Jakarta -
MemberikanÂ
edukasi seks pada anak sangatlah penting. Terlebih zaman sekarang sudah banyak terjadi kasus yang berkaitan dengan organ reproduksi, salah satunya pelecehan seksual. Sebagai orang tua, tentu kita enggak boleh diam, Bun. Kita perlu aktif untuk memberikan informasi dan menjadi wadah curhat pada anak ketika beranjak remaja.
Menurut psikolog klinis dewasa, Inez Kristanti, M.Psi., psikolog., untuk memberikan edukasi seks pada anak harus disesuaikan jenjang umurnya. Jadi anak usia 1 - 2 tahun akan berbeda dengan anak usia 3 - 5 tahun, apalagi 8 - 12 tahun.
"Setidaknya di usia 1 - 2 tahun, anak kan sudah mengerti bahasa, kita megajarkan terkait organ-organ tubuh. Jangan terlupa organ-organ seksualnya. Selain itu kita perlu menyebut dengan nama yang sebenarnya. Jadi biasanya kita pakai burung atau daerah yang disamarkan itu hindari, lebih baik pakai sebutan penis dan vagina," kata psikolog yang berpraktik di Klinik Angsa Merah Jakarta, saat ditemui
HaiBunda baru-baru ini.
Kata Inez, dari situ kita akan normalisasi pendidikan seksual buat anak. Membicarakan seksualitas itu penting karena anak akan merasa topik apa aja sih yang ortu enggak nyaman untuk dibicarakan.
 Cara Tepat Berikan Edukasi Seks pada Anak Sesuai Umur/ Foto: iStock |
"Kemudian usia 3-5 tahun, sudah bisa mengerti dan ngomong, sekarang kan banyak kasus pelecehan seksual, penting untuk mengajarkan mereka privasi, bagian-bagian yang tidak boleh disentuh orang lain selain orang tua. Kemudian dijelaskan fungsi-fungsinya apa saja," ujarnya.
Jadi kalau anak usia 1 -2 tahun cuma sekadar tahu namanya. Nah, kalau anak usia 3 - 5 tahun dikasih tahu fungsinya, Bun. Kemudian anak usia 5 - 8 tahun, mereka sudah mulai bersosialisasi dengan teman-temannya. Sudah tahu laki-laki dan perempuan, kita bisa mengajarkan gender.
"Kita bisa mengajarkan apa artinya menjadi laki-laki, apa artinya menjadi perempuan kepada mereka, kemudian terkait juga citra tubuh, bagaimana kita menghargai diri kita sendiri.Â
Anak usia 8 - 12 tahun itu menjelang masa pubertas, penting sekali mengajarkan kepada mereka tentang perubahan-perubahan apa saja yang akan ada pada mereka," papar Inez.
Kata Inez kita perlu memberikan informasi dengan detail, apa yang dialami laki-laki selama pubertas begitu pula perempuan. Lalu akan lebih baik diajarkan orang tua yang sama jenis kelaminnya. Kalau ibu mengajarkan ke anak perempuannya, kalau ayah mengajarkan ke anak laki-lakinya.
"Tapi bukan menutup kemungkinan yang lain juga terlibat, tetap yang men-
deliver message sesuai dengan gendernya. Begitu masuk masa pubertas, mereka secara reproduksi sudah aktif, jadi harus membicarakan hal itu juga. Jadi jangan sampai kalau mereka ada gairah seksual atau ketertarikan dengan lawan jenis itu bisa dibicarakan," kata Inez.
Di atas 12 tahun, berarti masuk usia remaja, penting bagi orang tua jadi teman bagi anak. Kata Inez, peran paling krusial adalah jadi teman anak, Bun, sehingga dia nyaman untuk curhat.
"Kalau sedari kecilÂ
orang tua biasakan komunikasi dua arah, berikan informasi yang kredibel. Begitu sudah remaja, orang tua akan mudah jadi teman. Jangan sampai dihakimi, karena remaja paling enggak bisa dihakimi misalnya 'Kamu pergi sama siapa? Itu di chat ngobrol sama siapa?' Hal-hal seperti itu dihindari," tutur Inez.
Simak juga video mengenai edukasi seks pada anak sejak dini.
[Gambas:Video Haibunda]
(aci/som)