HaiBunda

PARENTING

Memaksakan Jurusan dan Minat Pendidikan Anak, Yes or No?

Amelia Sewaka   |   HaiBunda

Rabu, 24 Oct 2018 19:33 WIB
Memaksakan Jurusan dan Minat Pendidikan Anak, Yes or No?/Foto: Istock
Jakarta - Setiap orang tua selalu ingin yang terbaik untuk anak, termasuk soal masa depannya. Bahkan tak jarang orang tua sudah menetapkan jurusan atau minat anak dalam pendidikannya. Misal saat anak sekolah nanti ia harus masuk jurusan ilmu pengetahuan alam (IPA) dan semacamnya.

Menurut pendidik, psikolog sekaligus inisiator Kampus Guru Cikal, Najelaa Shihab, harusnya semua berpusat di anak. Biar tahu bakat dan minat anak, orang tua baiknya lebih banyak mendengarkan dan memahami apa yang disuka dan dibutuhkan anak dalam pendidikannya. Karena, saat kita mendengar dan pahami anak lebih jauh soal minat dan jurusan yang nantinya ia inginkan, komunikasi anak dengan orang tua pun jadi lebih mudah.

"Kalau kita berempati pada anak, efeknya anak lebih mudah berempati sama kita (orang tua). Itu yang seringkali dilupakan, karena ada anggapan ketika anak keras ya kita kerasin lagi. Padahal, di situ anak malah jadi belajar kekerasan dari orang tuanya," ungkap wanita yang akrab disapa Ela di tengah acara Temu Pendidik Nusantara (TPN) 2018, 'Memanusiakan Hubungan, Mendorong Perubahan Pendidikan Berkelanjutan' di Sekolah Cikal, Cilandak, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.


Foto: Instagram
Menurut Ela, ketika anak keras atas pendiriannya hingga membentuk perilaku kekerasan, justru orang tua bisa belajar memahami anak. Kenapa ya anak sampai melakukan hal ini? Coba perlakukan lembut anak dan terima apa yang ia rasakan. Sehingga dari situ anak melihat contoh yang baik dari orang tuanya.

Minat atau ketertarikan terhadap suatu hal bisa kok dimiliki anak. Hanya saja, dalam keseharian ada pula orang tua yang cenderung memaksakan kehendaknya agar si anak suka pada bidang tertentu. Misalnya, anak tidak suka musik tapi diikutkan les piano. Menanggapi hal ini, psikolog anak dari Tiga Generasi Saskhya Aulia Prima MPsi Psikolog, mengatakan kondisi itu bisa terjadi karena sebenarnya orang tualah yang tertarik dengan bidang itu. Kebetulan, di masa kecilnya orang tua tidak memiliki kesempatan untuk mengasah minatnya tersebut.

"Jadi orang tua pengen itu dilakukan anaknya. Padahal, efeknya ke anak, kemandirian dan inisiatifnya kurang karena yang biasa memperlakukan anak seperti itu orang tua yang dominan. Anaknya mau ngapain diatur, jadinya anak dependent (ketergantungan) karena mau ngapa-ngapain salah terus," kata Saskhya seperti dilansir detikcom.

Saskhya menyarankan baiknya orang tua menyikapi hal ini dengan mendukung dan fasilitasi apa yang diminati anak. Sama halnya seperti orang dewasa yang suka sama hal tertentu kemudian dipaksa untuk suka suatu hal, pasti kita pun nggak mau kan, Bun. Nah, begitu juga anak-anak.

"Cuma memang pada anak-anak proses argumentasinya nggak sebanyak orang dewasa," tambah Saskhya.

(aml/rdn)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Sunat Anak Laki-Laki: Usia yang Tepat, Estimasi Biaya, Manfaat, Risiko & Perawatannya

Parenting ZAHARA ARRAHMA

Keseruan Wendy Cagur dan Keluarga Liburan di Korea Selatan, Ini 5 Potretnya

Parenting Nadhifa Fitrina

Kenali Ciri Stadium Awal Kanker Payudara dari Kulit Tubuh, Termasuk Tampak seperti Jeruk

Menyusui Amrikh Palupi

Seberapa Besar Peluang Hamil Anak Kembar dari 1 Embrio Melalui IVF? Simak Kata Ahli

Kehamilan Annisa Aulia Rahim

Cara Diet Aktor Korea Yoon Si Yoon untuk Turunkan BB 5 Kg dalam 1 Hari

Mom's Life Arina Yulistara

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Khayru Putra Gunawan Sudrajat Kerap Dibully saat Kecil, Kini Sudah Kuliah di Australia

Sunat Anak Laki-Laki: Usia yang Tepat, Estimasi Biaya, Manfaat, Risiko & Perawatannya

Kenali Ciri Stadium Awal Kanker Payudara dari Kulit Tubuh, Termasuk Tampak seperti Jeruk

Seberapa Besar Peluang Hamil Anak Kembar dari 1 Embrio Melalui IVF? Simak Kata Ahli

Keseruan Wendy Cagur dan Keluarga Liburan di Korea Selatan, Ini 5 Potretnya

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK