Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Edukasi Seks ke Anak, Bolehkah Pakai Istilah "Burung"? Ini Kata Psikolog

Amira Salsabila   |   HaiBunda

Sabtu, 28 May 2022 04:00 WIB

Mother and child Toddler reads a story in a book in a room with a window. A happy family. Develop a caring parenting. Mothers Day.
Ilustrasi mengajarkan edukasi seks sejak dini kepada anak. Foto: Getty Images/iStockphoto/Lacheev

Tidak hanya orang dewasa saja yang diberikan pengajaran seputar pendidikan seksualitas, tetapi anak-anak juga perlu mendapatkan edukasi seks sejak dini, lho Bunda. Mengajari anak-anak pendidikan seks sejak dini adalah salah satu hal penting yang perlu dilakukan orang tua.

Pendidikan seks membantu anak-anak memahami tentang tubuh dan membantu mereka merasa positif tentang tubuh mereka sendiri. Selain itu, membahas seks juga merupakan bagian dari memulai komunikasi terbuka dengan anak-anak.

Komunikasi dini, jujur, dan terbuka antara orang tua dan anak itu sangat penting. Terutama saat Si Kecil sedang beranjak remaja. Jika komunikasi terbuka adalah hal yang normal, anak-anak mungkin lebih terbuka dengan orang tua tentang semua hal yang mereka alami.

Ketika orang tua berbicara dengan anak-anak mereka seputar seks, mereka dapat memastikan bahwa mereka mendapatkan informasi yang benar. Orang tua perlu menjadi sumber informasi pertama anak tentang seks.

Banner Tips Anak Cerdas Seperti Maudy AyundaFoto: HaiBunda/ Annisa Shofia

Memahami informasi yang benar dapat melindungi anak-anak dari perilaku berisiko saat mereka tumbuh dewasa, Bunda. Saat mengajari Si Kecil pendidikan seks, pastinya tidak jarang Bunda yang bertanya-tanya, apakah boleh mengenalkan organ intim menggunakan istilah lain kepada anak-anak?

Nah, untuk membantu menjawab pertanyaan Bunda, yuk simak penjelasannya:

Bolehkah mengenalkan organ intim menggunakan istilah?

Saat mengajari anak tentang pendidikan seks, pastinya tidak jarang orang tua yang merasa kurang nyaman mengenalkan organ intim. Karena itu, beberapa orang tua menggunakan istilah lain seperti mengganti penis dengan istilah "burung" atau vagina dengan istilah "dompet."

Mungkin ini adalah hal wajar yang dirasakan oleh orang tua. Menurut Psikolog Danang Baskoro, sebenarnya tidak apa-apa menggunakan istilah yang berbeda untuk mengganti nama organ intim karena kebanyakan orang pastinya sudah paham dengan yang dimaksud.

“Enggak apa-apa ngajarin anak pakai istilah karena kita budaya ketimuran soal parenting enggak boleh kaku. Daripada dinilai saru (enggak sopan) saat anaknya di bawah 6 tahun masih bisa dibilang burung dan bebek,” kata Danang Baskoro, M.Psi., Piskolog Klinis di RSJ Menur Surabaya, kepada HaiBunda.

Dalam hal ini, orang tua boleh menyesuaikan pendidikan seks dengan budaya ketimuran yang berkembang di masyarakat, sehingga hal ini masih bisa ditoleransi. Meskipun begitu, segala sesuatu perlu disesuaikan dan lihat dampaknya, apakah signifikan atau tidak.

Sebagai orang tua, Bunda perlu kritis dan menghindari asumsi dari literatur yang budayanya berbeda. Inilah mengapa orang tua penting mempelajari psikologi budaya dalam mendidik anak.

Lalu, bagaimana cara mengajarkan pendidikan seks pada anak sejak dini? Simak di halaman selanjutnya, Bunda.

Bunda, yuk download juga aplikasi Allo Bank di sini.

Simak juga video tentang tanda-tanda anak kesepian berikut ini:

[Gambas:Video Haibunda]



TAHAPAN MENGAJARKAN ANAK PENDIDIKAN SEKS SEJAK DINI

Cute toddler boy watching cartoon movie in the cinema. Leisure/entertainment for family with kids.

Ilustrasi mengajarkan edukasi seks sejak dini kepada anak. Foto: Getty Images/iStockphoto/SbytovaMN

Cara mengajarkan pendidikan seks pada anak

Pendidikan seksual bersifat dasar, artinya perlu diajarkan kepada anak sejak dini. Untuk mengajarkan pendidikan seks pada anak, ada beberapa tahapan yang mungkin perlu Bunda pahami terlebih dahulu. Apa saja tahapan mengajarkan anak pendidikan seks? Simak berikut ini, ya Bunda.

1. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah Bunda bisa mengenalkan jenis kelamin dan gender kepada Si Kecil sejak mereka berusia di bawah 6 tahun.

2. Langkah kedua, bicarakan peran gender kepada Si Kecil, seperti anak laki-laki itu mirip Ayah, sedangkan anak perempuan mirip Bunda. Selain itu, Bunda juga perlu menjelaskan kepada anak-anak cara berpakaian untuk perempuan dan laki-laki ya, Bunda.

3. Langkah ketiga, jelaskan tentang tanggung jawab sesuai jenis kelamin, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

4. Langkah keempat, Bunda perlu menjelaskan kepada anak-anak bahwa mereka perlu sadar ketika orang-orang memperlakukan mereka sebagai seorang perempuan atau laki-laki.

5. Langkah kelima, Bunda bisa menjelaskan kepada mereka bahwa ada beberapa hal yang perlu mereka hindari agar tidak dilihat oleh orang lain. Misalnya, anak usia di bawah 6 tahun perlu menghindari telanjang di depan umum, kecuali di depan Ayah dan Bunda.

6. Langkah keenam, jelaskan kepada mereka bahwa ada beberapa hal yang perlu dihindari agar tidak disentuh orang lain. Misalnya, edukasi tentang organ intim yang hanya boleh dipegang diri sendiri atau orang lain dalam konteks pengobatan, seperti dokter.

7. Langkah ketujuh, berikan tanggung jawab pada Si Kecil untuk mulai belajar mengenakan pakaian sendiri di kamar mandi. Dalam keadaan tertentu, Si Kecil mungkin perlu paham siapa saja yang boleh membantu dalam hal ini.

8. Langkah kedepalan, berikan anak-anak pemahaman apa yang perlu mereka lakukan bila ada orang lain yang mungkin menyentuh organ intimnya.


(fir/fir)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda