Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Mengenal Rubella Kongenital, Risiko Jika Vaksin MR Diabaikan

Niken Widya Yunita   |   HaiBunda

Jumat, 24 Aug 2018 17:53 WIB

MUI bilang masyarakat tak perlu ragu untuk vaksin measles rubella (MR). Dikhawatirkan jika diabaikan ada risiko rubella kongenital.
Foto: Instagram
Jakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau masyarakat muslim untuk tidak ragu vaksin measles rubella (MR). Jika vaksin ini diabaikan dikhawatirkan muncul risiko sindrom rubella kongenital atau Congenital rubella syndrome (CRS).

Apa sih rubella kongenital? Dilansir Centers for Disease Control and Prevention (CDC), CRS adalah suatu kumpulan gejala penyakit pada bayi akibat virus rubella yang dialami ibu selama kehamilan. Ketika infeksi rubella terjadi selama awal kehamilan, konsekuensi serius seperti keguguran, bayi lahir mati, dan cacat lahir pada bayi dapat terjadi.

Perlu diketahui bersama nih, Bun, risiko kecacatan paling tinggi adalah ketika ibu hamil terinfeksi virus rubella di 12 minggu pertama kehamilan. WHO menyebut ibu hamil yang terinfeksi virus rubella di awal kehamilan, 90 persen berisiko menularkan virus pada janinnya.



Risiko kecacatan pada janin menurun apabila infeksi virus rubella terjadi setelah minggu ke-12 kehamilan. Kecacatan bayi bahkan jarang terjadi pada ibu yang terinfeksi rubella di minggu ke-20 kehamilan atau sesudahnya.

Cacat bawaan yang merupakan sindrom rubella kongenital terdiri atas katarak, penyakit jantung bawaan, gangguan pendengaran, dan keterlambatan perkembangan, termasuk keterlambatan bicara dan disabilitas intelektual.

Dokter spesialis anak RSUD Dr Soetomo Surabaya, dr Meta Hanindita, SpA, kepada detikHealth mengatakan sampai saat ini belum ada pengobatan yang spesifik untuk sindrom rubella kongenital. "Tidak terdapat pengobatan yang spesifik untuk rubella kongenital. Terapi hanya ditujukan untuk memperbaiki kelainan yang ditimbulkan," ujar dr Meta.


dr Meta mencontohkan ketika seorang anak didiagnosis rubella kongenital kemudian mengalami kelainan jantung, maka tindakan untuk anak tersebut adalah operasi. Jika gangguan yang muncul berupa masalah pendengaran, maka bisa diberikan terapi untuk melatih pendengaran dan mungkin implan koklea.

"Sedangkan keterlambatan perkembangan bisa diterapi dengan fisioterapi atau terapi wicara misalnya," katanya.

Virus rubella ditularkan melalui udara, ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk. Pada tahun 1996, diperkirakan 22.000 bayi di Afrika dilahirkan dengan rubella kongenital, diperkirakan ada 46.000 bayi di Asia Tenggara, dan hampir 13.000 di Pasifik Barat.

WHO pun menyarankan pemberian vaksin untuk mencegah penularan rubella, utamanya pada ibu hamil. Dikutip dari situs Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), vaksin yang digunakan telah mendapat rekomendasi dari WHO dan izin edar dari Badan POM.

Vaksin ini aman dan telah digunakan di lebih dari 141 negara di dunia. Nah, imunisasi MR diberikan untuk semua anak usia 9 bulan sampai dengan kurang dari 15 tahun selama kampanye imunisasi MR bulan Agustus - September 2018.

Selanjutnya imunisasi MR diberikan secara rutin untuk anak usia 9 bulan, 18 bulan, dan kelas 1 SD atau sederajat menggantikan imunisasi campak.

(nwy)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda