Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

7 Karakteristik Anak Temperamen yang Bisa Dilihat Sejak Dini

Melly Febrida   |   HaiBunda

Senin, 23 Nov 2020 13:47 WIB

Sulking daughter dissatisfied mother sitting on couch looking different sides, family conflicts, misunderstanding and generational gap, older and younger female do not understand each other concept
6 Karakteristik Anak Temperamen yang Bisa Dilihat Sejak Dini/ Foto: Getty Images/iStockphoto/fizkes

Jakarta - Setuju ya, Bunda, setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pada usia dini, semua anak terkadang berkemauan keras dan beberapa anak menunjukkan karakteristiknya secara konsisten. Apakah karakteristik anak usia dini berlanjut hingga dewasa? 

Psikoterapis Amy Morin, LCSW, mengatakan bahwa untuk anak-anak dengan karakteristik temperamen sering terlihat sejak dini. Namun, harus diingat ya bahwa anak yang berkemauan keras ini tidak sama dengan 'anak nakal'. 


Dalam psikologi, temperamen anak tidak hanya tentang emosi. Temperamen sebenarnya merupakan komponen kepribadian, seperti bersikap terbuka atau pemalu, yang ada sejak dilahirkan. Jadi bagaimana anak bereaksi dengan cara mereka masing-masing sejak dilahirkan atau menghadapi dunia di sekitar mereka.

"Anak-anak yang berkemauan keras hanya bertekad untuk melakukan sesuatu menurut istilah mereka sendiri. Meskipun sifat keras kepala mereka kadang-kadang bisa mengagumkan, hal itu juga bisa membuat frustrasi orang tua dan guru," kata Morin dilansir Very Well Family.

Kalau karakteristik anak sejak dini menunjukkan berkemauan keras, kata Morin, Bunda atau gurunya mungkin kesulitan meyakinkan anak untuk melakukan apapun yang tidak mereka inginkan.  

"Apabila anak menunjukkan perilaku ini, kuncinya adalah menemukan cara untuk membantunya menyalurkan energinya ke sesuatu yang positif, ketimbang menghancurkan semangatnya," kata Morin menambahkan.

Dokter Tjhin Wiguna, SpKJ (K), mengutip klasifikasi dari Thomas dan Stella Chess, yang menjelaskan temperamen anak ada tiga jenisnya, yaitu easy children, difficult children, dan slow to warm up children.

Setelah mengenali jenis temperamen ini, dr.Thjin berharap akan membentuk pola kedekatan antara orang tua dan anaknya. 

"Easy children, hampir 70 persen anak lahir dengan temperamen ini, yaitu mudah diasuh dan mudah berelasi dengan yang mengasuhnya. Anak bisa terima dan mau mencoba hal baru seperti makanan dan lingkungan baru, kalau enggak suka ya menolak," sambung dr.Thjin

Berikut karakteristik anak berkemauan keras dan temperamen:

1. Ledakan amarah yang intens

Anak- anak memang cenderung sering marah. Menurut Morin, beberapa menunjukkan kemarahan yang intens dan tidak mereda dalam waktu lama. Anak-anak dengan karakter ini memiliki toleransi frustrasi yang rendah dan berjuang untuk mengungkapkan kemarahan mereka dengan cara yang pantas secara sosial.  Terkadang, Bunda mungkin tidak tahu pemicu awal kemarahannya.

Cara mengatasinya: sebenarnya anak marah itu sering kali sebagai upaya untuk membuat orang lain memahami kesusahan mereka. Bunda bisa menegaskan perasaan anak dengan mengatakan, "Bunda mengerti kamu kesal karena kita tidak bisa pergi ke rumah Nenek sekarang."

Apabila Bunda melihat perilaku anak terlalu dramatis, jangan meremehkan perasaan anak. Ketika anak-anak merasa didengar dan dipahami, mereka tak perlu membuktikan perasaannya.

2. Bertanya mengapa

Anak-anak ingin tahu alasan tidak bisa bermain di tengah hujan atau mengapa melompat ke sofa bukan ide yang bagus.  Kalau Bunda hanya mengatakan, "Bunda tidak tahu", atau "Hanya karena", tentu jawaban tersebut tidak akan memuaskan. Bunda harus menjelaskan mengapa ini merupakan masalah keamanan, moral, sosial, atau hukum kalau ingin anak berhenti bertengkar.

Cara mengatasinya: jawaban dengan diskusi yang panjang tak akan membantu. Tapi Bunda bisa mendeskripsikan alasan yang mendasarinya itu bisa membantu. 


