Jakarta -
Persoalan
Tsania Marwa dan
Atalarik Syah tak kunjung usai, Bun. Meski sudah berpisah sejak 2017, keduanya masih saja berseteru. Kali ini soal hak asuh anak.
Dikutip dari
detikcom, Tsania masih memperjuangkan hak asuh anaknya yang jatuh ke tangan Atalarik. Namun, mantan suaminya itu menegaskan persoalan mengurus anak tak bisa dibagi-bagi.
"Bagi-bagi anak gimana, emang anak bisa dibagi-bagi? Ya enggak bisalah. Anak itu tetap enggak boleh hidup karena perceraian jadi membuat mereka bingung. Jadi dibina dengan keadaan double standard, kan yang di sana (pihak Tsania) mengerti yang di sana kan sarjana psikologi pasti mengerti," tegas Atalarik.
Pria kelahiran Jakarta ini beranggapan, dengan berbagi hak asuh anak, dapat menimbulkan pola asuh yang berbeda. Dan dikhawatirkan malah membuat anak-anak bingung.
"Orang-orang tua di luar sana juga pasti mengerti kalau anak dalam keadaan perceraian tidak boleh ada dalam kondisi
double standard. Nanti mereka harus patuh yang mana? Harus mengikuti perintah siapa jangan jadinya beradu, anak-anak jangan dibuat bingung," jelasnya.
Meski demikian, kakak Teddy Syach ini menegaskan bahwa dia tidak pernah melarang Tsania bertemu dengan anak-anak. Hanya saja, sebaiknya bertemu di rumah karena menurutnya, itu tempat paling sehat, bukan di mall atau tempat umum lainnya.
"Tentu aja enggak (melarang), udah capek saya, itu netizen yang tidak percaya boleh ke rumah, sekalian aja ajak netizen yang enggak percaya diri mereka tahu," ujar pria 45 tahun ini.
"Pengadilan Agama juga sudah baik banget kok kalau mau (Tsania) lihat anak-anak kan bisa ke rumah, itu yang paling sehat daripada di jalanan, di tempat umum, di mal, mending di rumah itu yang paling sehat," cetusnya.
Sebenarnya, setelah orang tua bercerai adalah masa sulit untuk anak, Bun. Dikatakan psikolog anak dan remaja Ratih Zulhaqqi, yang penting diperhatikan orang tua usai bercerai adalah tetap menjaga hubungan baiknya dan tidak menunjukkan hubungan berubah jadi musuh.
Kata Ratih, sebenarnya yang membuat dampak lebih besar pada anak bukan perceraiannya, melainkan pertengkaran tanpa henti, saling memaki, atau berteriak di depan anak.
"Hal ini sih yang lebih kena ke anak daripada perceraian itu sendiri. Jaga ego masing-masing, jadi anak juga tetap
fine that. Mau dikata orang gimanalah orang tuanya atau ditanya orang soal perceraian orang tuanya, anak tetap merasa oh ya
this is my family," papar Ratih.
Dari perceraian kedua orang tua, anak akan belajar bahwa terkadang segala hal yang sudah dibangun bersama tidak bisa berlanjut karena suatu alasan. Namun, meskipun Bunda dan Ayah tak lagi bersama, anak bisa belajar bahwa kedua orang tuanya tetap berusaha keras untuk memberikan perhatian besar seperti sebelum bercerai.
[Gambas:Video 20detik]
(yun/muf)