Jakarta -
Selama dua hingga tiga jam pertama
menstruasi, bakteri akan menduplikasi. Akibatnya, bakteri jahat akan berjumlah lebih banyak dibanding bakteri baik yang ada di vagina dan bisa menyebabkan gangguan asam.
Demikian disampaikan Dr.dr Dwiana Ocviyanti, SpOG (K) saat berbincang di Media Gathering Mundipharma di bilangan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (15/5). Untuk menyeimbangkan asam itu kembali dibutuhkan cairan dengan kadar
antiseptik dan prebiotik yang tepat.
"Darah yang keluar dari vagina dan tertahan harus dibersihkan dengan air yang mengalir. Tapi untuk beberapa orang, butuh bantuan tambahan seperti antiseptik dan prebiotik agar menghilangkan darah tertahan itu," kata Dwiana.
"Jangan takut sama yang namanya antiseptik karena sabun biasa pun menggunakan antiseptik," tambahnya.
k Ilustrasi menstruasi/ Foto: ilustrasi/thinkstoc |
Untuk pergantian pembalut pun minimal empat jam sekali. Jangan sampai lebih dari itu karena hanya membahayakan kesehatan vagina. Jika kurang dari empat jam pun Bunda sudah merasa
nggak nyaman, langsung ganti pembalut tak masalah.
"Jangan sampai sehari cuma ganti (pembalut) dua kali," tambah Dwiana yang tergabung dalam Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) itu.
Ditambahkan Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan RI, dr. Erna Mulati, M.Sc, CMFM, kesehatan saat menstruasi nyatanya memang belum mendapat perhatian lebih dari perempuan Indonesia.
Padahal, seharusnya kebersihan area genital sudah mulai harus diperhatikan sejak dari kecil dan diajarkan oleh orang tua. Untuk itulah pihak Kemenkes mulai menggandeng pihak swasta untuk menggalakkan program kebersihan area kewanitaan saat menstruasi.
Media Gathering Mundipharma/Foto: Inke Maris |
Program itu sendiri digalakkan dengan tagar #karenakitaperempuan #salingmenjaga dan diperkenalkan jelang Hari Kebersihan Menstruasi yang jatuh setiap tanggal 28 Mei. Kerja sama untuk program itu dimulai dengan memberikan edukasi ke sekolah-sekolah dari tingkat SD hingga SMU.
"Kemenkes sudah mengajarkan terkait kebersihan menstruasi sejak dari SD. Programnya pun diberikan melalui buku saku
Sehat dan Bersih Saat Menstruasi yang telah disalurkan ke lebih dari 1.000 sekolah," kata Erna yang menambahkan ini adalah bagian dari Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).
Mundipharma sebagai rekanan Kemenkes menyatakan, target awal 1.000 sekolah yang didatangi untuk diedukasi kemungkinan akan bertambah. Sebab, menurut Country Manager Mundipharma, Mada Shinta Dewi, sejumlah pesantren putri di Pulau Jawa sudah meminta mereka untuk datang.
"Bukti nyata keberhasilan kami adalah 100 ribu anak yang teredukasi. Kemudian dengan mengedukasi anak-anak SD hingga SMU, akan terlihat hasilnya lima hingga sepuluh tahun lagi. Mungkin dalam rentang waktu itu mereka akan berkeluarga sehingga informasi ini akan mengalir," kata Mada.
(ziz/rdn)