Jakarta -
Pernahkah Bunda memergoki
anak berbohong karena hal-hal kecil? Misalnya saja ketika dia menghabiskan kue cokelat, namun bersikukuh tidak mau mengakuinya. Padahal, mulutnya masih penuh dengan sisa kue.
He-he-he.Saat melihat tingkah laku anak seperti ini, bagaimana reaksi Bunda? Tertawa geli atau justru memarahi anak karena
berbohong?
Mengutip
PBS, berbohong sebetulnya hal biasa yang dilakukan anak-anak, Bun. Sebuah penelitian di University of Waterloo menunjukkan, 96 persen anak kecil berbohong pada titik tertentu.
Studi tersebut juga mengungkap fakta menarik, di mana anak berusia empat tahun rata-rata berbohong setiap dua jam dan anak berusia enam tahun rata-rata berbohong setiap jam. Adapun dalam penelitian lainnya, Victoria Talwar dan koleganya di McGill University menggambarkan tiga tahap dalam kebohongan anak-anak.
Pertama, anak-anak mulai berbohong saat berusia sekitar dua atau tiga tahun. Di tahap ini, mereka fokus menyangkal perilaku buruk yang telah dilakukan. Dalam pandangan anak jika mereka menyangkal perilaku tersebut, maka orang tua tidak akan marah.
Tahap kedua, saat anak-anak berusia empat tahun. Mereka sudah mulai dapat membayangkan apa yang dipikirkan orang lain. Kebohongan mereka menjadi lebih dipercaya karena memperhitungkan lebih dahulu apa yang diketahui atau tidak diketahui orang tua.
Menariknya, di tahap ini mereka sebetulnya tahu perbedaan antara kebenaran dan kebohongan dan bahwa berbohong itu buruk. Namun, mereka ingin menyenangkan orang tua, sehingga berbohong untuk menutupi perilaku buruk tersebut.
Sementara itu, di tahap ketiga atau pada saat anak berusia tujuh hingga delapan tahun. Mereka tak hanya mampu menipu seseorang dengan sengaja, tetapi mereka juga mampu mengarang cerita yang salah dengan kalimat yang terdengar tulus.
Ucapan orang tua yang bisa dilontarkan saat anak ketahuan berbohong. (Foto: iStock) |
Anak-anak di usia ini cenderung berbohong karena mereka ingin terhindar dari masalah dan tak ingin orang lain menganggap diri mereka 'jahat'. Meski berbohong adalah hal yang biasa dilakukan anak, namun sebagai orang tua adalah tugas kita mengajarkan mereka pentingnya kejujuran.
Melansir dari
Raising Children, saat anak sudah cukup dewasa memahami perbedaan antara kebenaran dan kebohongan, Bunda bisa mengajarkan mereka untuk berbicara jujur. Buka percakapan dengan anak tentang pentingnya berbicara jujur.
Sebagai contoh
ucapan orang tua yang bisa Bunda lontarkan kepada anak, "Bagaimana perasaan Bunda jika Ayah membohongi Bunda?" Atau,"Apa yang terjadi ketika kamu berbohong pada guru kamu?"
Bunda dan Ayah juga bisa membantu anak menghindari situasi di mana mereka merasa perlu berbohong. Misalnya ketika Bunda bertanya kenapa anak menumpahkan susu, anak cenderung tergoda untuk berbohong.
Nah, untuk menghindari situasi tersebut Bunda dapat mengatakan, "Bunda lihat ada susu tumpah.
Hayuk kita bersihkan bersama."
Selain itu, Bunda bisa memberi pujian pada anak ketika dia mengaku telah melakukan kesalahan. "Bunda senang kamu mau mengatakan apa yang telah terjadi. Yuk, kita cari solusinya bersama."
Semoga membantu ya, Bun. Simak juga tips yang bisa dilakukan orang tua ketika anak tantrum dalam video berikut:
(som/muf)