Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Alami Masa Puber, Anak Cenderung Lebih Ceroboh

Melly Febrida   |   HaiBunda

Rabu, 24 Jul 2019 12:46 WIB

Perubahan bisa dialami anak saat dia masuk masa pubertas. Salah satunya jadi lebih ceroboh.
Ilustrasi remaja/ Foto: iStock
Jakarta - Pada masa puber, pertumbuhan anak-anak begitu cepat. Ini membuat otak berjuang mengikutinya. Salah satu efeknya, anak jadi lebih ceroboh.

Ketika anak berusia 6 tahun, otak sudah mencapai 90 persen dari ukuran penuh dewasa. Nah, selama masa puber, otak mengalami transformasi yang paling dramatis yang bisa memengaruhi pikiran dan perilakunya.



Menurut edukator seks Dr.Karen Rayne, perubahan otak dimulai saat masa pubertas dan tansformasi terjadi pada anatomi maupun kimia otak.

"Area yang terlibat lebih terkait pada fungsi mendasar, seperti memproses input sensorik, matang lebih dulu. Sementara itu, area yang bertanggung jawab untuk pemikiran yang lebih kompleks, seperti perencanaan ke depan, berkembang kemudian," kata Rayne dalam buku berjudul Help Your Kids With Adolescence.

Menurutnya, ketika remaja tumbuh cepat dalam waktu singkat, otak berusaha mengukutinya. Otak perlu beradaptasi dengan anggota tubuh lebih panjang dan proporsi yang berbeda.

"Ketika otak menyesuaikan diri, remaja mungkin lebih sering tersandung atau menabrak saat berjalan ketimbang sebelumnya. Beberapa remaja juga membuat keputusan yang cenderung ceroboh karena otak lebih fokus untuk mendapat penghargaan sosial dari tindakannya ketimbang risikonya," papar Rayne."

Selain itu, kata Rayne, saat pubertas remaja jadi cenderung mencari kesenangan dan bertindak impulsif ketimbang orang dewasa. Ini karena otak remaja matang dari belakang ke depan, dengan korteks prefrontal yang mengendalikan impuls disertai pematangan rasional yang terakhir.

"Ketika korteks prafrontal remaja matang, amigdala yang bertanggung jawab atas naluri dan perilaku berisiko mengambil kendali untuk sementara dan memungkinkan anak bebas dari orang tua mereka," tambah Rayne.

[Gambas:Instagram]



Latas, bagaimana dengan waktu tidurnya? Perubahan otak dan tubuh yang begitu cepa membuat remaja perlu istirahat rata-rata 9 jam setiap hari. Nah, pola tidur juga dipengaruhi perubahan otak saat pubertas.

"Selama masa remaja, melatonin (hormon yang mendorong tidur) tidak dilepaskan di otak sampai larut malam, dan terus dilepaskan di pagi hari, mengubah remaja menjadi burung hantu yang berjuang untuk bangun lebih awal," jelasnya.

ilustrasi remaja puberilustrasi remaja puber/ Foto: iStock
Sementara itu, psikolog Ayoe Sutomo, mengatakan anak mulai menginjak remaja ketika berusia 10 tahun. Tapi, itu masih masa remaja awal. Nah, biasanya anak akan banyak mengalami masalah pubertas di usia 13-15 tahun.



Kata Ayoe, baiknya orang tua enggak melewatkan masa-masa krusial yang dialami anak di masa remaja ini. "Jadi, kalau anaknya moody, kemudian marah-marah mulu, pahami bahwa itu adalah perubahan hormon yang terjadi. Jadi kondisi itu tidak sepenuhnya salah anak," ujar Ayoe.

Bunda, simak juga manfaat mendongeng untuk anak dalam video berikut.

[Gambas:Video Haibunda]

(rdn/rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda