Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Memukul Anak Hanya Menimbulkan Kebencian, Bukan Kedisplinan

Zika Zakiya   |   HaiBunda

Kamis, 13 Feb 2020 08:13 WIB

Pukulan pada anak hanya efektif dalam jangka pendek. Tapi dalam jangka panjang hanya membuat dia melawan, Bun.
Ilustrasi memukul anak/Foto: Istock
Jakarta - Tahukah Bunda bahwa tidak ada satu pun dari 80 penelitian yang berhasil menemukan kaitan positif pada hukuman fisik? Malah kaitan yang ditemukan adalah anak-anak yang dipukul akan merasa depresi dan tidak dihargai.

Demikian hasil penelitian yang tertuang di buku The Danish Way of Parenting. Hukuman keras bisa berbalik arah karena bisa menumbuhkan kebohongan pada anak-anak karena mereka menghindari pukulan. Di kemudian hari, anak yang menerima pukulan juga terganggu mentalnya termasuk jadi pengguna narkoba dan alkohol.


"Orang tua memukul karena mengira itu efektif. Bisa jadi ini benar dalam jangka pendek tapi tidak efektif dalam jangka panjang. Anak-anak akhirnya belajar untuk mendengarkan karena mereka takut," ujar Jessica Joel Alexander sebagai penulis bukut tersebut.

Pada akhirnya memukul anak hanya akan menimbulkan jarak dan kebencian, bukan kedekatan dan kepercayaan. Jarak dan kebencian menyebabkan sakit hati dan perlawanan.

Disarankan Mona Ratuliu dalam buku Digital ParenThink, kalau anak sedang emosi atau melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya dan orang lain, tindakan orang tua adalah mengamankan anak. Caranya: dengan tidak menyakitinya.

Ilustrasi memukul anakIlustrasi memukul anak/ Foto: Istock


"Misalnya dengan membedong atau menguncinya dengan pelukan agar dia tidak melakukan hal-hal yang membahayakan lagi. Setelah emosinya reda, informasikan ke anak kenapa kita melakukan itu. Ini penting disampaikan agar tidak ada kesalahpahaman di kemudian hari," saran Mona yang menelurkan dua buku bertema parenting.


Memang terkadang anak berulah karena ingin mencari perhatian atau mendapat apa yang dia mau (misalkan: mainan di mal). Saat anak menampilkan perilaku macam ini, Mona berbagi tips agar abaikan si anak secara total, lahir dan batin.

Tapi apabila perilaku anak yang emosi mulai membahayakan, korbankanlah yang harus diamankan. "Misalnya anak mengamuk dan melempar barang ke TV. Nah pada saat ini, lindungi saja TV-nya dengan bantal dan lanjut cuek lahir batin," kata Mona.

Inti dari saran Mona adalah meredam emosi anak dan Bunda dengan cara tidak menyakiti satu sama lain. Anak tidak menyakiti sekitarnya, Bunda pun tidak meredam si anak dengan cara memukulnya.

Semoga saran ini membantu ya, Bun. Oiya untuk Bunda yang belum sempat melihat curahan hati Mona Ratuliu yang belum pernah diberi hadiah selama 17 tahun menikah, cek di video berikut ya:

[Gambas:Video Haibunda]



(ziz/ziz)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda