HaiBunda

PARENTING

Dampak Buruk Anak Dipermalukan & Dihujat di Depan Umum

Radian Nyi Sukmasari   |   HaiBunda

Rabu, 04 Dec 2019 11:40 WIB
Dampak Buruk Anak Dipermalukan & Dihujat di Depan Umum/ Foto: iStock
Jakarta - Dalam keseharian, enggak jarang ada anak yang dihujat bahkan dipermalukan di depan umum bahkan oleh masyarakat akibat sesuatu yang belum tentu dia lakukan. Situasi seperti ini pastinya berdampak pada kondisi psikologi anak kan, Bun.

Menanggapi hal ini, psikolog anak dari Tiga Generasi @ Brawijaya Clinic, Saskhya Aulia Prima mengatakan kalau kita menghujat atau mempermalukan anak di depan umum, itu bisa dibilang salah satu bentuk kekerasan verbal dan emosional. Memang enggak ada kekerasan fisik, tapi hati anak bisa tersakiti.




"Di otak kita, orang yang disakiti hatinya, bagian otak yang merespon kekerasan juga aktif. Jadi, kekerasan emosional sama aja sakitnya dengan orang yang sakit fisik. Makanya, kita diajarin kelola apa yang diomongin dan dilakukan. Karena, kita diperlakukan secara enggak baik sama orang lain aja kayak merasa digebukin misalnya," papar Saskhya saat berbincang dengan HaiBunda.

Dampak Buruk Anak Dipermalukan & Dihujat di Depan Umum/ Foto: iStock
Lantas, apa efeknya bagi psikis anak? Pada anak, terutama balita, mereka sedang berada dalam proses pembentukan konsep diri. Nah, ketika anak dipermalukan, konsep dirinya akan bermasalah. Ya, anak memaknai dirinya adalah orang yang negatif.

Apalagi, jika yang melakukan itu adalah orang tua atau orang yang dekat dengannya, anak bisa jadi percaya dia adalah sosok dengan sifat negatif yang disampaikan orang tersebut. Kemudian, dampak bagi keberhargaan diri anak yang terus berkembang.

"Ketika anak diperlakukan kasar atau dipermalukan pubilk, itu bisa juga membuat dia punya pemaknaan dirinya enggak berharga. Terutama remaja, setelah umur 10 - 11 tahun dunianya lagi kayak memahami lingkungan sekitar melihat dia seperti apa," terang Saskhya.

Ibu satu anak ini juga menambahkan, makin besar anak, dia makin sadar dengan apa yang terjadi hingga bisa saja mereka mengalami stres, cemas berlebih, dan depresi karena dia merasa dirinya enggak berharga. Apalagi bila anak tahu banyak orang menganggapnya negatif, Bun. Bahkan, ketika enggak ada apa-apa saja remaja bisa mengira-ngira dia keren atau enggak karena mereka memiliki imajinary audience.

Pembentukan konsep diri yang negatif dan berpengaruh pada identitas diri dan keberhargaan diri remaja bisa berujung pada masalah perilaku. Akibatnya, ada yang menarik diri, depresi, stres, atau sebaliknya, bersikap melawan.

"Balik melawan bisa jadi bentuk remaja menunjukkan stres-nya. Ada yang merespons dengan menarik diri, dia aja enggak mau keluar. Tapi ada juga yang menyerang orang, bertindak agresif, atau menyerang orang. Dan itu bentuk stres atau cemas berlebih cuma yang satu disalurkan ke dalam satu lagi dilampiaskan ke luar," papar Saskhya.

Cek gejala sesak napas pada anak di video berikut. 

Simak cerita liburan Raffi dan Nagita Slavina dengan klik banner berikut. 
Foto: InsertLive
(rdn/rdn)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Kisah Farel Bocah SD yang Viral karena Berangkat Sekolah Jam 3 Pagi

Parenting Annisa Karnesyia

100 Quotes Bijak Refleksi Diri Akhir Tahun tentang Hidup dan Pelajaran

Mom's Life Amira Salsabila

Terpopuler: Potret Wisuda Cica Andjani Istri Ricky Soebagja

Mom's Life Nadhifa Fitrina

Momen Langka, Okie Agustina Antar Sang Putri Ikut Finalis Gadis Sampul Bersama Pasha Ungu & Adelia

Mom's Life Nadhifa Fitrina

7 Contoh Khotbah Anak Sekolah Minggu yang Menarik

Parenting Nadhifa Fitrina

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Kisah Farel Bocah SD yang Viral karena Berangkat Sekolah Jam 3 Pagi

100 Quotes Bijak Refleksi Diri Akhir Tahun tentang Hidup dan Pelajaran

Daftar Konser K-Pop di Indonesia 2026, RIIZE hingga ATEEZ

Terpopuler: Potret Wisuda Cica Andjani Istri Ricky Soebagja

Momen Langka, Okie Agustina Antar Sang Putri Ikut Finalis Gadis Sampul Bersama Pasha Ungu & Adelia

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK