HaiBunda

MOM'S LIFE

10 Ujian Pernikahan 1 Tahun Pertama, Masalah Ekonomi Termasuk?

Arina Yulistara   |   HaiBunda

Kamis, 02 Oct 2025 23:00 WIB
Ilustrasi pasangan suami istri/ Foto: Getty Images/Wavisa Keawpila

Ujian rumah tangga bisa sudah dirasakan di awal tahun menikah. Apakah masalah ekonomi juga bisa menjadi ujian tahun pertama pernikahan? 

Memasuki tahun pertama pernikahan sering kali menjadi masa penuh warna. Setelah euforia pesta pernikahan dan momen bulan madu usai, kehidupan nyata bersama pasangan dimulai.

Tidak sedikit pasangan yang kemudian kaget menghadapi berbagai tantangan yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Tahun pertama inilah yang kerap disebut masa penyesuaian karena dua orang dengan latar belakang berbeda berusaha membangun rumah tangga dalam satu atap.


Peneliti menyebut bahwa tahun-tahun awal pernikahan menjadi penentu kuat atau rapuhnya pondasi rumah tangga. Pasangan yang mampu melewati berbagai ujian dengan sikap saling menghargai, terbuka, dan dewasa biasanya memiliki hubungan yang lebih kokoh pada tahun berikutnya.

Sebaliknya, jika gagal mengelola konflik atau menyesuaikan ekspektasi maka risiko perceraian justru meningkat. Berbagai tantangan muncul di fase ini, mulai dari hal-hal kecil sehari-hari, hubungan dengan keluarga besar, hingga urusan ekonomi rumah tangga.

Ujian pernikahan satu tahun pertama

Mengutip Verywell Mind, berikut deretan ujian pernikahan di tahun pertama yang sering dialami pasangan, termasuk persoalan sensitif seperti keuangan dan bagaimana cara menghadapinya.

1. Penyesuaian tinggal bersama

Tinggal satu rumah dengan pasangan berarti berbagi semua hal, kamar tidur, kamar mandi, hingga kebiasaan sehari-hari yang sebelumnya tidak pernah terlihat. Mulai dari cara menaruh piring, kebiasaan tidur, hingga gaya membersihkan rumah bisa jadi sumber gesekan kecil.

Hal ini wajar karena setiap orang memiliki cara dan kebiasaan yang berbeda dalam mengatur hidupnya. Agar tetap harmonis, komunikasi menjadi kunci utama.

Pasangan perlu terbuka membicarakan hal-hal sepele agar tidak menumpuk menjadi masalah besar. Saling memahami dan mau menyesuaikan diri dengan kebiasaan baru akan membantu kehidupan rumah tangga lebih harmonis.

2. Menghadapi perbedaan tradisi keluarga

Hari raya atau momen liburan sering menjadi ajang tarik ulur antara keluarga suami dan istri. Siapa yang dikunjungi lebih dulu, bagaimana pembagian waktu, hingga kebiasaan keluarga besar bisa menimbulkan konflik.

Perbedaan tradisi ini sering menuntut pasangan untuk membuat keputusan yang tidak selalu menyenangkan semua pihak. Membangun batasan sehat dengan keluarga besar menjadi langkah penting.

Pasangan perlu berdiskusi terlebih dahulu lalu menyampaikan keputusan dengan cara yang bijak. Ingat setelah menikah, pasangan adalah prioritas utama sehingga keputusan bersama harus dipegang teguh.

3. Mengatur ekonomi dan keuangan

Salah satu ujian paling krusial di tahun pertama pernikahan adalah urusan keuangan. Apakah gaji digabung, dipisah, atau setengah digabung sering menjadi perdebatan.

Belum lagi perbedaan cara mengelola uang, kebiasaan belanja, dan prioritas pengeluaran. Jika tidak dikelola dengan baik, hal ini bisa menimbulkan konflik serius.

Solusinya hanya keterbukaan. Pasangan perlu duduk bersama membuat perencanaan keuangan rumah tangga.

Menyusun anggaran bulanan, menetapkan tabungan, dan membagi tanggung jawab finansial bisa mengurangi risiko salah paham. Kejujuran dan disiplin dalam mengelola uang menjadi kunci utama agar masalah ekonomi tidak mengguncang rumah tangga muda.

4. Belajar menyelesaikan konflik

Banyak pasangan berasumsi pernikahan akan membuat hubungan semakin mulus. Faktanya, konflik justru bisa lebih sering muncul karena intensitas kebersamaan meningkat.

Mulai dari urusan sepele seperti cucian piring hingga persoalan besar termasuk pekerjaan dan keluarga bisa memicu pertengkaran. Yang terpenting bukan menghindari konflik, melainkan bagaimana cara menyelesaikannya.

Pasangan perlu belajar berdebat dengan sehat, yakni dengan tidak saling menyalahkan, tak mengungkit masa lalu, dan fokus pada solusi. Dengan begitu, konflik justru bisa memperkuat ikatan emosional karena pasangan belajar memahami cara berpikir masing-masing.

5. Ekspektasi yang tidak terpenuhi

Salah satu penyebab kekecewaan terbesar di tahun pertama pernikahan adalah ekspektasi yang tidak sesuai realita. Sebagai contoh, Bunda mengira pasangan akan selalu romantis, rajin membantu pekerjaan rumah, atau tidak pernah marah.

Kenyataannya, setiap manusia tetap punya kekurangan. Untuk menghadapinya, Bunda harus realistis dan berani menyampaikan harapan secara terbuka.

Jangan biarkan ekspektasi tidak terucap menjadi sumber kekecewaan. Mengkomunikasikan kebutuhan dan keinginan sejak awal akan mengurangi potensi salah paham.

6. Menetapkan batasan dengan mertua

Kehadiran mertua bisa menjadi sumber dukungan, tapi juga tantangan. Ada mertua yang terlalu ikut campur dalam urusan rumah tangga, beberapa bahkan menuntut perhatian berlebih.

Jika tidak dikelola, hubungan dengan keluarga pasangan bisa menjadi konflik jangka panjang. Kunci mengatasi hal ini dengan membangun batasan sehat sejak awal.

Pasangan perlu sepakat mengenai sejauh mana orangtua boleh terlibat dalam urusan rumah tangga. Dengan komunikasi yang baik dan sikap saling menghormati, hubungan dengan mertua bisa berjalan harmonis tanpa mengganggu kemandirian pasangan.

7. Pembagian tugas rumah tangga

Rumah tangga tidak hanya soal cinta, tapi juga pekerjaan sehari-hari seperti membersihkan rumah, mencuci baju, atau memasak. Ketika pembagian tugas tidak adil, pasangan bisa merasa terbebani dan menimbulkan konflik.

Diskusi terbuka mengenai siapa melakukan apa akan membuat pasangan lebih nyaman. Jika salah satu sibuk bekerja, pasangan lain bisa mengambil peran lebih di rumah, begitu pula sebaliknya.

Fleksibilitas dan saling pengertian sangat penting dalam menjaga keseimbangan tugas.

8. Kehidupan intim yang berubah

Bagi banyak pasangan, seks menjadi bagian penting dari pernikahan. Namun kesibukan pekerjaan, kelelahan, atau stres bisa membuat kehidupan intim tidak sesuai ekspektasi.

Hal ini bisa menimbulkan rasa kecewa bahkan renggangnya ikatan emosional. Mengatur waktu khusus untuk berduaan menjadi solusi.

Tidak harus selalu soal hubungan fisik, tapi bisa menciptakan momen romantis yang membuat pasangan merasa dihargai. Dengan begitu, keintiman tetap terjaga meski kesibukan meningkat.

9. Quality time vs me time

Banyak pasangan baru menikah berpikir bahwa semua waktu harus dihabiskan bersama. Padahal menjaga ruang pribadi juga penting.

Ketika salah satu pasangan merasa terkungkung, hubungan justru bisa menjadi tegang. Menyeimbangkan quality time dan me time adalah kunci.

Beri kesempatan pasangan melakukan hobi, bertemu teman, atau sekadar me time akan membuat hubungan lebih sehat. Kebersamaan tetap terjaga, tapi tanpa mengorbankan identitas pribadi masing-masing.

10. Rasa kehilangan setelah euforia pernikahan

Setelah persiapan pernikahan dan pesta usai, sebagian pasangan merasa hampa. Rasa kehilangan aktivitas besar yang sebelumnya menyita perhatian bisa menimbulkan perasaan sedih atau bosan.

Fenomena ini dikenal dengan istilah honeymoon blues. Mengatasinya bisa dengan menetapkan tujuan baru bersama.

Sebagai contoh, menabung untuk rumah, merencanakan perjalanan kecil, atau merancang proyek bersama. Dengan begitu, pasangan punya motivasi baru untuk dinantikan dan dijalani bersama.

Tahun pertama pernikahan memang penuh tantangan. Namun setiap ujian sebenarnya peluang untuk memperkuat pondasi rumah tangga.

Dengan komunikasi terbuka, sikap saling menghargai, serta komitmen untuk tumbuh bersama, pasangan bisa melewati berbagai cobaan dengan lebih dewasa. Pada akhirnya, pernikahan yang bahagia bukanlah yang tanpa masalah, melainkan mampu menghadapinya dengan cinta dan kebersamaan.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!



(som/som)

Simak video di bawah ini, Bun:

Tinggal Serumah dengan Mertua? Ini 7 Tips agar Tetap Rukun, Bun!

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

5 Kalimat Toksik yang Bikin Anak Ogah Mendengarkan Orang Tua Menurut Psikolog

Parenting Nadhifa Fitrina

5 Potret Tingkah Naka Anak Indah Permatasari Selalu Soft Spoken & Lahap Makan

Parenting Nadhifa Fitrina

10 Ujian Pernikahan 1 Tahun Pertama, Masalah Ekonomi Termasuk?

Mom's Life Arina Yulistara

Cara Merawat Organ Intim Perempuan agar Tetap Bersih dan Sehat Menurut Dokter

Kehamilan Nadhifa Fitrina

Pakar Kesehatan Mental Ungkap 2 Kata Ampuh untuk Hentikan Overthinking

Mom's Life Amira Salsabila

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Momen Kedekatan Pemeran Film Rangga & Cinta, Intip Potret El Putra Sarira Curi Perhatian

5 Kalimat Toksik yang Bikin Anak Ogah Mendengarkan Orang Tua Menurut Psikolog

10 Ujian Pernikahan 1 Tahun Pertama, Masalah Ekonomi Termasuk?

5 Potret Tingkah Naka Anak Indah Permatasari Selalu Soft Spoken & Lahap Makan

Pakar Kesehatan Mental Ungkap 2 Kata Ampuh untuk Hentikan Overthinking

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK