Jakarta -
Siapa sangka orang secerdas BJ Habibie pernah mengalami
bullying. Tak banyak yang tahu kalau Habibie saat remaja pernah mengalami masa-masa kurang menyenangkan ketika duduk di bangku SMA.
Habibie yang kita kenal genius, pernah dibilang banci lho, Bun. Bahkan, dia juga pernah kesulitan berkomunikasi karena kesulitan berbahasa Indonesia.
Diceritakan Habibie dalam buku autobiografinya,
"Rudy", Kisah Masa Muda Sang Visioner karya Gina S Noer, kalau ia pernah melewati masa remaja di Jakarta.
Di akhir tahun 1950, selepas kepergian sang papi, Alwi Abdul Jalil Habibie, dia harus merantau seorang diri ke Jakarta demi melanjutkan pendidikannya. Habibie remaja yang saat itu lebih karib disapa Rudy berlayar ke Jakarta menemui pamannya yang bernama Subarjo.
Selama di Jakarta, Rudy tinggal di salah satu rumah Suharjo yang terletak di Sentiong, Jakarta Pusat. Di sana, dia tinggal bersama anak-anak daerah yang dititipkan pada Subarjo. Ada yang dari Sumatera, Jawa Barat, hingga Sulawesi.
Di dalam rumah yang terasa cukup besar itu, ada empat kamar tidur yang digunakan untuk menampung sekitar 20 anak-anak sekolah. Kamar itu selalu penuh, Rudy yang datang belakangan harus mengalah dan tidur di ruang tamu.
Pada awalnya, Rudy sering tak bisa tidur karena tak punya kamar sendiri seperti di rumahnya. Selain itu, juga karena udara di Jakarta yang panas, juga rindu pada Mami dan adik-adiknya. Kalau tidak ingat bahwa besok pagi harus sekolah, dia tak akan bisa memaksa kedua matanya. Sesekali dia benamkan kepalanya di bawah bantal jika teringat Papi.
Di sana, Rudy bersekolah di sekolah internasional setingkat SMP dan SMA di depan Stasiun Kereta Api Gambir, Carpentier Alting Stichting (CAS). Itu adalah sekolah terbaik di Jakarta pada saat itu. Untuk baca kisah selanjutnya, buka dahulu halaman selanjutnya dengan klik
next.
[Gambas:Video 20detik]
(rap/som)