Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Ibu Tega Paksa Putranya Inses, Trauma Jiwanya Menakutkan Bun

Ratih Wulan Pinandu   |   HaiBunda

Kamis, 26 Sep 2019 11:41 WIB

Seorang ibu tega membunuh anak angkatnya yang berusia 5 tahun karena alasan cemburu. Sadis.
Ilustrasi kekerasan seksual/ Foto: iStock
Jakarta - Mata seketika terhenyak membaca berita mengenai seorang ibu SR di Sukabumi, yang tega membunuh anak angkatnya. Raut muka SR tenang dan tak terlihat raut penyesalan ketika menceritakan motifnya membunuh bocah perempuan berinisial NP (5) tersebut, Bun.

Lebih gilanyanya lagi, SR ternyata melakukan hal itu karena alasan cemburu. Sebab, selama ini SR melakukan inses dengan dua putranya yang masih remaja secara sadar.

Dikutip dari detikcom, SR beralasan kalau suaminya sudah tak mampu memenuhi hasrat seksualnya. Dia menceritakan kalau jarak suaminya terpaut 30 tahun, Bun.

"Nggak tahu, Pak, saya kepengin saja (melakukan inses). Bapaknya (suami) sudah nggak sanggup lagi. Yang ajak untuk begituan ke anak-anak ya saya duluan. Spontan gitu aja, pas pertama lagi nonton TV," ujar SR di Mapolsek Cibadak saat ditanya alasannya tega melakukan hal itu.

Kedua putranya yang berusia 16 dan 14 tahun hanya menunduk saat sang ibu sedang bicara. Sesekali keduanya menutup mata. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulut mereka.

Tega, Ibu Paksa Putranya Inses Sebabkan Trauma PsikologisKasus inses Sukabumi/ Foto: Syahdan Alamsyah

Lebih banyak begituan dengan yang gede, karena sudah gede (dewasa) sama yang 16 tahun tiga kali. Kalau sama yang 14 tahun dua kali," ungkap SR menambahkan.

Sebagai seorang Bunda tentu kita sangat prihatin melihat kasus semacam ini. Sungguh biadab dan keji perlakuan SR yang melakukan batas di luar-luar kewajaran.

Melakukan hubungan badan dengan anak kandungnya bukan hanya melanggar norma. Begitu pula dengan tindakannya membunuh NP yang di luar nalar manusia.

NP yang menjadi korban kekerasan kedua kakak angkatnya, bernasib nahas karena harus meregang hanya di tangan ibu angkatnya. Sedangkan kedua kakak laki-lakinya harus menghabiskan sisa hidupnya dengan menanggung malu akibat kasus ini.

Menurut psikolog anak dari Tiga Generasi, Anastasia Satriyo M.Pso., kekerasan seksual yang dialami anak-ank akan berpengaruh besar pada kondisi psikologisnya. Trauma akan mengikis rasa percaya diri anak menghadapi masa depannya.


Terlebih di usia yang sangat muda, konsep diri anak akan hancur setelah melewati pengalaman yang memalukan. Apalagi jika kekerasan seksual yang dialaminya berlangsung intens dan menyedot perhatian khalayak seperti kasus mereka saat ini.

Akibatnya, kondisi ini akan memperparah konsep diri anak. Nggak cuma itu, lama kelamaan pengalaman mendapat kekerasan seksual bisa memengaruhi cara anak merasa dan mengungkapkan emosi.

"Kondisi ini juga berpengaruh pada kepribadian mereka yang biasa 'menampung' penderitaan, menjadikan kata-kata negatif dan kasar yang digunakan oleh pelaku kekerasan sebagai konsep diri anak, kemudian ada perasaan nggak berdaya," kata Anas waktu berbincang dengan HaiBunda beberapa waktu lalu.

Pengalaman tidak menyenangkan itulah yang akan menumbuhkan memori menyakitkan. Hal itu akan tertanam pada tubuh dan pikiran anak sepanjang hidupnya. Pada kasus yang lebih parah, anak bisa mengalami delusi dan merasa mendengarkan suara yang mendorongnya melakukan tindakan di luar batas.

"Bahkan, bisa disertai suara-suara yang sering didengar anak kayak 'diri aku nggak berharga' sampai 'Lebih baik aku akhiri hidup aja'," imbuh Anas.

Untuk menyembuhkan korban kekerasan seksual, disarankan untuk menyembuhkan luka anak dengan melakukan proses healing, dengan terapis yang terpercaya. (rap/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda