
parenting
Survei Ungkap 94 Persen Remaja di 4 Provinsi Ini Tolak Pernikahan Dini
HaiBunda
Selasa, 13 Jul 2021 20:25 WIB

Pernikahan anak di bawah umur masih kerap terjadi di Indonesia. Menurut data BPS tahun 2020, satu dari sembilan anak menikah sebelum berusia 18 tahun. Padahal banyak dari mereka yang masih ingin sekolah, Bunda.
Forum Anak Nasional (FAN) melakukan survei pada bulan Maret 2021 mengenai pernikahan usia dini. Dari 6.268 responden, 96 persen di antaranya merupakan anak-anak berusia di bawah 20 tahun yang tersebar di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Banten.
"Hasil survei menunjukkan sebesar 94 persen partisipan yang mengikuti polling tidak tertarik untuk menikah di bawah usia 19 tahun," ungkap Maria de Laurdes, Ketua FAN Kota Semarang di Media Talk Kemen PPPA pekan lalu.
Maria menuturkan, 94 persen responden anak menolak untuk melakukan pernikahan dini. Mereka lebih memilih untuk mengejar cita-citanya, Bunda. Terutama bagi mereka yang memiliki akses pendidikan.
"Sebanyak 77,8 persen responden menolak karena ingin mengejar cita-cita. Mereka yang teredukasi cenderung punya peluang lebih besar untuk meraih cita-cita mereka," ujarnya.
Tak hanya mengejar cita-cita, responden lain juga menolak perkawinan anak dengan alasan yang berbeda-beda. Sebanyak 43,3 persen ingin melanjutkan sekolah mereka terlebih dahulu sebelum menikah.
Faktor lain yang membuat anak-anak menolak untuk menikah dini adalah kesiapan dari segi mental dan material. Sebanyak 32,6 persen merasa mental mereka belum kuat, dan 28,7 persen merasa kondisi ekonomi belum mapan.
Meski begitu, pernikahan anak masih kerap terjadi di Tanah Air. Berdasarkan Laporan Pencegahan Perkawinan Anak, Indonesia berada dalam 10 daftar negara dengan angka perkawinan anak tertinggi dunia.
Sebanyak 41,7 persen anak laki-laki dan 47,90 persen anak perempuan terpaksa putus sekolah karena menikah di bawah usia 18 tahun. Mereka tak bisa melanjutkan sekolah untuk meraih cita-cita, Bunda.
Bukan hanya mengganggu masa depan anak, pernikahan dini dapat berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, Bunda. Simak di halaman selanjutnya.
Saksikan juga video pemaparan istri Ridwan Kamil mengenai angka pernikahan dini di Jawa Barat:
DAMPAK PADA ANAK
Ilustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/chameleonseye
Anak-anak yang kurang beruntung biasanya tumbuh di lingkungan yang kurang suportif untuk mendukung mereka dalam meraih cita-cita. Tak sedikit orang tua yang memilih untuk menikahkan anak mereka.
Padahal Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 pasal 26 ayat (1) menyebutkan bahwa orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mencegah terjadinya perkawinan anak.
"Dengan banyaknya perkawinan anak di Indonesia, bisa dibilang bahwa orang tua ini telah melanggar Undang-Undang perlindungan anak. Seharusnya mereka lebih memahami pasal ini. Kekurangannya memang tidak ada sanksi yang mengatur ketika anak-anak dinikahkan," ujar Rio Hendra, perwakilan ECPAT Indonesia.
Selain kehilangan hak untuk melanjutkan pendidikan, anak juga kehilangan masa-masa tumbuh kembang mereka. Masa remaja mereka akan dihabiskan dengan mengurus rumah tangga. Selain itu, anak perempuan juga terancam dari segi kesehatan.
"Organ reproduksinya belum matang secara alami untuk dibuahi dan mengandung. Ini bahaya, makanya pernikahan ini menyebabkan tingginya angka kematian ibu dan bayi," tuturnya.
Emosi yang labil serta kurangnya pengetahuan tentang rumah tangga membuat pasangan anak sering cekcok. Tak hanya bercerai, pernikahan dini juga berpotensi menimbulkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Perkawinan dini juga berisiko mengganggu kestabilan mental anak. Simak di halaman berikutnya.
DAMPAK PSIKOLOGIS
Ilustrasi/ Foto: iStock
Anak yang dinikahkan sebelum usia matang dapat merasa seperti terbuang, Bunda. Pernikahan dini juga bisa menimbulkan ketidaksetaraan hak antara laki-laki dan perempuan.
"Masih ada budaya patriarki kan, masih dianggap bahwa perempuan itu di urutan kedua setelah laki-laki dalam meneruskan keturunan. 'Ah perempuan mah nggak usahlah bekerja, toh juga melahirkan dan ngurus pekerjaan di dapur'. Jadi masih ada anggapan seperti, laki-laki yang diprioritaskan," tutur psikolog Novita Tandry MPsych.
Mengatasi rasa trauma pada anak yang menikah dini sangatlah sulit, Bunda. Mereka cenderung kehilangan rasa kepercayaan diri.
"Konseling satu dua bulan nggak cukup, perlu bertahun-tahun. Kita aja diputus cinta perempuan, misal diputus lewat WhatsApp aja untuk percaya lagi dengan yang lain saja susah. Apalagi yang sudah menikah, dikawinkan dengan orang yang lebih tua," imbuh Novita.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda