Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Belajar dari Kasus Siswi SMP Jaktim Bunuh Diri, Pahami Anak Saat Depresi

Yuni Ayu Amida   |   HaiBunda

Kamis, 23 Jan 2020 14:35 WIB

Kasus siswi SMP di Jakarta Timur yang bunuh diri menimbulkan kekhawatiran banyak pihak, Bunda. Termasuk dari KPAI dan kelompok pemerhati pencegahan bunuh diri.
Ilustrasi siswi SMP bunuh diri/ Foto: thinkstock
Jakarta - Seorang siswi SMP di Ciracas, Jakarta Timur, diduga bunuh diri di sekolah. Peristiwa ini terjadi pada Selasa (14/1/2020) sore, saat kegiatan ekstra kurikuler (ekskul) berlangsung.

Hal ini kemudian jadi perbincangan banyak pihak, terutama warganet. Menurut Kepala Koordinator Into The Light, kelompok pemerhati pencegahan bunuh diri, Benny Prawira Siauw, pembahasan soal bunuh diri berbahaya, bisa memicu reaksi terhadap orang yang rentan dengan pemikiran bunuh diri dan depresi.


"Setop bergosip! Ini bisa berdampak ke orang yang rentan terhadap pemikiran bunuh diri," kata Benny, dilansir detikcom.

Menurut Benny, saat kita mendramatisir persoalan bunuh diri, seperti yang dialami siswi SMP ini, bisa mempersulit kondisi keluarganya. Karena di sisi lain, keluarga perlu ruang dan waktu untuk berduka.

"Kalau masyarakat hendak menunjukkan keprihatinan atas isu ini, maka berilah pemahaman pencegahan bunuh diri," kata Benny.

Berdasarkan hasil laporan yang didapat Benny dari orang-orang yang rentan terhadap pemikiran bunuh diri, keriuhan di media sosial menciptakan nuansa tidak sehat bagi jiwa.

"Pembicaraan yang tidak konstruktif dan suportif itu berpotensi 'trigerring' atau memicu teman-teman yang rentan. Ini akan memicu nuansa depresif," kata Benny.

Itu sebabnya, saat ada kasus bunuh diri kita tidak boleh menggiring rumor-rumor negatif. Yang perlu dilakukan adalah menunggu keterangan polisi, menghargai privasi keluarga, dan memberikan dukungan moril ke teman-teman dan orang-orang terdekat yang punya kecenderungan bunuh diri.

"Lebih baik kita menyebarkan tentang kesehatan mental, jangan fokus pada satu kasus. Tanyakanlah kondisi teman-teman sekitar yang sedang berada dalam kondisi rentan," katanya.

Belajar dari Kasus Siswi SMP Jaktim Bunuh Diri, Pahami Anak Saat DepresiBelajar dari Kasus Siswi SMP Jaktim Bunuh Diri, Pahami Anak Saat Depresi/ Foto: Adhi Indra Prasetya/detikcom


Sementara itu, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti khawatir terhadap kasus bunuh diri yang menimpa siswi SMP tersebut. Pasalnya saat kejadian berlangsung, ada 30 siswa lain di lapangan yang melihat kejadian langsung.

"Kami mengkhawatirkan dampak psikologi yang dialami anak-anak tersebut," kata Retno, dilansir CNN Indonesia.

Retno menambahkan, siswa-siswi yang melihat tubuh ambruk dan penuh darah, perkembangan psikologinya berpotensi terganggu. Itu sebabnya, KPAI menyarankan agar para siswa yang menjadi saksi kejadian diberikan pendampingan secara intensif.

"Dalam hal ini KPAI mendorong Kementerian PPA untuk menugaskan para psikolog anak untuk memberikan pendampingan," kata Retno.

Terkait bunuh diri, jika Bunda menemukan gejalanya pada orang terdekat segera hubungi lima rumah sakit yang disiagakan Kementerian Kesehatan untuk melayani panggilan telepon konseling pencegahan bunuh diri, yakni:

1. RSJ Amino Gondohutomo Semarang (024) 6722565
2. RSJ Marzoeki Mahdi Bogor (0251) 8324024, 8324025, 8320467
3. RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta (021) 5682841
4. RSJ Prof Dr Soerojo Magelang (0293) 363601
5. RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang (0341) 423444

Ada pula nomor hot line Halo Kemenkes di 1500-567 yang bisa dihubungi untuk mendapatkan informasi di bidang kesehatan, 24 jam.


Simak juga kisah anak kembar yang terpisah 16 tahun dalam video ini:

[Gambas:Video Haibunda]

(yun/muf)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda