Jakarta -
Tingkah laku anak prasekolah, misalnya Taman Kanak-kanak (TK) bisa menggunakan grafik untuk perilaku baik dan buruk yang si kecil lakukan. Salah satunya grafik yang menggunakan klip.
Jadi, Bun, klip yang biasa dijadikan penjepit kertas dimanfaatkan sebagai tanda pencapaian masing-masing anak. Ya, tiap anak bisa punya klip berbeda sebagai pembeda. Sayang, beberapa ahli menilai grafik ini malah membuat anak gelisah dan malu ketika belajar.
Grafik klip ini populer dalam sistem manajemen kelas. Tujuannya tentu saja untuk membantu anak-anak memperhatikan ketika tindakannya sesuai dengan harapan di kelas dan ketika tidak sesuai.
Untuk melihat perkembangan perilaku anak, cukup dengan menggerakkan nama setiap anak ke atas atau ke bawah grafik setiap harinya. Kalau anak berperilaku baik, klip nama mereka dipindahkan ke taraf baik atau bintang. Sebaliknya, jika anak berperilaku buruk, klipnya akan bergeser ke tingkat bawah misalnya buruk atau uh-oh.
Psikolog anak Emily W King, Ph.D., mengatakan di TK orang tua berpikir anaknya bermain dan menggunting membuat kerajinan. Sebenarnya, penelitian menunjukkan anak-anak berusia lima dan enam tahun secara perkembangan sebaiknya belajar melalui permainan. Tetapi dorongan untuk keberhasilan akademis menyisakan sedikit waktu untuk bermain di kelas.
"Ada seorang ibu bilang pada saya si anak takut ke sekolah karena khawatir klip-nya akan turun di grafik itu. Kondisi ini bukan tak mungkin bikin anak depresi karena sekolah," kata King mengutip
Parents.
King menyadari grafik klip ini maksudnya agar anak memperbaiki perilakunya. Tapi bagaimana jika anak sebelumnya belum pernah sekolah? Bagaimana jika anak tersebut sulit mengendalikan impulsnya?
"Semua perilaku butuh komunikasi. Kalau anak bertingkah kurang baik, mereka tidak perlu diberitahu dengan grafik klip. Yang mereka butuhkan adalah guru memperhatikan apa yang terjadi lalu mencari solusi terbaik dengan melibatkan orang tua dan pihak lain," tambah King.
Sementara itu, Dr.Mona Delahooke, psikolog anak dan penulis Beyond Behaviors, mengatakan grafik klip bisa membuat semua anak di kelas tertekan karena takut statusnya berubah menjadi buruk.
"Grafik visual berdampak pada
sistem limbik yakni sistem emosional kita, terutama sistem saraf otonom, dengan mencoba memberi insentif pada perilaku positif," kata Delahooke.
 Ilustrasi grafik klip untuk pantau perilaku anak di sekolah/ Foto: thinkstock |
Grafik dengan klip bisa membuat anak-anak merasa kurang aman di kelas dengan mengaktifkan respons fight or flight di otak ketika gagal memenuhi harapan. Berbicara tentang perilaku anak, sebagai orang tua kita tentu memujinya jika berperilaku baik. Psikolog anak dari Mentari Anakku Firesta Farizal yang akrab disapa Eta, mengatakan saat anak melakukan perilaku yang diharapkan, langsung puji dia saat itu.
"Misalnya, ketikaÂ
anak pagi harinya mau membantu Bunda, jangan puji pas siang atau malam harinya. Anak-anak kan sangat konkret tahapan berpikirnya. Jadi memang harus saat itu dia dapat pujiannya. Kalau telat dipuji, perilaku yang bikin dia dipuji terlalu absurd jadi nggak terlalu relate dan anak nggak ingat yang mana," kata Eta.
Bunda, simak juga tips Nadia Mulya mendidik anak-anaknya di video berikut.
[Gambas:Video Haibunda]
(rdn/rdn)