Jakarta -
Anak-anak punya tingkah macam-macam. Salah satunya dia senang membuka
celananya dan berlarian setengah telanjang hanya mengenakan pakaian dalam. Tak pelak, Bunda bertanya-tanya deh, kenapa si kecil melakukannya? Apa dia ingin mempermalukan bundanya?
"Alasan utama balita melepas pakaian mereka adalah ketidaknyamanan," kata Maureen Healy, penulis
The Emotionally Healthy Child dan pakar perkembangan anak di Growing Happy Kids, dilansir
Romper.
Healy bilang, alasan lain anak-anak suka beraktivitas tanpa celana adalah memamerkan keterampilan yang baru dipelajarinya. Misalnya, mereka baru bisa mengenakan atau menanggalkan pakaian. Mereka ingin menunjukkan kemampuannya.
Selain itu, kata Healy, baik anak laki-laki maupun perempuan menikmati ketika mendapat perhatian saat mereka tak
memakai baju. Terlepas dari alasan di atas, Healy mengatakan melepas celana bagian dari perkembangan anak yang normal.
Artinya, anak sudah bisa merasakan mereka nyaman atau tidak dengan pakaiannya. "Tentu saja, ini tidak selalu tepat, tetapi itu adalah topik yang terpisah dari norma keluarga, budaya, dan komunitas orang tua," kata Healy.
Lantas, bagaimana sebaiknya respons orang tua saat anak senang melepas celana? Healy menyarankan agar orang tua meresponsnya dengan tenang sehingga dapat membantu putra putrinya.
Pendekatan yang terbaik, menurut Healy, dengan mengakui apa yang terjadi dan tergantung pada situasinya. Sehingga, memungkinkan anak dibiasakan memakai kembali pakaian mereka.
"Seringkali, situasi ini membutuhkan beberapa 'langkah pengasuhan anak yang khusus' untuk membantu anak mengenakan pakaian kembali dengan cara memuji mereka atau memberi dia hadiah. Atau, orang tua bisa memberi anak pilihan pakaian lain yang lebih nyaman untuk anak" kata Healy.
 Ilustrasi anak lepas celana/ Foto: istock |
Berbicara tentang anak yang senang mencari perhatian orang tuanya, psikolog anak dan remaja dari RaQQi - Human Development & Learning Centre, Ratih Zulhaqqi, pernah mengatakan hal tersebut biasanya terjadi karena anak merasa membutuhkan lebih banyak perhatian dari orang tuanya.
Karena itu, sambung Ratih, orang tua harus jeli memilih mana saja perilaku
anak yang bisa direspons dan yang tidak. Sehingga jangan sampai respons orang tua baru diberikan saat anak berperilaku negatif.
"Nanti malah makin jadi perilakunya," ujar Ratih dilansir
detikcom.
[Gambas:Video 20detik]
(rdn/rdn)