HaiBunda

PARENTING

Sedih, Kisah Balita Pengidap TB Bertahan di Daerah Karhutla

Muhayati Faridatun   |   HaiBunda

Minggu, 22 Sep 2019 11:01 WIB
Ilustrasi anak di daerah terdampak karhutla/ Foto: iStock
Jakarta - Sabina Eleanor Maulana, bocah berusia dua tahun pengidap TB paru harus bertahan di tengah asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kecamatan Alang-alang Lebar, Palembang, Sumatera Selatan.

Mengutip laporan CNNIndonesia.com, di luar rumah bocah yang biasa disapa Sabin itu memang terlihat pekatnya asap karhutla. Setiap hari, Sabin pun menggunakan masker favoritnya yang berwarna pink.

"Masker Sabin pink, Sabin senang warna pink. Gambarnya Hello Kitty," ujar putri pasangan Wira (37) dan Dinda (32) ini.


Sabin punya kakak laki-laki, Bun, namanya Sabang Dipa Maulana (4) yang bersekolah TK Aisyiah 4 Palembang. Sang kakak pun setiap hari ke sekolah menggunakan masker.

Diceritakan, sang bunda sempat kewalahan lantaran kabut asap semakin tebal menyelimuti wilayah Palembang. Dinda mencemaskan dua anaknya yang masih balita karena rentan mengalami dampak buruk kabut asap, khususnya soal pernapasan.

Terlebih, Dinda mengungkap, Sabin punya riwayat penyakit paru-paru sejak usia satu tahun. Pada Juni 2018, Sabin divonis terjangkit TB paru dan rutin mengonsumsi obat selama enam bulan.

Ilustrasi anak terdampak karhutla/ Foto: iStock
Sabin sempat dinyatakan sembuh dari TB paru pada Januari lalu. Tapi, dia masih rentan terkena penyakit lain terkait sistem pernapasan. Hingga pada pertengahan Agustus, Sabin demam tinggi dan batuk-batuk.

Setelah dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Myria Palembang, Sabin didiagnosis mengalami radang di saluran pernapasan. "Katanya ada infeksi di paru-paru," ucap Dinda.

Mengutip data Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, sekira 7,8 juta anak berpotensi terdampak buruk asap di beberapa wilayah di Indonesia. Sementara itu, menurut Senior Humanitarian Policy Advocacy Manager Save The Children Indonesia, Rinsan L. Tobing, asap karhutla bisa merusak paru-paru dan otak, termasuk proses tumbuh kembang.

"Kejadian ini selalu berulang setiap tahun selama 22 tahun belakangan. Jika ini tidak dicari solusinya, proses tumbuh kembang anak akan terganggu karena terus terpapar asap," kata Rinsan dalam 'Diskusi Karhutla dan Lost Generation', baru-baru ini.

Rinsan menambahkan, ketika anak terdampak asap puluhan tahun, pemulihan akan membutuhkan biaya besar termasuk pemeliharaan, pengobatan, perawatan, dan penyediaan fasilitas. Kalau tidak ditangani, Rinsan menegaskan, anak bisa tidak produktif dan jadi beban negara.


Bunda, simak juga tentang jawaban apakah anak terlalu higienis malah gampang sakit, dalam video berikut:

(muf/rdn)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Mengenal Penyakit Kanker, Penyebab Mpok Alpa Meninggal Dunia

Mom's Life Nadhifa Fitrina

Mpok Alpa Meninggal Dunia, Banjir Ucapan Duka Cita dari Rekan Artis

Mom's Life Annisa Karnesyia

Harapan Almarhumah Mpok Alpa untuk Masa Depan Anak Kembarnya Semasa Hidup

Mom's Life Amira Salsabila

Ternyata Sushi Bukan Asli Jepang, Ini Negara Asalnya

Mom's Life ZAHARA ARRAHMA

Gangguan Otot Dasar Panggul Sering Terjadi Usai Melahirkan, Simak Cara Mencegahnya

Kehamilan Annisa Karnesyia

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Momen Dominique Sanda Dampingi Sang Putra Dilantik Jadi Dokter, Intip 5 Potretnya

Gangguan Otot Dasar Panggul Sering Terjadi Usai Melahirkan, Simak Cara Mencegahnya

7 Tempat Wisata Beri Promo Seru HUT ke-80 RI, ada Dufan hingga TMII!

Mpok Alpa Meninggal Dunia, Banjir Ucapan Duka Cita dari Rekan Artis

Kebiasaan Ngopi & Jajan Kantin Bikin Gaji Pegawai di Jakarta Hanya Numpang Lewat

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK