Jakarta -
Terkadang, Bubun suka membayangkan kalau anak-anak tidak berantem setiap hari, sepertinya kepala enggak pusing terus mendengar teriakan mereka. Namun, menghilangkan berantem di rumah itu seperti hal yang mustahil.
Bunda mungkin merasakan juga di rumah. Sudah beratus-ratus kali bilang, 'Jangan berantem terus. Berantem itu tidak baik'. Tapi, kok anak masih aja berantem.
Hufff!
Dan ternyata, pengalamanÂ
konflik di masa kecil itu kebutuhan lho, Bunda, meski kita sebagai orang tua tidak menyukainya.
"Saya ingin mengatakan kepada semua orang bahwa awalnya, bagi anak konflik itu baik. Hal yang akan dialami semua anak," kata Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari, international parenting trainer dan direktur Auladi Parenting School.
Pria yang akrab disapa Abah Ihsan ini bilang, bahkan sehebat apapun orang tua dalam mendidik anak, orang tua tidak bisa menghindari anaknya dari konflik. Berbeda dengan orang dewasa, konflik di antara orang dewasa tidak terlalu baik.
Menurut penjelasan Abah Ihsan dalam buku
7 Kiat Orang Tua Shalih Menjadikan Anak Disiplin dan Bahagia, bagi anak usia di bawah 12 tahun, konflik itu kebutuhan. Anak-anak yang tidak pernah bertengkar bisa jadi malah tidak normal.
 Anak-anak bertengkar/ Foto: iStock |
Dengan memiliki pengalaman hidup berkonflik di masa kecil, kata Abah Ihsan, anak-anak akan mendapat bekal untuk menghadapi konflik hidup di masa depan.
"Konflik pada anak seperti sengaja diciptakan Tuhan agar anak-anak bisa belajar bagaimana mereka kelak mengelola konflik di masa depan," katanya.
Abah Ihsan mencontohkan ada banyak orang yang berkompetensi hebat di bidang pekerjaannya. Tapi karena tidak bisa menghadapi konflik, daya tahan mereka rendah di tempat kerja.
Menurutnya, kakak adik itu pasti akan bertengkar. Bahkan kakak adik ratusan kali lebih sering berantem ketimbang teman sebayanya. Ini karena mereka tahu, adik atau kakaknya akan selalu ada, tidak akan pergi.
Sebuah penelitian menemukan, kakak adik yang bermain bersama, meski saling mengejek memiliki hubungan yang lebih dekat, ketimbang kakak adik yang bermain berpisah.
"Dengan kata lain, lebih baik adik kakak berisik karena bertengkar ketimbang damai, tapi terpisah. Terpisah dalam artian, saling tak mau menyapa dan bergaul karena satu membenci yang lain," tutur Abah Ihsan.
Abah Ihsan menambahkan, berantem atau konflik itu tak bisa dihilangkan dalam keluarga. Tapi,Â
pertengkaran kakak adik bisa kita kelola lebih baik agar bermanfaat untuk mereka mengelola konflik di masa depan.
Lantas, bagaimana membimbing anak mengelola emosinya? Menurut Abah Ihsan, setiap ada masalah pertengkaran pasti ada penyebabnya. Solusi bisa disesuaikan dengan penyebabnya dan kabar gembiranya yang menyebabkan berantem itu-itu saja.
Sementara itu, psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani M.Psi., Psikolog, mengatakan, biasanya anak berantem karena dia mau ngomong, tapi enggak tahu apa yang mau dia bicarakan. Misalnya, ketika dia mau pinjam mainan, karena dia tidak tahu harus berkata bagaimana, jadi akhirnya merebut.
"Nah, daripada merebut, kita ajarkan dia bilang 'Aku boleh pinjam balok merahnya'. Ini perlu dilatih langsung supaya anak terampil, bisa mengatakan apa yang ada di pikiran dia," jelas Nina.
Bunda, simak juga trik Nuri 'Shaden' membagi waktu dengan anak di tengah kesibukan karier, dalam video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(muf/muf)