Misalnya, mengatakan, "Kita tidak bisa pergi ke taman hari ini karena turun salju dan peralatan taman bermain tidak akan aman", akan membantu anak memahami bahwa peraturan bukan sekadar upaya untuk menyangkal sesuatu, tetapi itu  ada alasan yang sah di baliknya.

Bagaimana cara selanjutnya? Simak di halaman selanjutnya dengan klik NEXT ya, Bunda!

Chow Yun Fat dan istri

Bunda, simak juga yuk curhat Zaskia mecca yang pernah kesusahan mengontrol kemauan anak, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]



Keras Kepala dan Tak Mau Patuh

Five years old boy not cooperating with his psychotherapist.

6 Karakteristik Anak Temperamen yang Bisa Dilihat Sejak Dini/ Foto: iStock

3. Keras kepala

Anak-anak yang temperamen berkemauan keras, tidak menyerah ketika mereka tidak setuju.  Anak temperamen suka terlibat dalam perebutan kekuasaan, dan ketekunan mereka yang keras kepala sering membuat orang lelah.

"Mereka adalah pendebat hebat yang pandai menemukan celah dan pengecualian," ujar Morin.

Cara mengatasinya: Kalau Bunda tak ingin memberikan anak konsekuensi, anak-anak perlu mengembangkan pemahaman tentang kapan perilaku mereka melewati batas. Berikan satu peringatan seperti, "Jika Anda tidak berhenti bertengkar sekarang, kamu tidak akan bisa menonton TV sepanjang hari."

Kalau anak-anak tidak mau berhenti, ikuti dengan konsekuensinya.  Konsekuensi negatif, seperti menghilangkan hak istimewa atau time-out, dapat meningkatkan motivasi anak untuk mengikuti aturan di masa mendatang. 

4. Bossy

Anak-anak yang berkemauan keras memiliki visi tentang apa yang seharusnya dan anak ini sering mengatur untuk mengubah ide itu menjadi kenyataan.  Anak temperamen tidak masalah memberi tahu teman-temannya di mana harus berdiri atau bagaimana harus bersikap dan mereka juga tidak malu memberi tahu orang dewasa apa yang harus dilakukan.

Cara mengatasinya: kalau anak mengatakan hal-hal seperti, "Beri aku mainan itu," atau "Berdiri di sana," mintalah anak berlatih menyatakan kebutuhan mereka dengan cara yang lebih pantas dan sopan.  

Katakan, "Bukan itu cara kami meminta sesuatu. Coba lagi dengan cara yang lebih ramah."  

Lakukanlah percakapan tentang pentingnya bersikap hormat dan diskusikan bagaimana perasaan anak-anak lain tentang mereka ketika mereka suka memerintah.

5. Menolak untuk patuh

Jangan sia-siakan energi untuk mencoba meyakinkan anak yang berkemauan keras untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan.  Mengomel, mengemis, dan merasionalisasi kemungkinan besar tidak akan mengubahnya. Anak-anak yang berkemauan keras akan berusaha keras dan menolak untuk mengalah.

Untuk mengatasinya: anak-anak lebih cenderung mematuhinya jika mereka merasa memiliki beberapa pilihan dalam masalah tersebut.  Jadi cobalah menanyakan, "Apakah Anda ingin membersihkan kamar Anda sekarang atau dalam 10 menit?"  

Memberi pilihan dapat membantu anak merasa lebih berdaya dan mengurangi kebutuhannya untuk mengendalikan segalanya.

6. Ketidaksabaran

Banyak anak ingin melakukan semuanya sesuai dengan jadwal mereka.  Anak-anak benci mengantre di toko bahan makanan, tidak suka menunggu giliran saat bermain game, dan tidak tertarik duduk di ruang tunggu di kantor dokter.  Anak temperamen tidak ingin membuang waktu sedetik pun menunggu orang lain.

Cara mengatasinya: anak harus belajar menunggu untuk belajar menghadapinya. 

7. Membuat aturan sendiri

Anak berkemauan keras tidak tertarik untuk mendengar pendapat Bunda tentang kapan waktunya tidur.  Sebaliknya, anak cenderung bersikeras akan tidur ketika lelah. Anak-anak ini lebih suka membuat kebijakan  sendiri dan menetapkan pedoman mereka sendiri daripada mengikuti aturan figur otoritas.

Cara mengatasinya:  terlalu banyak aturan akan membuat anak kewalahan dan mengurangi motivasi untuk mematuhinya. Fokus pada aturan yang paling penting saja.  

Hindari perebutan kekuasaan atas masalah kecil dan biarkan anak menghadapi konsekuensi alami jika memungkinkan.


(rap/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda