Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Cara Hadapi Anak yang Selalu Merasa Benar dan Sok Tahu

Melly Febrida   |   HaiBunda

Rabu, 30 Sep 2020 15:15 WIB

Child annoying his tired mother with headache
Cara menghadapi anak yang selalu merasa benar/ Foto: Getty Images/iStockphoto/KatarzynaBialasiewicz

Jakarta - Dalam proses tumbuh kembangnya, kadang anak-anak merasa bahwa ia tahu segalanya.  Sehingga membuatnya bersikeras kalau apa yang dilakukannya benar, dan ngotot saat dikoreksi oleh orang di sekitarnya.

Bahkan, tak jarang anak-anak ikut mengkritik perbuatan Ayah dan Bunda di rumah. Wah, menghadapi rasa 'sok tahu' anak seperti ini harus gimana ya, Bunda?

"Memiliki anak yang selalu mengira Anda salah adalah hal yang biasa," kata dokter anak dan penulis Dr. Claudia Gold, yang merupakan spesialis kesehatan mental bayi.  "Bergantung pada derajatnya, itu adalah fenomena perkembangan normal."

Dikutip dari CNN, penulis buku Keeping Your Child in Mind dan buku The Silenced Child ini menjelaskan, apabila ini terjadi sebelum masa remaja, hal tersebut mungkin terjadi karena kelompok teman-teman anak mulai mengambil alih kedudukan keluarga.  Selama masa remaja, ini mungkin terkait dengan keinginan remaja untuk berpisah dari keluarganya dan memalsukan identitasnya sendiri.

"Ketika mereka bertambah tua dan mereka memiliki keterampilan kognitif yang lebih maju dan mampu berpikir abstrak, itu semacam mempraktikkan kemampuan baru mereka sendiri," kata Gold.

Ia juga berpesan ke orang tua untuk mengabaikannya dan tidak bertengkar dengan anak-anak, hanya karena merasa orang tuanya selalu salah. Perilaku menjengkelkan itu mungkin akan hilang dengan sendirinya seiring dengan kematangan usia anak.

"Apa yang perlu dilihat lebih dekat adalah ketika anak berpikir bahwa semua yang dilakukan atau dikatakan orang tua mereka salah, menyebabkan masalah dalam keluarga dan ketika perilaku tersebut tampaknya benar-benar menekan tombol orang tua, kata Gold.

Sementara itu, dijelaskan James Lehman, MSW, terapis perilaku anak bahwa saat anak tumbuh, mereka perlu mengembangkan minat dan idenya, dan perlu belajar bagaimana mengekspresikannya.  

"Jadi sadari bahwa beberapa perilaku yang Anda alami dengan anak remaja atau pra-remaja Anda sangat normal untuk tahap kehidupan ini," kata Lehman dilansir Empowering Parents.

Lehman menyadari perilaku anak yang sok benar ini bisa menjengkelkan, tetapi ingatlah bahwa terkadang anak-anak mungkin menyatakan pendapat yang benar-benar orang tua perlu ketahui.  

"Anda penting untuk mendengarkan anak-anak Anda dengan pikiran terbuka, karena ketika sesuatu yang penting datang, Anda ingin memastikan mereka merasa bebas untuk menyampaikannya kepada Anda," ujarnya.

Pada usia balita anak juga berada di fase sok tahu, demikian diungkapkan psikolog anak dan remaja dari RaQQi Human Development and Learning Centre, Ratih Zulhaqqi. Kata Ratih, sok tahu adalah fase perkembangan anak yang wajar.

"Toddler memang lagi sok tahu, sok bisa, sok ngerti dan kalau dibantuin malah marah-marah. Itu memang kayak gitu, dia lagi memainkan perannya sebagai toddler," ujar Ratih beberapa waktu lalu.

Apa yang bisa dilakukan ketika si kecil sok tahu begitu? Ratih menyarankan agar orang tua memberinya kesempatan untuk melakukan sesuatu sendiri, sampai akhirnya dia pun menyerah. Kalau yang dilakukan anak keliru, baiknya hindari bilang apa yang dilakukan anak salah, Bun. Lho, kenapa?

Ketika di awal balita sudah dinyatakan salah, secara nggak langsung kita menghakimi dia. Yang ada, anak justru makin nggak mau dibenarkan karena lagi-lagi, si kecil lagi berada di fase ketika dia merasa dirinya yang paling benar.

Bunda, simak juga yuk curhat Shahnaz Haque yang pernah merasa jadi ibu gagal dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]



(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda