HaiBunda

PARENTING

Yuk Kenali Usia Koreksi pada Bayi Prematur

Radian Nyi Sukmasari   |   HaiBunda

Rabu, 03 Jan 2018 10:12 WIB
Yuk Kenali Usia Koreksi pada Bayi Prematur/ Foto: Thinkstock
Jakarta - Saat ditanya umur si kecil, umumnya kita bakal menghitun sejak tanggal kelahirannya. Tapi, kalau anak lahir prematur ada juga istilah usia koreksi, Bun. Apa itu?

dr I Gusti Ayu Nyoman Partiwi SpA dari RS Bunda Jakarta menjelaskan pada prinsipnya bayi lahir yang dianggap cukup bulan yaitu saat usia kandungan 38-40 minggu. Sehingga, bayi disebut lahir prematur ketika usia kandungan bunda di bawah 37 minggu. Nah, usia koreksi pada bayi prematur dibandingkan dengan usia 40 minggu.

"Misal bayinya lahir pas usia kandungan 33 minggu. Pas umur 1 tahun, berarti usia koreksinya kita kurangi 7 minggu. Jadi umur 1 tahun adalah usia kronologis, sedangkan usia koreksinya 1 tahun dikurangi 7 minggu," kata wanita yang akrab disapa dr Tiwi ini waktu ngobrol sama HaiBunda.


Artinya, lanjut dr Tiwi, kita bisa toleransi kalau perkembangan si kecil yang lahir prematur ini sesuai dengan anak usia 10 bulan. Tapi, kalau anak bisa mengejar tumbuh dan kembang sesuai sama anak umur 1 tahun, bagus banget, Bun. Terus, apa sih pentingnya kita tahu usia koreksi pada anak yang lahir prematur, Dok?



dr Tiwi bilang dengan tahu usia koreksi kita masih bisa mentoleransi perkembangan anak. Mungkin anak lain bisa duduk umur 8 bulan. Tapi si anak ini lahir prematur di usia kandunagn 30 minggu. Nah, usia koreksinya kan 10 minggu tuh, Bun. Pas anak usia 8 bulan kita kurangi 2,5 bulan deh.

"Misalnya dia belum bisa duduk, nggak apa-apa. Jadi dengan tahu usia kronologis ini kalau anak belum bisa mencapai perkembangan anak seusianya, masih bisa ditoleransi tapi stimulasi tetap harus dilakukan," pesan dr Tiwi.

Nah, bicara stimulasi buat bayi prematur, dr Tiwi mengingatkan kegiatan sehari-hari juga bisa kok jadi stimulasi untuk si kecil yang lahir prematur. Untuk stimulasi pendengaran, kita bisa ngajak bayi ngobrol kapanpun atau ngajak mereka nyanyi. Pastinya, lakukan ini dengan sepenuh hati ya, Bun.

Lalu untuk mengasah kemampuan motorik kasar dan halusnya, jangan takut menengkurapkan bayi, membiarkan dia berguling-guling atau bahkan ngasih kesempatan mereka 'ngemut' tangan dan kaki. Karena kata dr Tiwi dengan begitu anak juga belajar mengenal anggota tubuhnya lho. Terus untuk stimulasi bahasa, kita juga bisa ajak anak berinteraksi, Bun. Jadi, orang tua memang harus aktif dan nggak boleh capek nih menstimulasi si kecil.

(rdn)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Momen Haru Keluarga dan Sahabat Antar Mpok Alpa ke Tempat Peristirahatan Terakhir

Mom's Life Annisa Karnesyia

Transmart Full Day Sale Ikut Meriahkan Kemerdekaan RI dengan Diskon 50%+20%! Hanya Besok, Bun

Mom's Life Triyanisya & Sandra Odilifia

Rayakan 17 Agustus dengan Diskon Elektronik Gila-Gilaan di Transmart Full Day Sale!

Mom's Life Tim HaiBunda

Perjalanan Hidup Almarhumah Mpok Alpa, dari Penyanyi Dangdut hingga Sukses Jadi Presenter dan Komedian

Mom's Life Nadhifa Fitrina

Mengenal Posisi Seks Pretzel dalam Berhubungan Intim, Tips Melakukan hingga Risikonya

Kehamilan Dwi Indah Nurcahyani

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Momen Haru Keluarga dan Sahabat Antar Mpok Alpa ke Tempat Peristirahatan Terakhir

Rayakan 17 Agustus dengan Diskon Elektronik Gila-Gilaan di Transmart Full Day Sale!

Transmart Full Day Sale Ikut Meriahkan Kemerdekaan RI dengan Diskon 50%+20%! Hanya Besok, Bun

15 Drama Korea yang Bisa Dibuat Maraton Sehari Pemilik Rating Tertinggi, Punya Episode Pendek

Perjalanan Hidup Almarhumah Mpok Alpa, dari Penyanyi Dangdut hingga Sukses Jadi Presenter dan Komedian

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK