Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Hati-hati, Pola Makan Buruk Orang Tua Berisiko Bikin Anak Stunting

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Jumat, 31 Jul 2020 11:36 WIB

Child measuring his height on wall. He is growing up so fast.
Hati-hati, Pola Makan Buruk Orang Tua Berisiko Bikin Anak Stunting/ Foto: Getty Images/pinstock
Jakarta -

Stunting masih menjadi concern pemerintah Indonesia untuk dituntaskan. Selama ini, banyak yang menduga stunting hanya disebabkan oleh kesehatan dan gizi yang buruk.

Faktanya menurut Widodo Suhartoyo, Senior Technical and Liasion Advisor Early Childhood Education and Development di Tanoto Foundation, penyebab stunting sebesar 70 persen adalah hal-hal di luar kesehatan dan gizi. Apa saja?

"Seperti lingkungan, sanitasi, perilaku, dan pola makan masyarakat," ujar Widodo di acara Tanoto Foundation "Peran Komunikasi Perubahan Perilaku Dalam Pencegahan Stunting", baru-baru ini.

Dari 70 persen penyebab di luar kesehatan dan gizi tadi, sebanyak 30 persen disebabkan oleh perilaku gizi yang salah, Bunda.

Hasil SSGBI (Survei Status Gizi Balita Indonesia) 2019, yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI menunjukkan bahwa tingkat prevalensi stunting berada pada angka 27,7 persen.

"Angka ini cukup tinggi karena artinya hingga kini 3 dari 10 balita Indonesia mengalami stunting. Sedangkan pemerintah menargetkan stunting di bawah 20 persen di 2024," ujarnya.

Perilaku buruk masyarakat yang dimaksud adalah perilaku buruk dalam pola hidup bersih sehat, pola makan, pola pengasuhan. Seperti yang telah disebutkan tadi, ini menyumbang sebanyak 30 persen terhadap faktor penyebab stunting.

concept of baby growth, height, developmentilustrasi pertumbuhan anak/ Foto: iStock

Di kesempatan yang sama, Dr.Rita Ramayulis DCN, M.Kes., menjelaskan bahwa stunting bukan keadaan yang terjadi secara akut, namun sedikit demi sedikit.

"Kita bicara stunting bukan pendek tapi gagal tumbuh dan gagal kembang," ujar Rita Ramayulis.

Nah, apa yang dimaksud gagal tumbuh? Yaitu pencapaian tinggi badan menurut umur itu rendah, dan berisiko obesitas dan penyakit gangguan metabolik.

Sementara, gagal kembang yaitu saat tingkat kecerdasan anak rendah, tak sama dengan usia sepantarnya, alhasil produktivitasnya rendah, tidak mampu bersaing dan kemampuan finansial rendah.

"Keadaan kualitas hari ini menentukan masa depan," katanya.

Ia menekankan bahwa perjalanan terjadinya stunting pada 1.000 hari pertama kehidupan.

"Keadaan gizi ibu hamil mempengaruhi keadaan ibu melahirkan, mempengaruhi bayi usia 0-6 bulan dan seterusnya," kata Ketua Indonesia Sport Nutritionist Association itu.

"Jangan lupa kondisi ibu hamil juga tidak dipengaruhi saat hamil, tapi dari remaja. Faktanya, keadaan gizi pada remaja masih ada yang mengalami anemia. Ditambah sekarang pola makan yang lebih memilih makanan cepat saji, pola hidup sedentary yang dipengaruhi teknologi," sambung Rita.

Jadi kesimpulannya, Bunda, anak bisa berisiko stunting jika tidak ada perubahan perilaku gizi yang baik dari orang tuanya. Stunting juga tak bisa instan terjadi setelah anak dilahirkan melainkan jauh sebelumnya. Jika Bunda menginginkan kondisi gizi anak baik, maka semuanya dimulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat Bunda.

Simak juga penjelasan dokter soal menu empat bintang pengganti empat sehat lima sempurna, melalui video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]



(aci/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda