ya, Bun.

2. Mengkritik pilihan Bunda dalam menyusui Si Kecil

Pastinya semua Bunda ingin menyusui Si Kecil full ASI dengan breastfeeding selama 2 tahun. Namun, tidak semua Bunda memiliki perjalanan menyusui yang mudah. Faktanya, beberapa Bunda mengalami gangguan payudara sehingga membuat mereka tidak memungkinkan untuk mengasihi secara langsung. 

Pilihan Bunda untuk memompa ASI dan menyusukan kepada Si Kecil dengan botol susu atau memberi Si Kecil susu formula sering dihakimi. Banyak orang menilai bahwa tindakan ini membuat Bunda tidak menjadi seorang ibu seutuhnya. Padahal, cara apapun yang ditempuh tetap membuat Bunda berharga.

3. Menilai buruk Bunda yang bekerja

Jenis mom shaming satu ini didasarkan pada keterikatan pada norma dan harapan sosial yang sudah ketinggalan zaman. Bahkan di zaman modern ini, banyak yang masih mengharapkan para Bunda untuk mengambil beban pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak sepenuhnya. 

Beberapa orang memandang rendah Bunda yang memilih untuk bekerja daripada tinggal di rumah bersama anak-anak karena menilai Bunda ini egois. Padahal, ada banyak cara untuk mengurus keluarga, dan setiap Bunda memiliki pilihan untuk bekerja ataupun tidak.

4. Adanya persaingan antar Bunda

Mom shaming juga bisa berasal dari daya saing dan perbandingan antar Bunda. Ketika Bunda mulai membandingkan diri dengan Bunda lain, baik di media sosial atau secara langsung, hal ini dapat memulai persaingan yang tidak sehat. 

Kenyataannya, setiap Bunda memiliki kekuatan dan perjuangannya masing-masing. Setiap Bunda memiliki kelebihan dan tidak perlu membandingkan dirinya dengan Bunda lain.

5. Membandingkan dan mempermalukan perkembangan Si Kecil

Bunda dapat merasa malu jika Si Kecil tertinggal dalam hal perkembangan dan tidak mengikuti pertumbuhan anak-anak lain. Tanpa membandingkan dan menyalahkan Bunda lain, hal Ini sudah menjadi sesuatu yang dikhawatirkan dan tidak perlu mempermalukan.

6. Mempermalukan pilihan sleep training Bunda 

Menurut ahli, sleep training adalah sumber besar rasa malu dan rasa bersalah orang tua loh, Bunda. Setiap orang tua baru tentunya menginginkan waktu yang banyak bersama Si Kecil, namun juga berharap dirinya dapat tidur nyenyak sepanjang malam. 

Ada banyak pilihan tentang sleep training ini, di antaranya tidur seranjang, co-sleeping, atau meninggalkan anak menangis di kamarnya hingga tertidur. Tidak ada metode terbaik dalam hal ini, Bunda dapat menyesuaikannya dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing.

7. Menghakimi aktivitas Si Kecil

Tanpa sadar, Bunda sering merasa menghakimi dan mempermalukan aktivitas Si Kecil karena merasa tidak sesuai standar. Nyatanya setiap anak memiliki kegemaran dan kelebihannya masing-masing. Jika Bunda merasa bahwa Si Kecil tertinggal, Bunda dapat membicarakannya dengan ahli.

8. Mengomentari tubuh Bunda 

mom shaming sangat lekat kaitannya dengan body shaming. Banyak dari Bunda yang dikatakan gemuk setelah melahirkan, saat menyusui, bahkan saat Si Kecil sudah beranjak dewasa. 

Ujaran seperti, “Kapan diet? Kan sudah lahiran” mungkin terdengar simpel bagi penanya. Namun hal ini sangat menyakiti hati Bunda yang baru saja melahirkan. Hindari mengomentari tubuh Bunda lain yang baru saja melahirkan ya, Bunda.

9. Mempertanyakan pilihan persalinan Bunda

Beberapa bunda memilih untuk melahirkan bayinya di rumah sakit dengan epidural. Ada pula yang memilih melahirkan tanpa pengobatan, bahkan ada juga yang melahirkan di rumah. Setiap orang tua berhak memilih bagaimana mereka akan melahirkan bayinya ke dunia dan tidak ada yang salah terkait pilihan ini.

10. Mengkritik cara Bunda menghabiskan waktu luang

Kata siap Bunda tidak bisa me-time dan menikmati waktu luangnya sendirian? Perawatan diri penting agar Bunda bahagia dan menjalani kehidupan sebagai ibu dengan hari gembira. Jadi, sebelum menilai Bunda lain karena menyisihkan sedikit waktu untuk dirinya sendiri, ingatlah bahwa Bunda juga berhak memiliki waktu untuk bernapas.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fia/fia)

Simak video di bawah ini, Bun:

5 Tanda Bunda Sudah Dewasa secara Mental dan Emosional

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

7 Artis Pindah ke Luar Negeri Beralih Profesi, Jadi Psikolog hingga Tukang Las

Mom's Life Ajeng Pratiwi & Randu Gede

Potret Luna Maya & Maxime Bouttier Hadiri Pernikahan Sahabat di Italia

Mom's Life Amira Salsabila

Alasan Indri Giana dan Ustaz Riza Jalani IVF lagi Meski Sudah Miliki 4 Anak, Ternyata..

Kehamilan Annisa Karnesyia

5 Resep Bolu Pisang Kukus yang Enak, Lembut, dan Sederhana Dibuat

Mom's Life Amira Salsabila

Kenali Pola Tidur Bayi 2 Bulan dan Membentuknya agar Ideal

Parenting Asri Ediyati

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Terpisah Puluhan Tahun, Teman Sekolah Ini Kembali Dipertemukan dan Akhirnya Menikah

7 Artis Pindah ke Luar Negeri Beralih Profesi, Jadi Psikolog hingga Tukang Las

Kenali Pola Tidur Bayi 2 Bulan dan Membentuknya agar Ideal

5 Resep Bolu Pisang Kukus yang Enak, Lembut, dan Sederhana Dibuat

3 Fakta di Balik Penggunaan Minyak Telon Bayi Beserta Rekomendasi yang Bagus dan Aman

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK