Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Kenali Perbedaan Campak dan Rubella yang Sering Menyerang Anak

Nadhifa Fitrina   |   HaiBunda

Senin, 11 Aug 2025 18:30 WIB

Measles, Mumps, Rubella vaccine in a vial, immunization and treatment of infection, scientific experiment
Ilustrasi/Foto: Getty Images/Kittisak Kaewchalun
Daftar Isi
Jakarta -

Bunda pasti merasa bingung saat Si Kecil tiba-tiba demam disertai bintik merah di kulitnya. Rasa khawatir pun muncul karena gejalanya terlihat mirip dengan beberapa penyakit lain yang sering menyerang anak.

Banyak orang tua kesulitan membedakan penyakit yang dialami Si Kecil karena tanda-tandanya tampak serupa. Situasi ini bisa bikin langkah penanganan jadi terlambat atau bahkan tidak sesuai.

Dikutip dari Mayo Clinic, gejala awal kedua penyakit ini kerap bikin bingung karena muncul berbarengan. Keduanya sama-sama menimbulkan demam, ruam merah, dan rasa tidak nyaman pada anak.

Dalam kondisi seperti ini, Bunda perlu lebih jeli memperhatikan tanda-tanda yang ada. Pemahaman yang baik dapat membantu mengambil langkah tepat dan mencegah risiko yang lebih serius bagi kesehatan Si Kecil.

Dilansir dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, campak termasuk salah satu penyakit menular yang sering menyerang anak-anak. Penyakit ini menyebar cepat melalui percikan air liur, kontak langsung dengan penderita, atau benda yang sudah terkontaminasi virus.

Campak biasanya menimbulkan gejala awal berupa demam tinggi, batuk, pilek, mata merah, hingga bintik putih di dalam mulut. Setelah itu, ruam merah akan muncul di wajah dan menyebar ke seluruh tubuh, membuat Si Kecil tampak lemah dan tidak nyaman, Bunda.

Rubella yang sering kali disebut sebagai "Campak Jerman" juga disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang kulit dan kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat menular melalui udara saat penderita batuk atau bersin, bahkan bisa menular dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya.

Gejala rubella cenderung lebih ringan dibanding campak, seperti demam rendah, sakit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam selama tiga hari. Meski begitu, pada ibu hamil, rubella bisa berdampak serius pada perkembangan janin, Bunda.

Lantaran kemiripan gejalanya, banyak orang tua sering kesulitan membedakan keduanya. Itulah sebabnya penting Bunda untuk mengenal lebih dekat campak dan rubella agar dapat melakukan langkah pencegahan serta penanganan yang tepat.

Perbedaan campak dan rubella

Bunda bisa mengenali ciri-ciri yang membedakan kedua penyakit ini agar tidak salah langkah dalam penanganannya. Mengutip dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, ada beberapa perbedaan campak dan rubella yang penting untuk diketahui:

1. Tingkat keparahan penyakit

Campak umumnya memiliki gejala yang lebih berat dan dapat berlangsung lebih lama jika tidak segera ditangani, Bunda. Penyakit ini juga berisiko menimbulkan komplikasi serius seperti pneumonia atau radang otak pada sebagian anak.

Rubella cenderung lebih ringan dan sering kali hanya menimbulkan gejala yang tidak terlalu mengganggu. Namun, penyakit ini bisa sangat berbahaya jika menular kepada ibu hamil karena berisiko menyebabkan kelainan bawaan pada janin.

2. Cara penularan

Kedua penyakit ini sama-sama menular melalui udara saat penderita batuk atau bersin, serta kontak langsung dengan cairan tubuh penderita. Namun, rubella juga dapat menular dari ibu ke janinnya selama kehamilan, yang membuatnya memiliki risiko tambahan.

Campak tidak menular melalui kehamilan tetapi penyebarannya jauh lebih cepat dan tingkat penularannya lebih tinggi. Inilah yang membuat campak sering menyebabkan wabah di lingkungan dengan cakupan imunisasi yang rendah, Bunda.

3. Gejala utama

Campak biasanya disertai demam tinggi hingga mencapai 40 derajat, batuk, pilek, mata merah, serta bintik putih di dalam mulut sebelum ruam menyebar ke seluruh tubuh. Gejala ini sering membuat anak terlihat lemah dan rewel karena merasa tidak nyaman, Bunda.

Rubella justru menimbulkan gejala yang lebih ringan seperti demam rendah, sakit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam merah yang bertahan sekitar tiga hari. Pada remaja atau orang dewasa, rubella juga bisa disertai nyeri sendi dan otot.

4. Dampak pada penderitanya

Jika tidak segera diobati, campak berisiko menyebabkan komplikasi berat seperti infeksi telinga, diare parah, radang paru-paru, hingga radang otak. Penyakit ini juga dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh sehingga membuat Si Kecil rentan terkena penyakit lain.

Rubella jarang menyebabkan komplikasi serius pada anak-anak atau orang dewasa sehat. Namun, jika tertular oleh ibu hamil, rubella dapat menimbulkan sindrom rubella kongenital pada bayi yang berdampak pada pendengaran, penglihatan, bahkan perkembangan otak janin.

Cara mencegah agar tidak mudah terkena campak dan rubella

Mencegah jauh lebih baik daripada mengobati, apalagi kalau menyangkut kesehatan Si Kecil. Mengingat belum ada obat khusus untuk campak maupun rubella, langkah pencegahan jadi kunci utama agar anak terhindar dari dua penyakit ini beserta komplikasinya.

Dikutip dari laman Kemenkes RI, cara pertama yang wajib dilakukan adalah memberikan imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella). Imunisasi ini dianjurkan untuk diberikan saat Si Kecil berusia 9-12 bulan. Agar pertahanan kekebalan tubuhnya semakin kuat, anak juga dianjurkan untuk mendapatkan imunisasi MMR booster pada usia 18 bulan dan saat usia 5-6 tahun.

Selain itu, menjaga kebersihan juga enggak kalah penting lho, Bunda. Pastikan Si Kecil rajin cuci tangan, pakai masker saat dibutuhkan, dan hindari kontak langsung dengan orang yang sedang terinfeksi agar risiko penularannya semakin kecil.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ndf/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda