Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Kisah Bunda Muslimah Besarkan 3 Anak di Amerika, Khawatirkan Makanan Si Kecil

Annisa A   |   HaiBunda

Sabtu, 02 Apr 2022 12:55 WIB

Little Muslim girl wearing a hijab is enjoying the day at school with her friends.
Ilustrasi Bunda Muslim / Foto: Getty Images/Alex Liew

Tinggal di luar negeri menjadi tantangan tersendiri bagi mereka yang sudah berkeluarga. Merisa Putri, Bunda tiga anak membagikan pengalamannya di Amerika Serikat.

Merisa Putri merupakan wanita asal Padang yang tengah menetap di Negeri Paman Sam. Ia dan anak kembarnya, Zaid dan Ziad dibawa ke sana oleh suami Putri yang sedang menjalani pendidikan S3 di Ohio State University.

Di Amerika, Putri kemudian melahirkan anak ketiganya yaitu bayi perempuan bernama Zaynab. Putri menjalani kehidupan sebagai Bunda di sana selama tiga tahun sebelum kembali ke Indonesia.

Pada saat itu, Putri dan keluarganya tinggal di kawasan Columbus. Sebagai Muslim, Putri banyak mendapatkan pengalaman membesarkan anak di sana. Terutama dalam hal makan.

"Mereka sekolah sampai jam 4, jadi harus disiapkan lunch box. Sebenarnya sudah ada di sekolah, tapi suka khawatir. Meskipun sekolah tak menyediakan babi, tetap saja aku siapkan makan siang sendiri," kata Putri, dikutip dari kanal YouTube VOA Indonesia.

Banner Hidup Indra Kenz

Putri bercerita, anak kembarnya bersekolah di sekolah negeri. Di sana, ada banyak murid internasional dari berbagai negara. Sekolah Zaid dan Ziad juga sudah paham mengenai apa yang tidak boleh dikonsumsi oleh seorang Muslim.

"Tapi kan enggak semua orang tahu kalau mereka tidak makan daging sapi atau ayam yang enggak disembelih dengan benar. Makanya dipesankan ke anak-anak, kalau dapat makanan dari guru, jangan dimakan dahulu. Dimakan di rumah bareng Umi kalau sudah dibilang boleh," ujarnya.

Putri berusaha mempersiapkan bekal makan untuk Zaid dan Ziad setiap harinya. Namun ada kalanya, ia lupa dan tidak sempat memasak di pagi hari.

Sementara itu, sekolah di Amerika tidak memperkenankan anak-anaknya untuk jajan. Semua siswa harus makan pada jam makan siang di kantin yang sudah mereka sediakan.

"Jadi kalau aku lupa bawakan bekal, mereka harus makan dari sekolah. Satu-satunya makanan yang kuperbolehkan itu pizza," kata Putri.

Zaid dan Ziad harus sudah tiba di sekolah sejak pukul 9 pagi. Setiap harinya, Putri mengantar si kembar ke tempat pemberhentian bus sekolah di dekat rumah.

Membesarkan anak usia sekolah di Amerika, Putri harus bekerja keras untuk mengajarkan bahasa kepada kedua anaknya. Baca di halaman berikutnya, Bunda.

Saksikan juga video tentang 3 kata ajaib yang perlu diajarkan kepada Si Kecil agar tumbuh menjadi anak yang santun: 

[Gambas:Video Haibunda]


MEMBESARKAN ANAK MUSLIM DI AMERIKA

Muslim boy learning how to make Dua to Allah

Ilustrasi Anak Muslim / Foto: Getty Images/iStockphoto/Rawpixel

Merisa Putri pindah dari Indonesia ke Amerika Serikat ketika Zaid dan Ziad masih kecil. Hal itu sempat membuat Putri khawatir, lantaran anak kembarnya masih belum lancar berbicara.

"Kita pindah ke sini mereka itu belum terlalu menguasai bahasa Indonesia, agak khawatir soal penguasaan bahasa mereka. Karena kan bahasa Indonesia juga belum kelar, sudah dihadapkan dengan bahasa baru lagi, itu pusing," ungkap Putri.

Ia bercerita, orang seringkali tak memahami apa yang diucapkan oleh si kembar. Zaid dan Ziad juga sempat mengira bahwa bahasa Indonesia dan Inggris merupakan bahasa yang sama. Putri harus mengajari mereka agar dapat membedakan kedua bahasa tersebut.

Selain itu, Zaid dan Ziad juga sempat kesulitan beradaptasi dengan orang-orang Amerika yang terdiri dari berbagai macam ras. Namun untungnya, mereka mulai terbiasa setelah masuk TK.

"Pas kita keluar rumah, tetangga sebelah kan bule banget. Mereka takut. Kita ajak mereka untuk datang ke acara kampus, karena di sana banyak bule. Pelan-pelan akhirnya mereka terbiasa. Lalu saat TK kemarin diperkenalkan tentang ras, ada orang kulit hitam, putih, mata sipit, rambut keriting," tuturnya.

Putri juga harus menanamkan nilai keagamaan untuk kedua putranya. Baca di halaman berikutnya, Bunda.

BELAJAR JADI MINORITAS

Little Muslim girl wearing a hijab is enjoying the day at school with her friends.

Ilustrasi Anak Muslim / Foto: Istock

Tumbuh di Amerika Serikat membuat Putri dan keluarganya menjadi kaum minoritas. Untuk itu, ia harus bekerja lebih ekstra dalam menanamkan nilai-nilai Islam kepada anak.

"Di Indonesia, kita gampang mengajarkan salat ke anak karena ada suara azan. Sedangkan di sini tidak ada. Jadi anak tidak sadar kalau salat itu ada panggilannya. Padahal salat itu kan tiang agama ya. Jadi aku nyalakan notifikasi di HP, jelasin kalau itu suara azan dan mengajarkan mereka untuk salat," paparnya.

Berkat kebiasaan itu, Zaid dan Ziad sudah memahami pentingnya salat di usia belia. Setiap waktu zuhur dan ashar, si kembar bergantian menjadi imam salat jemaah bersama keluarga.

Soal kehidupan sebagai kaum minoritas, Putri mengaku tidak pernah mendapatkan pengalaman buruk. Ia tidak pernah menerima diskriminasi dari masyarakat sekitar. Putri justru bersyukur menemukan orang-orang dengan toleransi beragama yang sangat tinggi.

"Saya waktu itu ikut komunitas, dan diadakan di gereja karena yang mengadakan itu orang gereja. Waktu itu sudah jam salat ashar, dan mereka menyediakan ruangan khusus untuk aku ibadah, karena mereka tahu kita butuh tempat sunyi," kata Putri.

"Yang pasti kita jadi lebih mudah mengajak anak belajar berempati, karena di sini kita kan jadi minoritas. Mereka jadi paham meski mereka minoritas, teman-temannya sangat menghargai. Mereka tidak dipaksa makan pork. Mereka pun ikut belajar dari masyarakat yang mayoritas dari lingkungan sini," sambungnya.


(anm/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda