Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

3 Rahasia Mendidik Anak Laki-laki untuk Bangun Karakter yang Lebih Baik

Nanie Wardhani   |   HaiBunda

Sabtu, 29 May 2021 12:16 WIB

Happy boy pretending to be an airplane and looking at camera while his father is holding him in dining room.
Ilustrasi membesarkan anak laki-laki/ Foto: Getty Images/skynesher

Jakarta - Bunda, sering merasa was-was dalam membesarkan anak laki-laki? Hal itu wajar kok, Bunda, karena anak laki-laki bisanya jauh lebih aktif dan ekspresif di masa pertumbuhannya. Sehingga membutuhkan pengawasan dari kedua orang tuanya.

Walau tidak semua anak laki-laki memiliki perilaku yang sama, tapi banyak Bunda mengatakan bahwa membesarkan anak laki-laki bisa terasa lebih melelahkan terutama dibandingkan dengan membesarkan anak perempuan. Apalagi, anak laki-laki memang harus dipersiapkan tangguh dalam menghadapi segala kondisi di masa depannya ya.

Bagi para Bunda yang saat ini mulai kehabisan akal dan kesabaran dalam menjaga anak laki-lakinya, berikut kami kutip beberapa saran dalam membesarkan anak laki-laki dari Parents:

1. Pantau Tingkat Agresi Si Kecil

Mungkin Bunda jadi agak khawatir ya saat melihat Si Kecil sangat antusias dan menyukai mainan senjata untuk perang-perangan, atau mungkin terlalu fokus bermain video game bertema perang. Ada sedikit rasa khawatir jika Si Kecil terbawa untuk menyukai kekerasan.

Tapi, tahukah Bunda bahwa apa yang tampak seperti perilaku kekerasan, misalnya Si Kecil pura-pura menodongkan senjata ke penjahat, ternyata Si Kecil melihatnya sebagai upaya dalam menyelamatkan dunia dari para penjahat?

Permainan berpura-pura, atau pretend play yang melibatkan imajinasi yang agresif seperti antara polisi dan penjahat, atau mungkin memberantas zombie, bisa menjadi sarana yang sangat berguna untuk mengajarkan konsep benar-salah kepada Si Kecil.

Selain itu, permainan ini juga bisa meningkatkan keeratan pertemanan Si Kecil dengan teman-temannya, dan bisa melatih rasa percaya dirinya. Permainan imajinatif ini bukan suatu hal yang perlu dikhawatirkan, selama Si Kecil tidak tertarik untuk menyakiti orang lain. 

2. Contohkan Perilaku Yang Baik

Sesulit dan se-stress apa pun Bunda menghadapi perilaku anak laki-laki yang terlalu agresif, pastikan tetap dalam keadaan tenang saat menghadapi Si Kecil. Satu hal yang harus dihindari Ayah dan Bunda adalah merespon perilaku agresif anak laki-lakinya dengan pemberian hukuman yang agresif juga dari orang tua.

Walau omelan dan hukuman fisik ringan seperti memukul di bokong anak dapat membuatnya diam selama beberapa waktu, namun perilaku agresif dari orang tua seperti ini justru akan berdampak pada efek jangka panjang. Tanpa disadari, ini yang membentuk anak menjadi semakin berperilaku agresif dalam segala bidang di kemudian hari bahkan sampai dirinya dewasa dan berhubungan dengan orang lain.

Paling baik untuk dilakukan orang tua adalah dengan mencontohkan sikap yang sopan. Jangan lupa untuk memuji dan mengapresiasi saat anak menunjukkan perilaku yang baik.

Selain itu, tunjukkan minat pada apa yang sedang Si Kecil minati, tunjukkan antusiasme Bunda saat Si Kecil menunjukkan serangga yang baru ditangkapnya, atau mainan robot yang baru berhasil dirakit olehnya. Lalu, saat Si Kecil menunjukkan pengetahuannya yang lebih mengenai hal-hal tertentu, tunjukkan apresiasi Bunda dengan sepenuh hati.

3. Tekankan Kebaikan dan Kepekaan

Terakhir, Ayah dan Bunda harus sering menunjukkan dan menekankan perilaku yang menunjukkan kebaikan dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar kepada Si Kecil.Tunjukkan dengan mencontohkan perilaku Ayah dan Bunda, bukan hanya mengajarkan tapi juga mempraktikkannya secara langsung bersama-sama.

Selain itu, Ayah dan Bunda juga harus menjelaskan pentingnya tindakan kebaikan, apa manfaatnya bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Ajak Si Kecil langsung dalam kegiatan kebaikan seperti kegiatan sosial, donasi dan lain-lain, karena kegiatan yang mengekspresikan kebaikan dan kasih sayang seperti ini akan membuat hati Si Kecil terasa lebih nyaman, sekaligus membiasakannya untuk melakukan hal tersebut seterusnya sampai dia dewasa nanti.

Demikian hal-hal yang bisa dilakukan sebagai cara membesarkan anak laki-laki, lalu kira-kira apa lagi yang bisa dilakukan untuk membentuk karakter anak yang baik? Simak lengkapnya di halaman berikut.

Simak yuk curhatan istri Ustaz Solmed membesarkan tiga anak laki-laki di video berikut ini:

[Gambas:Video Haibunda]




RAHASIA MEMBESARKAN ANAK LAKI-LAKI YANG SEHAT

Father and his 7 years old son are talking in the bed.

Ilustrasi membesarkan anak laki-laki/ Foto: Getty Images/iStockphoto

Mendidik dan membesarkan seorang anak tentu saja bukan hal yang mudah, terutama pada proses mendidik anak laki-laki, karena ada banyak sekali peranan seorang laki-laki saat dewasa kelak dan apa yang dia dapatkan dari orang tuanya di masa kecilnya, akan membentuk karakternya saat dewasa nantinya.

Seperti dikutip dari Psychology Today, ternyata kedekatan orang tua dengan anak adalah hal yang paling utama dalam membentuk karakter seorang anak, terutama anak laki-laki, lho, Bunda. Kedekatan itu tidak dapat digantikan dengan materi. Bukan video game atau permainan yang mendekatkan orang tua dengan anak laki-lakinya, tapi kedekatan secara fisik dan mental, keberadaan orang tua bersama anaknya secara langsung lah yang benar-benar memberikan pengaruh pada karakter seorang anak laki-laki.

Tahukah Bunda bahwa ternyata anak laki-laki menghabiskan waktu lebih sedikit bersama orang tuanya dibandingkan anak perempuan? Pada sebuah penelitian didapatkan hasil sebanyak 21 persen anak laki-laki yang merasa mereka membutuhkan lebih banyak waktu kebersamaan dengan orang tuanya dibandingkan dengan hal lain.

Sementara sebaliknya saat orang tua yang di-survey, hanya 8 persen yang menganggap mereka butuh waktu lebih bersama anak-anaknya. Para orang tua terlalu fokus dengan kesibukan sehari-hari sampai akhirnya mereka lupa bahwa yang paling membutuhkan kehadiran mereka adalah anak mereka, terutama anak laki-lakinya. 

Anak-anak ini tidak membutuhkan banyak mainan dari orang tuanya, yang mereka butuhkan adalah kehadiran orang tuanya. Meskipun tidak untuk bermain bersama, cukup dengan ada di tempat yang sama, anak laki-laki akan menyimak apa saja yang dilakukan oleh orang tuanya, bagaimana orang tuanya bersikap, berbicara, mendengarkan, membantu orang lain, dan bagaimana orang tuanya mengambil keputusan, serta masih banyak lagi, ini sudah cukup memuaskan bagi anak laki-laki, dan sekaligus membentuk karakter mereka menjadi lebih baik dan optimal. Setiap anak laki-laki adalah murid ayahnya, yang mempelajari bukan tentang profesi ayahnya tetapi cara hidup, berpikir, dan berperilaku.

Anak laki-laki perlu melihat Ayah yang berperilaku sebagai pria yang baik sehingga dapat meniru perilaku tersebut. Mereka perlu melihat pria di tempat kerja. Mereka membutuhkan pria yang menetapkan standar, dan jika Ayah tidak memberi mereka standar untuk hidup, mereka akan memilih standar dari tempat lain di mana saja mereka menemukannya: Facebook, YouTube, TikTok, atau anak-anak yang berperilaku buruk di sekolah. 

Seorang Ayah perlu menjadi contoh yang juga menjadi patokan untuk dirinya menentukan standar untuk ditandingi. Itulah yang diinginkan seorang anak laki-laki dari Ayahnya; dia ingin mengaguminya dan menjadi seperti Ayahnya. Ini adalah tekanan yang berat bagi seorang Ayah, tapi itulah inti dari menjadi seorang Ayah; dan yang benar-benar perlu dilakukan Ayah adalah selalu ada bagi anak laki-lakinya; untuk berbagi waktu dengan mereka dan biarkan mereka menyimak dan belajar darinya.

 


(rap/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda