Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Cerita si Pitung, Robin Hood Betawi yang Suka Bantu Warga Miskin

Melly Febrida   |   HaiBunda

Sabtu, 02 Jan 2021 16:04 WIB

Mother and children enjoy reading time at Fun Park
Dogeng si Pitung/ Foto: iStock

Jakarta - Bunda sudah punya ide dongeng untuk diceritakan pada anak nanti malam? Kalau masih bingung, kita ceritakan tentang legenda masyarakat Betawi yuk!

Apalagi kalau bukan si Pitung, cerita rakyat ini mengisahkan seorang pendekar layaknya Robin Hood tapi berasal dari Betawi. Jasanya terhadap orang-orang miskin terkenang sepanjang masa.


Cerita si Pitung ini banyak versinya. Dalam Si Pitung Robin Hood dari Betawi, Winarni S. Pd. I menceritakan bagaimana upaya Pitung menolong rakyat kurang mampu tapi dengan cara merampok orang-orang kaya yang pelit. 

Pitung yang bernama asli Salihoen, lahir di kampung kumuh Rawabelong, Jakarta Barat. Kedua orang tuanya mengirimkannya ke pesantren dengan harapan Pitung menjadi anak yang soleh.

Sedangkan dalam Si Pitung Pendekar Betawi, diceritakan orang tua Pitung sebenarnya mencoba mendaftarkan anaknya ke sekolah Belanda. Namun, berkali-kali ditolak. Akhirnya Pitung belajar agama dan bela diri di pesantren.

“Di pesantren, Pitung tidak hanya belajar membaca al-Qur’an dan ilmu agama Islam. Ia juga belajar ilmu bela diri dari dasar hingga mahir,” kata Winarni.

Pitung murid yang cerdas, rajin, dan disiplin. Dan Pitung merupakan murid kesayangan Haji Naipin.

Waktu berlalu, Pitung semakin menguasai ilmu agama Islam dan ilmu bela diri. Tibalah waktu bagi Pitung pulang ke rumah orang tuanya.

Setelah pulang ke rumah, Pitung menggantikan ayahnya merawat ternak. Pitung menggembala kambing di padang rumput, dari pagi sampai sore. 

Suatu hari, ayahnya menyuruh Pitung menjual dua ekor kambing ke Pasar Tanah Abang. Sebentar saja, kambingnya laku dengan harga yang cukup tinggi. Maklum, kambing yang dijual Pitung itu gemuk dan sehat.

Tapi, di tengah perjalanan pulang, Pitung bertemu dengan preman yang pura-pura bertanya hendak kemana si Pitung. 

Dan sebelum sampai ke rumah, Pitung baru sadar kalau yang di kantongnya sudah lenyap. “Pasti preman pasar tadi yang mengambil uangku,” gumam Pitung dalam hati.

Pitung memilih kembali ke pasar dan menagih uangnya ke preman. Keduanya terlibat perkelahian hingga akhirnya preman menyerah.

Ketua gerombolan preman yang bernama Rais meminta maaf ke Pitung dan mengajaknya bergabung. Tapi, Pitung menolak. Ia malah menasihati para preman itu untuk membantu rakyat. 

Preman ini bingung, mereka ingin membantu tapi enggak punya apa-apa. Bahkan bisa dibilang preman-preman ini juga butuh bantuan. Hidup mereka saja pas-pasan.

Di luar dugaan, Pitung mencetuskan ide gila yakni merampok orang kaya yang pelit untuk membantu orang-orang yang membutuhkan.  Ide Pitung diterima Rais dan para preman lain.

Sejak itulah Pitung bersama preman merampok dan mencuri. Hasilnya dibagikan kepada orang miskin. Bagi rakyat miskin, preman ini pahlawan. Tapi bagi orang kaya, Pitung dan preman harus ditangkap.

“Orang-orang yang kelaparan mulai berkurang. Anak-anak dari keluarga miskin bisa makan tiga kali sehari. Mereka tidak lagi khawatir besok makan apa. Bantuan Pitung dan kawan-kawannya mengubah hidup mereka,” tulis Winarni.


Bunda, pahami juga yuk manfaat dongeng untuk anak dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]

Banner Tips Cantik Sehat Saat PandemiFoto: Mia Kurnia Sari



Dari Telur Busuk Hingga Peluru Emas

Mother and children enjoy reading time at Fun Park

Dogeng si Pitung/ Foto: iStock

Semenjak saat itu, Pitung dan para preman menjadi buronan, fotonya terpampang di surat kabar. Polisi terus memburu mereka tapi selalu saja berhasil lolos.
Namun, usai merampok rumah Haji Saipudin, Pitung dan teman-temannya berhasil ditangkap dan dipenjara. Akan tetapi, mereka berhasil melarikan diri dengan memanjat atap penjara.

Pitung tertembak berkali-kali, namun kebal peluru. Jimatnya sangat sakti. Akhirnya Pitung kembali menjadi buronan. Ia bertekad untuk bisa membantu rakyat miskin dengan kembali merampok.

Pitung semakin membuat polisi geram. Mereka mencari kelemahan Pitung dengan mencari tahunya dari sang guru Pitung, Haji Naipin. Sebenarnya Haji Naipin berusaha melindungi Pitung. Namun polisi mengancam akan mengakhiri hidupnya jika tak mau berbicara. Pistol pun ditodongkan ke arah Haji Naipin hingga terpaksa memberi tahu kelemahan Pitung yakni telur busuk.


Pencarian Pitung kembali dilakukan hingga akhirnya polisi menemukan jejaknya. Ketika menyiapkan penggerebekan, Schout Heyne, kepala polisi yang memburu Pitung sudah menyiapkan peluru emas. Konon, si Pitung kebal terhadap peluru biasa.

Saat polisi menangkapnya, Pitung berusaha melawan. Ketika telur busuk dilemparkan ke arahnya, Pitung tak berdaya. Ia kehilangan keampuhan jimatnya. Peluru emas berhasil menembus dadanya hingga akhirnya Pitung meninggal dunia.

Kabar meninggalnya Pitung membuat banyak orang berduka meski para polisi bernapas lega. Di kalangan masyarakat Betawi, Pitung tetap dikenang. Kisahnya terus diceritakan sampai sekarang.


(rap/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda