Jakarta -
Setiap orang tua pasti mendambakan sang buah hati lahir dalam kondisi normal. Namun, tak sedikit anak yang terlahir mengalami celah bibir atau celah mulut, yang biasa disebut
bibir sumbing.
Berdasarkan data yang tercatat dari Smile Train, sebuah organisasi nirlaba yang memberikan operasi perbaikan bibir sumbing, rata-rata setiap tahunnya tercatat 8000 - 9000 anak di Indonesia lahir dengan kondisi bibir sumbing. Yang artinya, satu dari 300 kelahiran normal bisa mengalami bibir sumbing.
Dikatakan dokter spesialis bedah plastik dan rekonstruksi Letkol. Ckm. dr.Denny Irwansyah, SpBP-RE, bibir sumbing adalah kondisi dimana terdapat celah antara rongga mulut dan rongga hidung, akibat ketidaksempurnaan proses penyatuan bibir dan langit mulut pada masa perkembangan janin. Penyebabnya multi faktorial, sangat kompleks, jadi bukan satu faktor saja, tapi keterkaitan satu sama lain.
"Tapi secara rincinya ada beberapa, bisa karena bawaan atau keturunan, karena kurang nutrisi, baik itu kekurangan vitamin, asam folat, zinc. Bisa juga karena gangguan sirkulasi saat kehamilan, karena obat-obatan, baik itu obat kanker, radiasi dan lainnya," jelas Denny, dalam acara Talkshow Smile Train 'Celah Bibir dan Celah Langit' di Cikini, Jakarta, Senin (13/5/2019).
Kata Denny, anak yang lahir dengan bibir sumbing memiliki risiko tidak bisa bicara dengan normal. Selain itu, timbul gangguan menelan, makan, proses menghisap. Kalau kemampuan menghisapnya rendah, nanti berpengaruh juga ke berat badannya.
Bibir sumbing juga dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan, Bun, karena adanya saluran terbuka antara pernapasan dan pencernaan. Kondisi ini bahkan bisa mengganggu psikologis anak serta orang tua, terutama anak-anak yang masuk usia sekolah.
"Psikologis itu sangat berpengaruh pada orang tua dan lingkungan sekitar. Dari nenek, mertua, pasangan, bisa saling salah-salahan, gara gara kamu nih, keturunan. Timbul rasa bersalah, rasa malu," ungkap Denny.
Untuk mengatasi bibir sumbing pada bayi maupun anak, tindakan medis yang paling utama adalah operasi. Kata Denny, bayi yang menjalani serangkaian operasi dapat mengembalikan fungsi anggota tubuh dan mencapai tampilan dengan bekas luka minimal.
"Dengan operasi, tidak hanya mengembalikan bentuk anatomi mendekati normal, namun juga memperbaiki fungsi bicara, makan, psikologis anak serta keluarga," terangnya.
Selain itu, semakin awal anak bibir sumbing dioperasi, saat bertemu teman-temannya, maka risiko jadi korban
bullying pun rendah. Psikologis orang tua pun akan kembali meningkat, sehingga anak dan orang tua akan lebih percaya diri.
(yun/muf)